Upacara Tradisi (Bersih Desa) Sinongkelan
Di desa Pramban, Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek ada upacara tradisi yang disebut Sinongkelan. Tradisi tersebut merupakan peringatan kepada seorang tokoh…
Di desa Pramban, Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek ada upacara tradisi yang disebut Sinongkelan. Tradisi tersebut merupakan peringatan kepada seorang tokoh yang bernama Kanjeng Sinongkel. Upacara tradisi ini diselenggarakan setiap setahun sekali pada bulan Sela, tepatnya di hari Jum’at, sebagai peringatan Kanjeng Sinongkel. Diadakannya upacara yang dinamakan upacara Sinongkelan untuk pembersihan desa. (Upacara bersih desa).
Upacara dimulai dengan membakar dupa tongan yang ditabuh sebagai pertanda supaya orang-orang berkumpul. Menurut cerita dari mulut ke mulut pada waktu dulu ada angin bertiup menuju ke tempat upacara itu. Katanya itu sebagai pertanda datangnyaroh-roh halus Jong Biru untuk sekedar menyaksikan adanya upacara Sinongkelan itu.
Baju Duya yaitu bajunya Kanjeng Sinongkelan yang dibuat dari sobekan-sobekan kain yang beraneka warna sebagai syarat untuk upacara, kemudian dikeluarkan dari kamar tengah. Pendapa sudah digelari tikar. Orang-orang yang akan melaksanakan tugas dyduk melingkar.
Di situ seperti biasanya semuanya sudah berhias, jas ditutup, berikutkepala atau blangkon, memakai kain sewek dan terselip keris di pinggangnya. Waranggana (pesinden) juga sudah terlebih dulu berhias, di manacara berdandannya ini berbeda dengan yang lain. Yaitu memakai celanakomprang tidak memakai baju, sebagai peragaan Bandheng.
Gamelan berbunyi menyuarakan gending Ayak-ayakan. Kanjeng Sinongkel dan Patih maju ke tengah-tengah lingkaran, lalu duduk bersila berhadap-hadapan. Kemudian mulailah bermusyawarah, yang maksudnya Patih disuruh mencari Kidang Kencana yang memakai ciri “babat kawat mata kumala, bal karah, tracak baja”. Dan setelah terbaca semua perkataan Kanjeng Sinongkel, lalu Patih pun segera berangkat.
Sekarang berganti, Patih berdialog dengan Gandheng, dan memberi perintah agar para abdi mencak Kidang tersebut. Gandheng lalu menyetujui dan kemudian berangkat menemui para abdi, dalam perjumpaan dengan para abdi itu Gandheng dengan suara keras mengabarkan berita yang antara lain kurang lebih begini,
“Heeeeeeee, teman-teman !!!!!!!! Menurut kanjeng Sinongkel dengan melalui Gusti Patih, kamu sekalian disuruh mencari Kidang Kencana babat kawat, mata kumala, bal karah, tracak waja. Jangan sampai tidak berhasil ya caaaaa.
Maka carilah ke seluruh penjuru dan tidak boleh satu titik pun yang dilupakan untuk mencari Kidang Kencana. Adapun jika sudah tertangkap potonglah ekornya dan taruhlah di sanggar sebagai tumbal diJong Biru ya caaaaaaaaaa !!!!! supaya murah sandang dan pangan yacaaaaa ! Ucapan ini dijawab bersama-sama, ” Yaaaaaaaaaa !!!!!!
Kemudian disambung lagi oleh Gandhok, “Mari kita sekarang berangkat” dan disusul suara kereta” Yaaaaaaaaaa !!!!!!
Demikianlah sampai Kidang Kencana tertangkap, sedang yang jadi Kidang Kencana ialah Waranggana. Yang akhirnya Kidang Kencana dapat ditangkap masuk kedalam jaring. Selanjutnya terus dibawa dandiserahkan kepada Kanjeng Sinongkel, sebagai tumbal di Jong Biru.
Diambil dari cerita bahasa Jawa, daerah Trenggalek.