Thursday, December 7, 2023
Semua Tentang Jawa Timur


Meneladani Jejak Sang Laksamana

Cheng Hoo adalah manusia biasa. Seorang manusia yang memiliki perjalanan hidup yang sukses. Sukses sebagai manusia dan sukses mencapai karier…

By Pusaka Jawatimuran , in Sejarah Sosok Surabaya Th. 2008 , at 09/08/2012

Cheng Hoo adalah manusia biasa. Seorang manusia yang memiliki perjalanan hidup yang sukses. Sukses sebagai manusia dan sukses mencapai karier militernya. Sebagai manusia biasa, tatkala ia sudah menduduki jabatan yang tinggi sebagai laksamana, ia tetap tidak lupa daratan, la tak melupakan sumber asalnya. Masyarakat kecil.

Kemampuan serta kecerdikannya sebagai seorang pejuang dan seorang bahariawan, yang tingkat nasionalismenya tinggi, menjadikan ia memperoleh tempat tersendiri di hati raja. Jiwanya bukanlah sebagai seorang yang hamba yang memanfaatkan kedudukannya untuk memperoleh materi atau apa yang sering didambakan sebagai seorang manusia.

la adalah seorang pahlawan da.lam arti sebenarnya.Seorang pahlawan yang tidak berharap pujian atau kekayaan materi. Tetapi sebagai seorang pahlawan yang mampu mengajak rakyat untuk mencintai negerinya atau melanglang buana untuk memperkenalkan negeri Tiongkok sebagai negeri besar.

Sebenarnya, adalah tidak sulit bagi Tiongkok saat itu,apabila berkehendak untuk menaklukkan negara negara sekitarnya,seperti Thailand, Malaysia atau Indonesia.Karena negara negara tetangganya saat itu masih menjadi sebuah negara yang terbelakang dibandingkan di negerinya. Disamping kesempatan yang ada adalah dekatnya jarak antara Tiongkok dengan negara negara tersebut.

Tidak demikian dengan negara kolonialis, seperti Belanda, Perancis, Portugal, Inggris dan lainnya,yang mengarungi tiga samudra hanya untuk melebarkan kekuasaannya di negeri orang. Atau menjajah negara lain demi kemakmuran negerinya sendiri. Kita bisa merasakan, betapa Belanda menjajah negeri kita sampai tidak kurang 350 tahun.

Mereka menjajah untuk mengeduk kekayaan dan membodohkan anak negeri. Dan kita harus mengakui, bahwa pembangunan negeri penjajah itu tidak lain menggunakan kekayaan bumi Indonesia. Dan kebodohan bangsa Indonesia, Belanda berperan penting.ini sebuah perbandingan antara Belanda dan Tiongkok. Dan betapa pengorbanan bangsa dan negara Indonesia akibat ulah negara kapitalis tersebut.

Laksamana Cheng Hoo berani mengembangkan armadanya sampai kelima benua, tidak lain hanya bertujuan memperkenalkan negeri itu sebagai sebuah bangsa yang besar, sebagai bangsa yang bukan penjajah. Kalau berlayar ke negara lain, sifatnya hanya muhibah. Tidak ada kata lain, disamping sebagai seorang muslim, kewajibannya untuk melakukan syiar islam.

Yang lebih menarik lagi, bahwa muhibahnya ke negara lain, ia membawa rombongan pasukan yang cukup besar jumlahnya. Dan semuanya bukan dari muslim tetapi banyak dari berbagai agama dan kepercayaan. Kita bisa membayangkan betapa sulit untuk mengkoordinasikan sebuah rombongan besar dengan berbagai kepercayaan.Tetapi ia mampu untuk itu.

Kendati demikian dalam perjalanan muhibahnya tidak ada ceriteranya rombongan atau pasukan Laksamana Cheng Hoo memperoleh protes atau bertempur dengan pasukan negara tujuan. Bisa dikatakan, kedatangan ke negara tujuan ia bukan disambut dentuman peluru atau bau mesiu, tetapi mereka disambut dengan bunga rampai, dengan seyum persahabatan, sebagaiman kita bisa lihat bukti persahabatan yang dilihat dalam beberapa petilasan di kota Semarang atau di Tuban, misalnya.

Keteladanan dia tentu saja sangat banyak dan patut diikuti oleh kita.la datang dengan kebaikan dan membawa pasukan berbagai kepercayaan. Sebagai saudagar/pedagang, mampu menampilkan sebagai pedagang yang baik, tidak mengelabui dengan segala cara yang licik, la bermuhibah disamping berdagang dengan hati, bukan dengan emosi dan kerakusan, la mampu menempatkan diri di negeri orang. Itu sebabnya, ia memiliki kharisma yang tinggi baik didalam negeri ataupun di negeri manca.

Kalau sekarang keberadaan Cheng Hoo diseminarkan, itu adalah tepat. Paling tidak kita akan memperoleh hasil keteladanan Cheng Hoo sebagai seorang Tionghoa yang muslim dan bisa melaksanakan ukhuwah islamiah dengan tepat. Kita, bukan hanya masyarakat dari suku Tionghoa saja, tetapi juga semua suku yang ada harus bisa meniri keteladanannya. Dapatkah kita mengikuti jejaknya?

H.Soeharto

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Komunitas, Edisi Khusus, No. 40-April 2008.

%d blogger menyukai ini: