Sunday, September 8, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Prabu Hayam Wuruk

Diceritakan pada tahun 1351, Dyah Hayam Wuruk menjadi raja majapahit.  Gejolak kawula muda dengan semangat yang menyala-nyala dan didukung oleh…

By Pusaka Jawatimuran , in Kesenian Sejarah Seni Budaya , at 24/07/2012 Tag: , , , , , ,

Diceritakan pada tahun 1351, Dyah Hayam Wuruk menjadi raja majapahit.  Gejolak kawula muda dengan semangat yang menyala-nyala dan didukung oleh Maha Patih Gajah Mada yang pandai dan sakti Terlaksanalah kerajaan Majapahit dapat menguasai kepulauan. Nusantara.

Karena itulah yang mernbuat semakin terkenalnya kerajaan Majapahit. Raja-raja tetangga yang jauh maupun yang dekat tunduk dibawah panji-panji Gula-Kelapa yang dimiliki oleh kerajaan Majapahit.

Pada waktu tertentu, banyak para tamu rnancanegara yang memberikan cinderamata kepada Sang Raja Shri Hayam Wuruk, saat itu Wilwatiktapura (Majapahit) masuk pada jaman keemasan.

Pada saat itu diceritakan bahwa raja Hayam Wuruk belum mau menikah. Namun ada seorang putri yang menarik hatinya yaitu putri dari Negara Pasundhan yang bernama Dyah Pitaloka.

Shri Hayam Wuruk menugaskan Empu Madu untuk menghadap raja Pasundhan guna melamar sang Putri. Ternyata lamarannya diterima dan dianggapnya sebagai tanda penghormatan dari raja besar Majapahit.

Ringkasnya Shri Baginda dari Pasundhan menghantar sendiri Dyah Pitaloka ke Majapahit, dengan diiringi serombongan prajurit. Sesampai di negara Majapahit, menyiapkan perkemahan di alun-alun Bubat sambil menanti penjemputan dari Shri Hayam Wuruk.

Diceritakan pada waktu itu mahapatih Hamangkubumi Gajah Mada yang masih diselimuti perasaan yang ingin mewujudkan Sumpah setianya mengira bahwa dengan perginya Shri Hayam Wuruk menjemput Dyah Pitaloka akan menurunkan drajad kewibawaan kerajaan Majapahit. Gajah Mada berpendapat bahwa Dyah Pitaloka harus dibawa menghadap Shri Hayam Wuruk menjadi putri boyongan sebagai pertanda menyerah.

Keinginan Gajah Mada seperti itu membuat marah Manggala dari Pasundhan, akhirnya terjadi perselisihan. Dan terjadilah perang di tengah alun-alun Bubat. Para Manggala dari Pasundhan tidak ada yang tersisa semuanya tewas di medan pertempuran, termasuk raja Pasundhan juga tewas. Melihat kenyataan seperti itu Dyah Pitaloka berduka cita dan bunuh diri. Peristiwa perang Bubat itu dicerita seperti “Sanga Turangga Paksawani” (1351), artinya Tahun 129.

Raja Hayam Wuruk yang mendengar berita bahwa Dyah Pitaloka yang diidam-idamkan menjadi istri prameswari sudah meninggal sangat sedih hatinya. Karena sangat sedihnya akhirnya sakit hingga meninggal.

Gajah Mada merasa dosa besar, maka sebagai penebus dosanya lalu mengundurkan diri dari jabatan patih mangkubhumi lalu bertapa dan menyepi di Madakaripura.

Begitulah apabila digubah dalam bentuk Tembang (lagu).

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  BANJARAN MAJAPAHIT, Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Jawa Timur, Drs. BUDU UDJIANTO, dkk, Surabaya; 1993.