Peduli Batik di Alun-alun, Kabupaten Lumajang
Peduli Batik, Wujudkan Wisata Edukasi Johan Adisanjaya,SKh : “Setiap Minggu Pagi, Gelar Sekolah Batik Gratis Ada nuansa beda akhir –…
Peduli Batik, Wujudkan Wisata Edukasi
Johan Adisanjaya,SKh : “Setiap Minggu Pagi, Gelar Sekolah Batik Gratis
Ada nuansa beda akhir – akhir ini ketika kita berkeliling Alun-alun Lumajang. Tepatnya di halaman parkir Bola Tenis, depan Pendopo Kabupaten, setiap Minggu pagi berkerumun anak – anak muda dan bahkan orang tua melakukan aksi bersama. Yang jelas, mereka, mereka tidak “berunjuk rasa” tetapi beraksi untuk belajar membatik. Ada puluhan anak dari berbagai daerah meminati kegiatan ini. Dengan gayanya masing-mading mereka memulai dengan mendulangkan
canting, kemudian mulai memoleskan cairan ke dasar kain warna warni. Ada banyak pilihan gambar dan tentu sesuai dengan selera pembatiknya. Menariknya, semua yang dilakukan para pembatik pemula ini dilakukan secara gratis dan diajar langsung oleh instruktur yang profesional dalam bidang batik membatik, Pihak Penyelenggaranya adalah Johan Adi Sanjaya, warga desa Yosowilangun , jebolan UGM Jurusan Kesehatan Hewan.
Bapak dua putra inilah yang menggagas sekolah batik citra di Alun-Alun Lumajang. Bersama para pemerhati dan pelaku bisnis batik, Johan terispirasi untuk menjadikan sekolah batik menjadi tujuan wisata edukasi. Mengapa menggunakaan Alun – Alun sebagai tempat belajar batik, tentu ada alasannya., ” Alun alun ini adalah jantung kota Lumajang, saya ingin menunjukan masyakat bahwa kita bisa melakukan perubahan untuk mewujudkan Alun Alun ini sebagai tujuan wisata.
Dari pada Alun-alun digunakan tongkrongan anak – anak muda yang berpacaran atau aksi tanpa guna, lebih baik diarahkan untuk kegiatan positif,” begitu alasannya. Untuk menjadikan wisata edukasi ini, memang tidak mudah. Karena untuk kegiatan ini saja tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi ternyata bagi Johan tidak menjadi kendala, ” Saya dapat dukungan banyak teman – teman yang peduli batik dan mereka siap mendukung berdirinya sekolah batik ini.
Karena apa yang saya lakukan bersama teman – teman, ingin menjadikan sebagai media edukasi, apresiasi dan promosi batik Lumajang dalam mewujudkan kedaulatan sandang, budaya dan ekonomi,” tandanya. Batik merupakan produk sandang berbasis budaya yang digerakkan oleh ekonomi kerakyatan, yang menurut Johan harus berdaulat secara sosial sehingga masyarakat lokal menjadi tuan rumah yang dapat mengakses dan mengontrol segenap sumberdayanya secara berdaulat pula untuk meningkatkan kesejahteraan dan martabatnya.
Sedangkan kedaulatan sandang, apa diwujudkan apabila mendapat dukungan para pemangku kepentikan yakni masyarakat, pengrajin, pengusaha, pemerintah, kolompok swadaya masyarakat dll. ” Kehadiran produk batik luar daerah dan impor yang menguasai Lumajang adalah bentuk dominasi dan penjajahan ekonomi dan budaya gaya baru yang mengancam kedaulatan sandang, budaya dan ekonomi,” tambah Johan yang meyakini idealisme ini perlu disikapi masyarakat.
Terkait dengan Sekolah Batik Citra, diawali dengan pengenalan dasar membatik. Kalau mereka sudah punya dasar dan kemampuan, bisa dikembangkan dengan mengolah sendiri, dasar dan gambar batiknya, ” Semua peralatan kami siapkan disini dan mereka bisa juga membeli peralatan ini kalau memang nantinya berminat untuk mengembangkan sendiri,” tukas Johan kemudian.
Johan sendiri, kini juga telah memiliki usaha sendiri dirumahnya. Ada 6 orang karyawannya yang menghasilkan karya batik tulis khas Lumajang,” Kedepan, saya berharap usaha batik bisa merakyat dan tidak dimiliki hanya beberapa pengusaha batik saja, kalau bisa dikembangkan masyarakat saya yakin prospeknya juga sangat baik untuk kesejahteraan Lumajang,” minokacnvn (JP)
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Kirana, Edisi 2011, Lumajang, 2011,07 hlm. 38*39 komunitas