Upacara Haid, Adat Madura
Bagi seorang gadis di Madura, datangnya haid yang pertama kali diikuti dengan upacara khusus. Selama ia mengalami haid, ia tidak…
Bagi seorang gadis di Madura, datangnya haid yang pertama kali diikuti dengan upacara khusus. Selama ia mengalami haid, ia tidak boleh turun ke tanah, dan lamanya sekitar 7 hari. Setelah waktu haid berakhir, ia dimandikan dengan aeng komkoman. Air mandinya itu berupa air sumur yang diberi ramuan bunga-bunga aneka warna.
Sesudah itu ia diberi persalinan yang baik yaitu berupa bajuso/io, yaitu baju kurung berwarna hitam, sarung poleng berwarna hijau atau merah dengan paduan warna yang menyolok. Lazimnya wanita Madura juga memakai kain batik Madura, dengan latar belakang warna merah saga atau konengsaga. Dewasa ini pakaian itu cukup dengan kebaya lengan pendek, dan kain batik Madura.
Bersamaan dengan berakhirnya masa haid itu, diadakan selamatan nase ponar yaitu nasi ketan kuning dengan telor dan sambal.
Menurut salah seorang informan, dahulu ada upacara yang dilakukan secara bertahap sejak hari pertama haid sampai hari ke tujuh. Pada hari pertama ia duduk di atas keppay Mes- ser (kipas Mesir) dan naik tangga pada gigi pertama. Hari kedua naik tangga gigi kedua dan seterusnya sampai gigi tangga ke tujuh.
Dengan duduk di atas kipas Mesir dan naik secara beruntun dari hari pertama sampai hari terakhir, melambangkan peralihan masa kanak-kanak kepada masa dewasa. Sekarang upacara-upacara tersebut sudah jarang sekali dilakukan oleh masyarakat.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Upacara Tradisional daerah Jawa Timur.Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi Daerah 1983-1984, Surabaya September 1984, hlm. 56