Adipati Ranggalawe
Ada sebagian tentara Kediri dan Gelang-Gelang yang ingin mencoba mengembalikan kekuasaan sepeninggal Jayakatwang, namun demikian bersatunya kedua tentara tersebut tidak…
Ada sebagian tentara Kediri dan Gelang-Gelang yang ingin mencoba mengembalikan kekuasaan sepeninggal Jayakatwang, namun demikian bersatunya kedua tentara tersebut tidak mampu menandingi bala tentara Majapahit yang ternyata lebih unggul.
Senopati Nambi, Lembu Sora dan Ranggalawe mendampingi kekuatan Raden Wijaya yang diikuti oleh saudara mudanya Dyah Pamasi bangki» menyerang sehingga musuh bertekuk lutut.
Dengan selamat Raden Wijaya telah bertahta di Kerajaan Majapahit tertulis pada tembang Harsawi-jaya “Purneng Kartikamasa panca dasi sukleng catur” dan berganti nama Shri Raja Kertajasa Jayawardhana.
Ternyata semakin tersohor nama Kerajaan Majapahit dan besar wibawanya. Kerajaan menghadap ke utara dikelilingi oleh sungai yang dalam sebagai benteng. Alun-alun terbentang luas daan dihiasi pohon beringin kembar yang rindang semakin menambah kewibawaan Negeri Majapahit.
Pada suatu hari Sang Raja duduk dihadap para prajurit, maksud pertemuan, Sang Raja akan memberikan hadiah kepada para perwira yang telah menunjukkan darma baktinya kepada sang Raja ketika berjuang untuk mendirikan Kerajaan besar Majapahit.
Ki Ranggalawe atau Sang Adikara Muda, ditunjuk menjadi Adipati di Tuban. Ki Lembu Sora bertahta di Istana Kepatihan di Daha, sedang Ki Nambi dinobatkan menjadi Patih Amangkubumi di Majapahit.
Dan masih banyak anugerah yang diberikan oleh Sang Raja yang di terima oleh para pengawal raja sehingga senang hatinya.
Alkisah ada kepingan cerita yang terjadi yang benar-benar membuat gempar, diantara pengawal raja ada yang berani menyombongkan diri, merasa besar pengorbanannya namun sebenarnya hanya omong kosong belaka yaitu Mahapati Dyah Halayuda.
Merasa bahwa pemberian Sang Raja tidak sesuai dengan pengor-bananya maka segera melakukan kelicikan dengan menyebarkan fitnah, Dyah Halayuda segera menuju ke dataran untuk bertemu dengan Adipati Ranggalawe.
Disana Sang Mahapati menyulut api kebencian, bercerita kepada Ranggalawe bahwa pemberian kedudukan sebagai Adipati di Tuban hanya sebagai perisai bila ada musuh dari seberang.
Pemberian kedudukan di Tuban hanya kebohongan belaka, hanya merupakan akal dari Empu Nambi yang ingin selalu dekat dengan Sang Raja.
Begitu meyakinkannya hasutan Sang Mahapati hingga mampu menyayat kalbu sang Ranggalawe. Sang Adipati Ranggalawe murka, kemurkaan Ranggalawe hanya ditujukan kepada Patih Amangkubumi Ki Empu Nambi, segera Sang Adipati ke kota kerajaan Majapahit, menghadap Sang Raja agar Sang Raja bersedia menurunkan kedudukan ki Nambi dan juga bersedia menunjuk sang Adipati menjadi Patih Amangkubumi.
Sikap Ranggalawe yang demikian membuat marah para pembesar Kerajaan, Alkisah ki Mahesa Anabrang prajurit pilihan yang baru pulang dari seberang segera menarik sang Ranggalawe keluar dari Istana Kerajaan. Geger di Majapahit tercatat pada tahun 1295 sang Ranggalawe memberontak terhadap pemerintah Majapahit. Sehingga terjadi peperangan antara prajurit Majapahit dan prajurit dari dataran (Tuban).
Ditepi sungai Tambak Beras Ranggalawe dapat dikalahkan oleh Ki Mahesa Anabrang, panglima perang Majapahit yang baru pulang dari seberang, yang sudah terbiasa melihat banjir darah serta berlayar di lautan darah, segera melihat kepada Ranggalawe yang sudah tak berdaya kemudian memenggal lehernya hingga terputus dari tubuhnya, kemudian kepalanya dibuat bulan-bulanan.
Lembu Sora yang menyaksikan jalannya pertempuran tersebut menganggap bahwa Mahesa Anabrang telah melewati batas aturan peperangan, maka segera mengambil senjata Tombak dan dilemparkan kehadapan Mahesa Anabrang, maksud lemparan tersebut adalah untuk mengingatkan kepada Mahesa Anabrang yang sedang lupa, namun karena Mahesa Anabrang selalu bergeser berdirinya hingga larinya tombak tidak jatuh didepannya namun justru menancap di punggungnya dan Mahesa Anabrang tewas seketika.
Peperangan telah selesai, berita pertempuran sampai ke Istana, hingga membuat Raja sedih sekali. Segera Sang Raja mengharap kedatangan Ki Wiraraja ayah Ki Ranggalawe.
