Wednesday, October 9, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Akhudiat, Penulis

5 Mei 1946, Akhudiat lahir di Karanganyar, Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, adalah seorang Penulis Indonesia , terutama menulis drama atau…


5 Mei 1946, Akhudiat lahir di Karanganyar, Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, adalah seorang Penulis Indonesia , terutama menulis drama atau naskah lakon/skenario, juga menulis cerita pendek, puisi, buku umum (non-fiksi). Akhudiat juga menerjemahkan beberapa karya drama atau tentang drama dari bahasa Inggris.

Tahun 1958, Menempuh pendidikan Sekolah Rakyat(SR) Rogojampi, Banyuwangi, lulus

Tahun 1962, melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) IV Jember, lulus. Kemudian melanjutkan sekolah di PGAA Malang sambil mengajar di beberapa SMP/SMA, serta madrasah tsanawiyah/aliyah.

Tahun 1965. Diat belajar di Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) III Yogyakarta, lulus, pada tahun tersebut (1965),  Pernah ikut kursus akting di Teater Muslim pimpinan Mohamad Diponegoro, juga berguru di kelompok teater Arifien C. Noer. Di bidang teater, Akhudiat juga mementaskan drama selain berperan sebagai aktor.

Tahun 1970, Tulisan pertama Akhudiat adalah tentang Markeso, seorang aktor tunggal “Ludruk Garingan”, dimuat di Surabaya Post

Tahun 1970, diangkat sebagai pegawai negeri sipil di Kantor Pusat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Bagian Kemahasiswaan, Kantor Pusat IAIN Sunan Ampel Surabaya, pensiun tahun 2002.

tahun 1970an, , Akhudiat bersama komunitas Bengkel Muda Surabaya menawarkan konsep baru “panggung kosong” . Konsep panggung kosong tersebut adalah konsep yang menganggap dunia panggung sebagai dunia imajiner. Maka muncullah di panggung, orang atau barang, baik sebagai pelaku/pelakon atau properti/alat bermain.  Semuanya berubah, bergerak, berombak, berirama, berganti, bertukar, berkeliaran, bahkan berontak, menjadi lakon. Maka adegan-adegannya dominan out-door/exterior. Dengan konsep tersebut, drama bisa dimainkan di mana pun, baik di dalam gedung, taman, lapangan, halaman, pendapa, arena, atau di mana saja. Karena itu, beberapa lakon awal Akhudiat dijuluki “teater jalanan.”

Tahun 1972, ditulisnya  Grafito,  ini berkisah tentang dua remaja, Ayesha dan Limbo, ketemu di jalanan. Keduanya adalah pemimpin geng yang terlibat dalam kisah love/hate, cinta/benci. Timbul dari pikiran “teater jalanan”, Diat mendapat gagasan ketika sering ketemu corat-coret (graffiti, tunggal: graffito) berupa tulisan atau cukilan di tembok, pohon, batu, bangku, gardu, halte, stasiun, terminal, tempat wisata, atau di mana pun, yang hanya berisi dua nama, pemuda dan pemudi yang sedang bercinta. Pesan singkat ini tentu mengandung kisah panjang di baliknya. Coretan atau “Grafito” kemudian dijadikan judul naskah dramanya.

Tahun 1972—1973, kuliah di Akademi Wartawan Surabaya (AWS) namun tidak tamat.

Tahun 1972—1982, Akhudiat menjabat sebagai Komite Sastra dan Teater di Dewan Kesenian Surabaya . Pada tahun yang sama (1972—1982), juga sebagai sutradara dan penulis naskah teater di komunitas Bengkel Muda Surabaya (BMS). Ia menjadi anggota pleno di Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT).

Tahun 1973, puisinya berjudul Gerbong-gerbong Tua Pasar Senen, mendapat juara II Lomba Penulisan Puisi versi Dewan Kesenian Surabaya.

Tahun 1974, Karya dramanya, Jaka Tarub dan Rumah Tak Beratap, memenangkan lomba naskah drama versi Dewan Kesenian Jakarta,

4 November 1974, Akhudiat menikah dengan Mulyani mempunyai 3 anak: Ayesha (lahir pada 1975), Andre Muhammad (lahir pada 1976), dan Yasmin Fitrida (lahir pada 1978). Bersama keluarganya, Akhudiat sekarang tinggal di Surabaya.

Tahun 1975, mengikuti Iowa International Writing Program di Universitas  Iowa,  Iowa City, Amerika Serikat.

Tahun 1999, hingga sekarang. Menjabat sebagai steering committee Festival Seni Surabaya (FSS)

Tahun 2002, menjadi Dosen Luar Biasa pada Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Oktober 1984, Cerpen Diat, “New York Sesudah Tengah Malam”, yang pertama kali dimuat di Majalah Horison, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Dede Oetomo, dosen Unair Surabaya, dengan judul New York After Midninght, diterbitkan dan dijadikan judul buku kumpulan sebelas cerpen Indonesia dari 11 cerpenis, merujuk pengalaman tinggal di Amerika Serikat serta pandangan mereka tentang Amerika. Buku tersebut disunting oleh Satyagraha Hoerip (Oyik), diterbitkan Executive Committee, Festival of Indonesia USA.

Tahun 1990-1991, Diterjemahkan lagi oleh John H. McGlynn, New York After  Midninght, dimasukkan dalam kumpulan puisi, cerpen, dan esai tentang New York setelah mengalami tragedi 11 September 2001.    Terjemahan McGlynn ini dimuat oleh majalah Persimmon, Asian Literature, Art and Culture, Volume III, November  2002, diterbitkan Contemporary Asian Culture, New York.

(Sh1W0 n  BAnT0)

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
S
umber: dari berbagai koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur

Jawa Timur