Upacara Cuplak Pusar Masyarakat Tengger
Biasanya setelah bayi berumur lima atau 7 hari pusarnya mengering dan terlepas. Kejadian ini diperingati dengan suatu upacara. Upacara ini…
Biasanya setelah bayi berumur lima atau 7 hari pusarnya mengering dan terlepas. Kejadian ini diperingati dengan suatu upacara. Upacara ini dilakukan dengan “kekerik”, yang bertujuan untuk melepaskan segala kotoran dari leluhurnya, dan supaya mendapatkan keselamatan. Mantera yang dibacakan diantaranya sebagai berikut:
“getih abang, getih putih diselameti dina iki dadi kabeh nylameti getihe.” Sajian yang disediakan ada lima macam, yaitu jenang merah, putih, kuning, hitam dan hijau. Dukun menerima sajian-sajian dan uang sekedarnya. Tali-tali ari-arinya ditanam di dalam rumah dan selama lima hari diberi penerangan pelita.
Pada upacara kekerik ini diadakan suatu sajian yang lebih lengkap. Pada waktu upacara itu ayah, ibu dan bayinya memakai benang lawe yang telah dimanterai oleh Dukun. Dengan demikian keselamatan akan diperolehnya dan pertalian diantara ayah, ibu dan anak akan menjadi abadi. Tali benang lawe harus dipakai sampai rusak dengan sendirinya.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Reog di Jawa Timur. Jakarta: Upacara Kasada dan Beberapa Adat Istiadat Masyarakat Tengger, Proyek Sasana Budaya , Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1978-1979. hlm. 28
Comments
mana gambarnya kok nggak ada
maaf, kami belum punya gambarnya.