Sebagai pelipur hati yang duka Ki Wiraraja diberi hadiah setengah Bumi Majapahit di sebelah timur. Ki Wiraraja bertahta menjadi Raja yang merdeka dibagian timur menguasai Kerajaan besar Negeri Lamajang.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Banjaran Majapahit, Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Jawa Timur, Drs. Budu Udjanto, dkk, Surabaya; 1993
Comments
Banyak versi cerita tentang Raden Ranggalawe yang pada intinya adalah sang Adipati Tuban memberontak kepada Majapahit. Saya menyangsikan cerita tersebut dengan berbagai versinya. Alasan saya sangat simpel sekali. Apakah mungkin orang seperti Raden Ranggalawe yang sudah mencapai tingkat pemahaman batin yang sangat tinggi bisa melakukan tindakan yang sangat berbau keduniaan? Sangat memalukan apabila seorang Raden Ranggalawe berebut kedudukan atau jabatan sedang beliau sendiri adalah keturunan bukan orang sembarangan,
Baiklah, sejarah adalah sejarah. Apa yang sudah tertulis tidaklah mudah untuk mengembalikan ke rel yang seharusnya, namun apabila para sejarawan mau meneliti tidak melulu berdasarkan textbook an sich yang dianggap sumber sejarah yang paling valid (apakah itu Kitab Pararaton, Negara Kertagama, Kidung-kidung, atau bahkan warisan penelitian orientalis Belanda) tentu akan seperti itu kejadiannya. Coba kita berpikir ke luar dari kotak, apa yang terjadi sebenarnya?
Apakah benar Raden Ranggalawe memberontak kepada Majapahit yang pernah mati-matian dibela dengan taruhan nyawanya?
Apakah benar Raden Ranggalawe dibunuh Patih Nambi hanya karena Raden Ranggalawe tidak pandai berenang, sedang sesungguhnya Raden Ranggalawe lahir dan besar di lingkungan yang akrab dengan air?
Apakah benar Raden Ranggalawe memberontak karena hasil hasutan Halayuda?
Maaf, saya hanya tidak setuju apabila sebuah cerita ditulis berdasarkan vested interest tertentu, apalagi dengan tujuan untuk mengecilkan peran seseorang. terlepas dari benar atau tidaknya sebuah versi cerita, tentulah tidak seharusnya berdasarkan soal like and dislike? Apalagi buat seorang Adipati Agung Raden Ranggalawe Teja Laku, Syekh Jalli Khalwati?
Tolong, para sejarawan, berhati-hatilah, Anda sedang menulis serta menceritakan kisah sekaligus image seorang manusia Agung yang pernah ikut mewarnai perjalanan sejarah Nusantara ini, khususnya tanah Jawa yang pada nantinya akan ikut menentukan pola pemahaman yang tertanam di benak anak cucu manusia Jawa Timur!
Wallahu’alam bishshawab!
Ada PR yang harus dituntaskan….. ayoo bareng-bareng
tp aku pernah dengar ronggolawe gugur di tangan minak jinggo ..mana yg benar ea
yg jelas ronggolawe bukanlah pemberontak mungkin jaman sekarang sebagai reformis yg akhirnya gugur karena fitnah kalayuda..karena itu tokoh besar ini tdk seharusnya di juluki pemberontak
Kagem Mas Joyo Brandal Luko Joyo, Pengertian Pemberontakan adalah penolakan terhadap otoritas. Gerakan seperti Perang Revolusi Indonesia pada 1945-1949, tetap dikatakan orang adalah suatu pemberontakan. Namun kita anak Bangsa, pasti menyikapi bahwa tindakan tersebut adalah tindakan yang Kasatrian.
juga tdk di jelaskan bahwa dlm perang ini ronggolawe di licik`i oleh kebo anabrang setelah perang tanding kalah dg licik lari kesungai mermpast keris ronggolawe megaliath dan di tusukkannya disitu lembu sura marah..mngetahui hal itu raden wijaya mnyesal dan berkata andaikan waktu bisa di undur saya akan ikuti apa kata kakang rongolawe.bagaimanapun semua cerita ini benar ato tdk yg pnting kita bijak mnyikapi leluhur kita
tulisan sejarah pasti demi kepentingan dan keamanan politik di masanya, contoh peristiwa G 30 S PKI dan Supersemarnya, kejelasannya masih simpang siur. Yaaa… inilah tugas kita semua anak bangsa untuk menggali dan menelusur dan mengInformasikannya.
Politik memang kejam’siapa yang menang belum tentu benar’….
Dari segi namanya saja Ronggo Lawe,,Ronggo bisa disebut derajat kepangkatan di Kerajaan Majapahit,, tapi ronggo itu juga wadag manusia yg berisi sukma dan jiwa, sedang lawe adalah benang ikatan yg kalo tunggal mudah dipatahkan tapi kalo seikat tak satupun tangan sanggup memutuskanya !!!!!!!!,,, jadi menurut pandangan kami Ronggolawe itu suatu prinsip yg tak mudah goyah dan di goyahkan,,, Terbukti keturunan Yang Mulia di surga Sang Ronggolawe adalah Wali yaitu Raden Syahid Sunan Kalijaga,,Pembimbing Raja Raja Jawa Nusantara !!!!!,, Rahayu,,,!!!!!!,,,