Gajah Mada Sang Perkasa
Penyerangan Ra Kuti ke Kerajaan Majapahit sangat menakutkan para prajurit yang sedang ronda malam yang saat…
Penyerangan Ra Kuti ke Kerajaan Majapahit sangat menakutkan para prajurit yang sedang ronda malam yang saat itu tidak menyangka akan datangnya bahaya.
Banyaknya prajurit yang raguragu menghadapi bahaya ini, bahkan tidak percaya Ra Kuti dan para pengawal raja sudah ingkar kes etiaannya terhadap raja. Maka banyak tamtama dan prajurit yang tewas tertebas pedang Ra Kuti.
Ada sosok pimpinan prajurit Bayangkari yang bernama Gajah Mada melihat datangnya bahaya segera melompat bagaikan kilat menyusup ke Tilamsari. Raja Jayanegara yang sedang tidur nyenyak segera ru bawa lari. Benteng kerajaan yang setlnggi pohon pinang diloncati begitu saja oleh Gajah Mada sambil menggendong Sang raja.
Barisan pasukan Bayangkari bagaikan dihempas mendung tebal di pagi hari, namun Ra Kuti tidak mengetahui dimana Raja berada.
Barisan pasukan pengawal keselamatan Shri Raja Jayanegara berbanjar tiada putusnya. Masuk rimb raya, berbondong-bondong bagaikan gerombolan Gajah yang sedang mencari air. Menuju ke tempat yang dikehendaki yaitu ke desa Badhander . Peristiwa pemberontakan terjadi pada tahun 1319.
Ada seorang abdi pengawal raja yang mengikuti Shri Raja Jayanegara di pengasingan, yang bernama Bango Lumayang, minta ijin ke Gajah Mada ingin menjenguk keluarganya di Majapahit. Keinginan Bango Lumayang tersebut dicegah oleh Gajah Mada, namun nekad kembali, yang pada akhirnya terpaksa dibunuh oleh Gajah Mada. Yang demikian ini demi menjaga keamanan dan kewaspadaan jangan sampai pengungsian Shri Raja ketahuan oleh musuh.
Syahdan, yang berada di pura Kerajaan Majapahit, suasana yang sepi mencekam, diliputi duka yang dalam dengaI\ perasaan was-was. Sebenarnya banyak para abdi k erajaan mengira bahwa kehendak Ra Kuti yang saat itu sudah berhasil merebut tahta Kerajaan Majapahit. Namun para ker abat kerajaan dan prajurit tidak ada yang berani memulai untuk merebut kembali kerajan, disebabkan oleh keraguan dalam memilih mana lawan dan mana kawan.
Gajah Mada ditempat per sembunyiannya minta ijin Raja Jayanegara untuk melihat-lihat suasana dan menimbang sejauh mana kesetiaan para abdi dan prajurit kerajaan yang masih ada di kota Majapahit.
Berangkatlah segera Gajah Mada ke Kotaraja, yang dituju adalah kediaman Adipati Suranata yang kebetulan saat itu sedang ada pertemuan pimpinan perang. Kelihatan yang sedang bercakap-cakap adalah kudhawana, Menak Ranu dan Wiraga. Dan yang sedang dibicarakan adalah mencari dan melacak keselamatan Shri Baginda.
Para abdi terkejut melihat kedatangan Gajah Mada yang tak disangka-sangka . Setelah berbagi khabar, Tumenggung Suranata dan semua pimpinan perang menanyakan kepada Gajah Mada tentang keselamatan Shri Jayanegara.
Gajah Mada berterus terang bahwa Shri Jayanegara telah tiada. Berita ini dirasa bagaikan disambar petir sehingga para ahli, prajurit bertekat bulat akan menuntut balas membela kematian Shri Baginda Raja. Bahkan Gajah Mada dituduh telah ingkar janji, kehilangan kesetiaan terhadap raja. Semua tidak terima atas kematian Sang Raja.
Melihat keadaan yang demikian ini, Gajah Mada memastikan bahwa para pirnpinan perang kerajaan masih cinta dan setia terhadap Raja Jayanegara. Gajah Mada akhirnya berterus terang bahwa Sang Raja masih hidup tidak kurang suatu apa dan berada di pengungsian.
Ringkasnya , Gajah Mada dapat menyatukan tekad para .pirnpinan perang, akan menyerang kerajaan untuk merebu t tahta’ kewibawaan yang di duduki oleh Ra Kuti.
Bagaikan gemuruh ombak samudra, para prajurit Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada berhasil merebut tahta kerajaan. Ra Kuti tewas di medan perang.(^)
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: BANJARAN MAJAPAHIT, Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Jawa Timur, Drs. BUDU UDJIANTO, dkk, Surabaya; 1993