Terjadinya Desa Gurah, Desa Nyaen dan Patung Thotok Kerot
Pada suatu hari masyarakat Kediri dikejutkan oleh datangnya seorang rasesksi (raksasa betina). Hingga seisi istana kerajaan Kediri pada masa pemerintahan…
Pada suatu hari masyarakat Kediri dikejutkan oleh datangnya seorang rasesksi (raksasa betina). Hingga seisi istana kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Prabu Haji Jayabaya menjadi gempar, dan karena ketakutan masyarakat hingga raksasa tersebut lalu diserang beramai-ramai, masyarakat menduga akan berbuat kerusuhan. Sang raseksi roboh tetapi belum mati.
Tidak lama kemudian Sang Prabu Jayabaya segera menghampiri sang raksasa tadi, lalu ditanyainya. mengenai maksud dan tujuannya masuk ke istana Kediri. Dia menjawab kalau raksasa tersebut mengaku berasal dari hutan Lodoyong di tepi laut selatan, sedangkan kedatangannya ke Kediri adalah ingin mengabdi/diperistri oleh sang Prabu.
Mendengar jawaban itu sang Prabu lalu berkata bahwa kalau keinginannya seperti Tuhan tidak mengijinkan. Tetapi kemudian Sang Prabu memberi petunjuk bahwa besok sepeninggal sang Prabu Jayabaya sekitar dua puluh tahun lagi, di tanah sebelah barat akan ada seorang raja yang bertahta di Prambanan bergelar Prabu Prawatasari. Raja itulah yang nantinya akan menjadi jodoh baginya.
Belum selesai perkataan sang Prabu, raksasa tadi meninggal. Sang Prabu pun sangat heran di dalam hati. Maka kemudian untuk mengingat peristiwa tersebut, desa tempat peristiwa gemuruh/ramai-nya masyarakat mengejar raseksi tersebut, disebut Desa Gumuruh, serta memerintahkan agar raksasa betina tadi diabadikan dalam ujud arca raksasa yang diberi nama reca Nyai (arca perempuan).
Desa tempat keberadaan arca tersebut, disebut Desa NYAEN, Konon sampai sekarang arca tersebut masih berada di desa Nyahen tersebut. Arca tersebut mempunyai tingginya 14 kaki, biji matanya sebesar lepek (alas cangkir), dalam posisi methotok duduk dengan posisi satu lutut berada sejajar tanah satu lutut lagi posisi di atas. Dengan keberadaan posisisi tersebut serta mata yang molotot seakan marah, maka orang menyebutnya RECO THOTOK KEROT.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:
Comments
ngawur ceritanya, thothok kerot itu putri ayu kediri. & tempatnya dikunir,bukan gurah. tolong dong klo ngarang cerita yang real(benar)
Saudara Wiwid, PUSAKA JAWATIMURAN menambahkan sumber-sumber bacaan terkait, sebagai tambahan pengetahuan, dengan judul antara lain: Kajian Nilai Budaya Naskah Kuna Wawacan Dewi Sekartaji II: Episode Pencarian dan Penyamaran, terbitan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI Jakarta 1998; Sekartaji 3: Episode Pertemuan dan Penyadaran, terbitan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI Jakarta 1999 dan Tinjauan Historis Dalam Babad Kadhiri, terbitan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI Jakarta 1999.
mana adaaalah desa nyaen?????? ceritanya ngawur ini
Mungkin Sumber yang anda baca berbeda dengan sumber PUSAKA JAWATIMURAN. Alangkah baiknya anda membaca sumber-sumber yang lain, sepertihalnya buku-buku yang berjudul antara lain: THOTHOKKEROT; Cerita Rakyat Sebagai Sumber Penelitian Sejarah, (Karangan Soenarto Timoer/ Penerbit Balai Pustaka tahun terbit 1981). Buku tersebut berada koleksi Layanan DEPOSIT Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur.
saya tinggal di gurah
gak ada tu desa nyaen
baca buku blh aja,tp liat donk faktanya.biar gak jd buku crita fiktif
sumber tulisan dari koleksi Deposit Badan perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, bila Saudara ada sumber lain dan bersedia kami muat kami sangat berterimakasih sekali, salam kenal.
Low menurut saya toktok kerot itu patung duarapala sebagai penjaga pintu suatu tempat suci sperti krajaan atau lain” yg gak ada hubungan nya dengan critA”putri ataupun resaksi”low pun t0h ada itu adalah lagenda saja .
Memang cerita di atas hanya sekedar legenda – fiktif dan tidak harus nyata. Trima kasih komennya
kisah di atas sesuai dengan yang tertulis di Babad kadhiri. nama daerah bisa saja berubah seiring waktu. Seperti halnya Cirebon, semasa kerajaan majapahit namanya adalah Caruban. Banyuwangi dahulu bernama Blambangan. Bojonegoro dahulu bernama Rajegwesi, dsb.
Dalam babad Kadiri dituliskan, Desa Nyaen berada di wilayah yang diberi nama Gumurah, yang sekarang menjadi Kecamatan Gurah.
Patung itu sendiri awalnya ditemukan tahun 1981, dalam kondisi terpendam di tanah sebatas dada. Lokasi penemuan di desa Bulupasar, kecamatan Pagu berbatasan dengan kecamatan Gurah.
Terima Kasih tambahan infonya