Proyek PLTA di Pegunungan Gajah Mungkur, Kabupaten Lumajang
Sebenarnya di wilayah pegunungan Gajah Mungkur yang terletak diwilayah barat Pasirian ini akan dijadikan proyek raksasa Pembangkit Listrik Tenaga Air…
Sebenarnya di wilayah pegunungan Gajah Mungkur yang terletak diwilayah barat Pasirian ini akan dijadikan proyek raksasa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk kapasitas wilayah Jawa Timur. Dikenal dengan sebutan Jawa Dengki Jigiozok Semozok Gondoruso Pasirian. Lebih tepatnya, proyek ini dibangun di Desa Gondoruso Kecamatan Pasirian.
Memanfaatkan aliran sungai deras dan lebar, dibangun bendungan berkapasitas besar. Selain itu, di sekitar lokasi proyek PLTA Gondoruso ini, juga dibangun beberapa gedung penting lainnya, seperti barak, bunker, depo solar dan benteng pertahanan yang kuat. Bendungan Gajah Mungkur sebenarnya sudah hampir selesai pembangunannya pada tahun 1944, meskipun hanya dikerjakan dengan peralatan seadanya oleh romusha.
Namun karena jumlah korban romusha semakin meningkat dan persediaan pekerja dari berbagai daerah juga semakin sedikit, akhirnya proyek bendungan ini dihentikan dan dialihkan untuk pengerjaan bangunan yang lain. Di sekitar bendungan dibangun gudang-gudang besar dan barak-barak sederhana untuk romusha.
Ada juga bangunan untuk dapur umum serta balai pengobatan darurat untuk kepentingan pekerja. Jika ada pekerja yang terluka akibat reruntuhan batu atau terkena longsoran, hanya ditutupi atau dibebat dengan pelepah daun pisang saja. Sedangkan untuk menyembuhkan luka dari dalam, mereka hanya diobati dengan ramuan jamu tradisional, dari bahan yang mereka temukan di sekitar lokasi proyek. Sementara jatah makanan yang seharusnya dikosumsi 100 orang, terpaksa harus dibagi hingga 500 orang, dengan kualitas yang sangat memprihatinkan. Beruntung jika ada ikan asin sebagai lauk, namun yang seringkali diterima romusha adalah nasi jagung dan gaplek.
Kira-kira 2,5 km dari Gondoruso atau tepatnya di kaki lereng Gunung Gajah Mungkur, dibangun barak besar dan sejumlah bangunan militer lain, sebagaijmsat kegiatan militer Jepang. Bangunan permanen dengan kapasitas cukup luas dipergunakan untuk instalasi perkantoran, beberapa bangunan barak khusus untuk tentara PETA dan tentara Jepang, dengan penjagaan cukup ketat dari para kompetai.
Untuk memenuhi kebutuhan makanan dan minum, dibangun beberapa gudang sebagai tempat penyimpanan makanan dan senjata. Sedangkan untuk kebutuhan air bersih, romusha kembali dipekerjakan untuk membuat sumur besar sebanyak 3 buah, dengan diameter kurang lebih 3 meter dan kedalaman kurang lebih 50 meter. Tidak sedikit romuhsa tewas mengenaskan dalam pembuatan sumur ini, karena peralatan tidak memadahi dan lemahnya kondisi fisik
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Kirana, Edisi 2011, Lumajang, 2011,0727 * wisata sejarah