Suramadu, Jangan Tertunda Lagi
-September 2003- Nilai strategis Jembatan Suramadu dalam mengembangkan Madura secara integrated diharapkan oleh banyak pihak tidak tertunda lagi pengerjaannya. Mengingat…
-September 2003-
Nilai strategis Jembatan Suramadu dalam mengembangkan Madura secara integrated diharapkan oleh banyak pihak tidak tertunda lagi pengerjaannya. Mengingat jadwal proyek yang hanya berumur empat tahun yakni sampai 2007 dinilai terlalu pendek. Belum lagi penyiapan infrstruktur (di luar jembatan) untuk masuknya investasi.
Tidak sedikit pihak yang khawatir pengerjaan proyek prestisius itu bakal terlunda lagi ken dati peresmian tiang pancang pertamanya telah dilakukan. Mengingat ada beberapa rencana proyek besar di Jatim yang nilainya justru lebih kecil dari Jembatan Suramadu tertunda berulang-kali jadwal pengerjaannya.
Misalnya proyek Jalan Lintas Selatan, Pasar Terpadu Agribisnis, Tol Lingkar Timur Aloha-Perak, serta Tol Waru Wonokromo. Pemancangan tiang pertama proyek Tol Lingkar Timur bahkan telah dilakukan oleh Mar’ie Muhammad sebagai Menteri Keuangan RIbeberapa tahun lalu. Peresmian proyek Suramadu sendiri juga sudah molor berulangkali.
Kekhawatiran banyak pihak itu merupakan bukti tingginya keinginan masyarakat-khususnya masyarakat Madura atas realisasi Jembatan Suramadu. Sekaligus ekspresi yang menggambarkan rindunya masyarakat terhadap perubahan yang mungkin bisa mengubah nasib hidupnya di masa depan.
Menaggapi hal ini Gubernur Jatim Imam Utomo berulangkali menegaskan bahwa pihaknya tidak main-main dengan proyek Suramadu. Dia sangat yakin jembatan itu selesai sesuaijadwal, dan akan mampu memacu perkembangan ekonomi Madura melalui pemanfaatan sumberdaya yang ada-seperti kandungan minyak, gas bumi, tambang, pertanian, dan pariwisata.
“Selama ini investor enggan masuk ke Madura akibat infrastrukturnya belum memadai. Jembatan Suramadu sangat strategis untuk mempercepat pengembangan investasi di sana,” tegas Imam belum lama ini.
Realisasi Suramadu, katanya, bakal mendorong pemerataan pembangunan secara makro regional, termasuk mendongkrak pendapatan masyarakatnya. Tingkat PDRB di Madura selama ini jauh dibandingkan daerah lain yang berdekatan dengan Surabaya, seperti Gresik, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan.
Sebagai contoh, tingkat PDRB daerah-daerah sekitar termasuk Surabaya pada 2000 tercatat Rp64,57 triliun. Tetapi PDRB Madura hanya Rp 6,6 triliun. Pada tahun yang saran pendapatan masyarakat daerah sekitar termasuk Surabaya di luar Madura Rp 9,4 juta/kapita per tahun, sementara di Madura Rp2,1 juta/kapita per tahun.
Dukungan infrastruktur
Sejumlah tokoh masyarakat di Madura telah menyatakan siap bersatu mendorong percepatan proyek dalam rangka Madura Barn. Mereka menjamin pembebasan lahan untuk proyek di sisi Pulau Madura tidak akan ada kendala. Selain juga menjamin tidak akan ada resistensi atas proyek tersebut.
Para pejabat di Madura juga menyatakan siap memudahkan investor dalam hal perizinan. “Kami siap menyelesaikan perizinan investasi dalam sehari,” tegas Muhammad, Wakil Bupati Bangkalan belum lama ini.
Pemda Bangkalan juga sudah banyak berbenah di bawah kepemimpinan Bupati Fuad Amien. Misalnya untuk mengangkat direktur PDAM seleksinya dilakukan secara terbuka dengan memasang iklan di beberapa koran lokal.
Pertanyaannya, sudah cukupkah kecepatan pelayanan dan good governance dari pemda di Madura untuk menjadikan pulau itu sebagai zona baru ekonomi tanpa ada skenario lebih besar dari Pemerintah Pusat dalam menyediakan infratruktur bagi -investasi yang masuk.
Bangkalan di sisi Barat, misalnya, sangat tepat untuk pengembangan kawasan industri dengan pola Free Trade Zone (FTZ). Kabarnya Pemda Bangkalan sudah akan menyiapkan ini. Artinya semua dokumen ekspor sudah bisa diselesaikan di KI tersebut, dan ekspor sudah bisa langsung on going karena kedalaman kolam pantai itu sangat memenuhi syarat untuk kapal barang. Strategi ini bisa untuk menekan kecenderungan stagnasi yang terjadi di Tanjung Perak dan Tanjung Priok akhir-akhir ini.
Sementara itu, Wakil Ketua DPD REI Jatim Muhammad Rudiansyah, mengatakan infrastruktur jalan memang harus diperbanyak di Madura, sehingga investasi sektor realestat yang biasanya tumbuh mengikuti sector industri manufaktur bisa berjalan seiring dengan berkembangnya Madura itu sendiri. (aac/ard/bs/lh)
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Bisnis Indonesia: Regional Timur, No.5/1/September 2003, hlm. 2.