Haul Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng
Satu Tahun Haul Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Kewaliannya Melebihi Batas Wilayah Walisongo Haul satu tahun wafatnya Gus…
Satu Tahun Haul Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang
Kewaliannya Melebihi Batas Wilayah Walisongo
Haul satu tahun wafatnya Gus Dur diperingati di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang pada Sabtu malam (18/12) lalu. Ribuan umat Islam dating dari berbagai daerah Indonesia sejak sore hari.
TAMPAK hadir pada haul Gus Dur. Ibu Sinta Nuriah beserta putri-putrinya, Prof. Dr. Mahfud MD, KH. Imam Mahrus (Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo), Lukman Hakim Syaifudin (Wakil Ketua DPR RI), KH Nuril Jajuli (Pengasuh Pondok Pesantren Ploso, Kediri), Prof Dr. Yudian Wahyudi Asmin (Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijogo Jogjakarta).
Acara haul diawali dengan pembacaan Surat Yasin dan tahlil dipimpin KH. Ahmad Mustain, MA dan diakhiri doa oleh KH. Imam Mahrus. Usai membaca tahlil dilanjutkan dengan sambutan oleh KH. Sholahudin Wahid, Yeni Wahid, Prof Dr. Mahdud MD, Lukman Hakim Syaifudin, dan ceramah dari KH. Nuril Jajuli.
Usai sambutan dan ceramah dilanjutkan dengan renungan mengenang Gus Dur oleh Prof. Dr. Yudian Wahyudi Asmin, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijogo. Dalam renungan itu, ia menyatakan bahwa Gus Dur adalah seorang wali. Bahkan, dianggap sebagai wali kesepuluh.
Tanda Kewalian
Adapun tanda-tanda kewaliannya pertama, Gus Dur adalah , seorang yang mampu membangun peradaban di wilayah dunia bagian timur dengan pemikiran-pemikiran prularisme.
Kalau awalnya banyak sekali ditentang, tetapi kini sudah tidak lagi ditentang. Karena memiliki manfaat bagi persatuan dan kesatuan Negara Indonesia Pemikiran pluralism inilah yang mampu menyelamatkan Indonesia pascareformasi dari jurang perpecahan.
Kedua, dikatakan sebagai wali karena Gus Dur menghadirkan ajaran Islam sebagai rahmatan lilalamin. Sehingga orang-orang dari agama maupun golongan lain merasakan kenyamanannya. Bukan dalam bentuk kekerasan yang menakutkan bagi umat yang lain. Hanya ia hidup zaman Indonesia merdeka. Sedangkan Walisongo hidup zaman Kesultanan Demak Bintoro.
Ketiga, Gus Dur adalah seorang wali karena dalam gerakan dakwahnya Gus Dur mampu membedakan Islamisasi dan Arabisasi. Gus Dur lebih suka menggunakan gerakan Islamisasi dalam dakwahnya daripada gerakan Arabisasi. Contohnya, Gus Dur tidak mempermasalahkan nama musala tetap bernama langgar untuk salat. Yang penting fungsinya dapat digunakan untuk salat.
Keempat, Gus Dur dikatakan seorang wali karena mampu mengubah keadaan masyarakat dari pesantren yang dulunya terpinggirkan dan keluar dari keraton pada zaman Belanda kini zaman kemerdekaan menjadi masyarakat yang teratas. Contohnya, dirinya mampu menjadi presiden, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari Pesantren Tremas, Pacitan, dan banyak orang pesantren yang jadi menteri.
Kelima, Gus Dur sama dengan walisongo karena selalu memikirkan masa depan umat Islam. Saat Gus Dur baru tiba di Indonesia usai belajar di Bagdad kondisi warga masih dalam kondisi kemiskinan, kebodohan. Dengan kehadirannya dalam kurun waktu dua puluh tahun mampu bangkit menjadi orang yang pintar dan memiliki pendidikan tinggi. Selain itu, Gus Dur melebihi wilayah dakwah walisongo. Sunan Giri wilayahnya di Jawa Timur, Sunan Gunung Jati di Jawa Barat, dan Sunan Kalijaga di Jawa Tengah. Sedangkan Gus Dur wilayah dari Sabang sampai Merauke. Dengan demikian, Gus Dur memiliki wilayah yang cukup luas daripada wali sembilan.
Mendengar Gus Dur disebut sebagai wali dengan lima kriteria, umat .Islam yang hadir dalam acara haul tersebut hatinya senang dan wajahnya ceria. Karena ketika saat membacakan tahlil tampak berduka dengan wajah kusam sebagai tanda kesedihan.
Kebahagiaan itu diunggap- kan R. Sisworo Gautama, pengagum Gus Dur asal Trowulan, Mojokerto. Dia menyatakan memang sudah pantas Gus Dur disebut sebagai seorang wali. Karena semasa hidupnya menghadirkan Islam sebagai agama damai. Tidak memusuhi agama lain. Bahkan melakukan pembelaan terhadap agama minoritas yang ada di Indonesia.Pun- cak dari renungan mengenang Gus Dur ini diakhiri dengan menabur bunga di makam Gus Dur oleh Ibu Sinta Nuriyah bersama putri-putrinya.
■HUSNU MUFID
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: POSMO, edisi 606, 29 Desember 2010, hlm. 39