Thursday, November 14, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Ki Supa

Sunan Kali berjalan terus, mencari dan mencari. Tiba-tiba ia bertemu dengan satu rombongan kijang dan diantaranya dilihatnya seorang gadis yang…


Sunan Kali berjalan terus, mencari dan mencari. Tiba-tiba ia bertemu dengan satu rombongan kijang dan diantaranya dilihatnya seorang gadis yang cantik rupanya, lari bersama-sama kijang, makan bersama-sama kijang. Bahkan gadis itu tidak lagi berpakaian. Diperhatikannya gadis itu adalah adiknya, dewi Rasawulan. Ketika dipanggilnya, adiknya itu telah tak ingat lagi kepadanya, bahkan seakan-akan telah lupa akan bahasa manusia, karena terlalu lama berkumpul dengan kijang. Dipanggilnya sekali lagi, bubarlah kijang-kijang itu mendengar suara itu dan bersama-sama mereka dewi Rasawulan pun kabur.

Tak habis-habisnya Sunan Kali heran termangu-mangu. Kemudian ia bertemu dengan Ki Supa, seorang empu yang sakti dan Iman Sumantri. Ki Supa dan Iman Sumantri itu murid Sunan Kali yang amat dikasihi. Melihat Sunan Kali, segera Ki Supa dan Iman Sumantri bersujud. Sunan Kali lalu mengajak mereka mengejar dewi Rasawulan, dan diperintahkan membawa kepalan-kepalan nasi. Tiada lama kemudian mereka sampai di tempat rombongan kijang. Dewi Rasawulan ada diantara mereka. Segera mereka bertiga bergerak untuk menangkap dewi Rasawulan dengan melemparinya dengan kepalan-kepalan nasi. Setelah terkena oleh kepalan nasi itu dewi Rasawulan menjadi jinak dan dapat ditangkap oleh Ki Supa lalu diberi berkain dengan bebed Ki Supa sendiri. Kemudian Ki Supa memanggilnya, Dewi Rasawulan menjadi sadar, lalu bersujud di kaki kakaknya, Sunan Kali.

Sunan Kali berkata: “Marilah pulang, dik. Kita telah terlu lama meninggalkan kota Tuban dan ayah bunda. Lagipula, kawinlah dinda dengan Ki Supa karena dialah yang telah memberi dinda pakaian.” Dengan berempat mereka pulang ke Tuban. Adipati Wilatikta dan isterinya Dyah Retna Dumilah sangat senang dan syukut atas keselamatan anak-anaknya. Alangkah takjub hati mereka mendengar kisah anak-anak itu. Sang dipati menurut saja akan kehendak Sunan Kali yang hendak mengawinkan adiknya dengan Ki Supa. Perkawinan dilangsungkan dengan baik.

Pada suatu hari Sunan Kali memanggil Ki Supa ke tempat kerjanya dan minta dibuatkan sebuah keris. Besinya dikatakan berasal dari Akadiyat, hanya sebesar kemiri. Besi itu dibuat  menjadi keris oleh Ki Supa hanya dengan memijit-mijitnya saja, karena sukar disepit dan dipanaskan di atas api. Tak lama kemudian keris telah jadi, warnanya merah. Sunan Kali berkata:

“Karena warnanya merah seperti sengkelat, maka keris ini saya namakan Kyai Sengkelat. Tapi sebenarnya keris ini terlalu baik untuk dipakai oleh seorang santri, ia pantas dipakai oleh raja yang menguasai pulau Jawa. Oleh karena itu, Ki Supa, simpanlah keris ini baik-baik. Mungkin ada dikemudian hari, keturunan kita yang menjadi raja.”Keris itu disimpan oleh Ki Supa. Lalu sekali lagi Ki Supa dim inta membuatkan sebuah keris yang sesuai untuk dipakainya dengan besi yang berasal dari martabat wahdat. Oleh Ki Supa besi itu hanya dipijit 3 kali dengan tangannya dan telah menjadi sebuah keris yang bagus. Keris itu diberi nama “Ki Crubuk” oleh Sunan Kali. ***

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: BABAD TANAH JAWI; Galuh Mataram, hlm.104-105

Comments


Leave a Reply