Candi Brahu
Lokasi candi terletak di dukuh Muteran, desa Bejijong, kira-kira 2 km di sebelah utara Museum Trowulan. Letaknya di tengah sawah…
Lokasi candi terletak di dukuh Muteran, desa Bejijong, kira-kira 2 km di sebelah utara Museum Trowulan. Letaknya di tengah sawah agak jauh dari pemukiman penduduk.
Bangunan candi dibuat dari batu bata berukuran besar seperti umumnya candi-candi di sekitar Trowulan dan dibangun menghadap ke arah barat.
Candi Brahu mempunyai denah yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran masing-masing sisinya 8 meter. Di sisi barat terdapat bagian yang menjorok ke luar dengan ukuran panjang 3 meter dan lebar 3 meter. Bagian ini dulunya merupakan penampil candi atau bagian tangga masuk menuju ke bilik candi yang terletak tinggi di atas permukaan tanah lebih kurang 8 meter.
Susunan tangganya sudah tidak jelas lagi. Candi Brahu boleh dikatakan masih agak utuh. Ketiga dinding sisi candi, sisi selatan, timur dan utara dari bawah sampai tingkat atap masih utuh, hanya bagian puncaknya yang sudah runtuh. Sedang dinding candi sisi barat (bagian depan), mulai dari lantai bilik candi ke atas sudah hilang/runtuh sama sekali. Tinggi candi keseluruhan adalah 21,30 meter.
Dari sisi barat orang dapat naik sampai pada bilik candi. Bilik candi berbentuk segi empat dengan berukuran rata-rata 4,18 meter. Sedang tingginya dari lantai bilik sampai pada penutup sungkup 9,85 meter.
Dalam bilik candi, pada ketiga sisinya kita dapati bangunan altar yang fungsinya dahulu untuk menempatkan arca-arca dewa dan sajian bila ada upacara. Di tengah-tengah dinding timur di atas altar terdapat sebuah nis (rongga) kecil untuk menempatkan lampu. Nis ini dahulunya kecil tetapi kemudian menjadi besar karena ulah tangan jahil.
Di bagian atap candi masih dapat kita lihat beberapa bentuk menara atap sebagai rangkaian perbing- kaian atau hiasan atap. Secara lengkap bentuk puncak atap candi Brahu rupanya berbeda dengan atap candi Bajangratu yang merupakan susunan piramid bertingkat dan ditutup dengan bentuk kubus. Bagian puncak candi Brahu rupanya berbentuk bulat seperti stupa.
Secara keseluruhan bentuk candi Brahu mirip seperti candi Jabung yang terletak di daerah Probolinggo, tepatnya di daerah kecamatan Paiton. Bilik candi terletak tinggi di atas permukaan tanah, terdapat susunan altar dan puncak atap candi berbentuk stupa. Candinya juga menghadap ke barat dengan susunan tangga naik yang agak teijal. Candi Jabung dibangun pada tahun 1354. Jadi sejaman dengan candi Brahu dan candi-candi di sekitar Trowulan.
Dilihat dari ukurannya candi Brahu merupakan candi yang cukup besar di Trowulan. Lalu apakah fungsi candi Brahu itu?, Secara arkeologis agak sulit juga untuk menentukan fungsi sebuah candi. Mengingat bahwa di dalam bilik terdapat susunan altar, maka kemungkinan besar candi Brahu merupakan candi pemujaan.
Dari dongeng rakyat ada sebuah cerita yang menyebutkan bahwa candi Brahu itu dibangun oleh raja Brawijaya dan fungsinya sebagai tempat pembakaran raja-raja Majapahit yang kemudian abunya disimpan dalam lubang yang terdapat di tengah bilik candi.
Mengenai kebenaran dari dongeng tersebut masih perlu penelitian lebih lanjut dan pembuktian secara arkeologis. Mengetahui lubang yang disebutkan dalam dongeng di atas sampai sekarang belum pernah diketemukan.
Candi Brahu dicatat pertama kali oleh Raffles pada tahun 1815. Raffles menyebut candi Brahu dengan “One of the gateways of Mojopahit”. Catatan tersebut dimuat dalam bukunya History of Java, 1817.
Berdekatan dengan candi Brahu dahulunya kita dapati beberapa candi lain yang dibuat dari batu bata. Candi tersebut ialah Gentong. Keempat candi itu semua sudah runtuh dan sudah tidak dapat ditemukan lagi tempatnya.
Hanya Candi Gentong yang dapat ditemukan kembali situsnya, yaitu kira-kira 400 meter di sebelah timur candi Brahu. Sisa reruntuhannya hanya tinggal pondasinya yang terpendam di dalam tanah, sudah tidak nampak dari permukaan tanah.
Disamping peninggalan berupa bangunan di desa Muteran ini pernah diketemukan pula sebuah pot perunggu yang berisi berbagai benda dari logam antara lain enam buah arca yang tingginya kira-kira 10 cm, terbuat dari bahan emas dan perak, beberapa perhiasan cincin, gelang, perhiasan kepala dan perhiasan rambut. Juga terdapat sebuah talam berbentuk seperti tempat buah dari bahan perak dengan garis tengah 25,7 cm. Di bagian bawahnya terdapat tulisan dengan huruf Jawa Kuno. Benda-benda temuan ini merupakan temuan yang sangat penting, khususnya bagi desa Muteran dan kaitannya dengan candi Brahu dan untuk penelitian sejarah Majapahit pada umumnya. Misalnya di antara patung temuan terdapat Budha Wairocana, Kuwera dengan Yakshi atau Caewi, istri Kuwera. Kesemuanya bersifat budhis tis.
Dalam hal ini bila dikaitkan dengan candi Brahu, yang kemungkinan puncak candinya berbentuk stupa, maka kemungkinan besar candi Brahu itu seperti halnya candi Jabung, juga bersifat budhistis.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Tjokro Soedjono, Trowulan Bekas Ibukota Majapahit [Booklet]. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987/1988, hlm. 16-20