Tuesday, September 10, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Pulau Sempu di Malang Selatan

Pernah menonton film The Beach yang dibintangi Leonardo De Caprio. Film itu mengambil lokasi di Pulau Phi Phi Thailand. Tebing-tebing…

By Pusaka Jawatimuran , in Malang Wisata Wisata Alam , at 20/07/2012 Tag: , , , , , , ,

Pernah menonton film The Beach yang dibintangi Leonardo De Caprio. Film itu mengambil lokasi di Pulau Phi Phi Thailand. Tebing-tebing dan laut dangkal berwarna kehijauan di pulau itu memang menawan.

Malang Selatan mempunyai pemandangan tak kalah menawan. Oase alam itu terletak di pedalaman Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, persis di seberang Pantai Sendang Biru.

Untuk menikmati sempurnanya keindahan pulau seluas 877,0 ha ini, Anda harus menuju ke Segara Anakan atau biasa disebut dengan “Danau Kayangan” yang berada di sisi selatan Pulau Sempu. Dari pusat Kota Malang, terlebih dahulu harus menuju Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, tepatnya di Wana Wisata Pantai Sendang Biru.

Jika menggunakan kendaraan roda dua, perjalanan ke Sendang Biru rnemakan waktu sekitar tiga jam. Lumayan lama, namun sepanjang perjalanan akan disuguhi panorama keindahan alam serta ruas jalan yang berkelak-kelok dan naik turun bukit. Meski demikian jalan beraspal menuju ke Sendang Biru terlihat mulus.

Dari Sendang Biru, untuk menuju Danau Kayangan di Pulau Sempu harus menggunakan perahu yang disewakan nelayan dengan ongkos Rp100 ribu sekali antar. Kendaraan bisa diparkir di Pantai Sendang Biru, sebab ke Pulau Sempu tidak bisa menggunakan kendaraan karena adanya batas perairan yang memisahkan serta tidak terdapat ruas jalan yang bisa dilewati kendaraan karena, jalannya berbatu dan berbukit.

“Hutan Sempu dilindungi pemerintah dan merupakan kawasan penelitian. Sejumlah satwa langka masih ada di kawasan itu. Karena itu harus melalui izin dari petugas penjaga hutan yang berkantor di Pantai Sendang Biru,” kata Wamo, nelayan yang sudah sejak 5 tahun mengantar jemput para penikmat Pulau Sempu.

Selanjutnya, untuk menuju Danau Kayangan di sisi selatan bagian terluar pulau dan berbatasan dengan Samudera Hindia. Anda harus harus berjalan kaki sekitar satu setengah jam dari Teluk Semut atau sisi daratan utara Pulau Sempu.

“Kalau ke Pulau Sempu, kurang sempurna jika tidak ke Danau Kayangan, karena itu merupakan tujuan utama,” kata Warno yang sehari bisa mengantar dua rombongan saja ini.

Dalam perjalanan, bisa menjumpai hutan tropis dataran rendah dan melewati rintangan yang cukup sulit, seperti kemiringan permukaan tanah yang meneapai 60 derajat. Juga melewati jembatan yang dibuat dari pohon tumbang dan terbentang di atas sungai kecil. Diiring suara burung berkicau, tercium aroma pantai berombak kecil.

Setelah itu, baru bisa menjumpai pantai kecil berpasir putih yang membentang tidak begitu panjang. Takada satupun hunian di tempat itu sehingga jika ingin menginap harus membawa tenda dan peralatan lainnya.

Air membiru yang menghiasi Danau Kayangan ini merupakan air muntahan dan Samudera Hindia yang masuk melalui lubang bulat besar yang berada di tebing bagian tenggara. Saat ombak masuk, air terlihat begitu indah seperti semburan naga.

Di balik danau itu, terdengar deburan Samudera Hindia yang menghantam tebing curam di sisi . selatan Pulau Sempu. Ini bisa dinikmati dari atas tebing di sisi danau dan akan terlihat pula luasnya hamparan Samudera Hindia.

SEPERTI MIMPI

Mengapa disebut Danau Kayangan? “Karena, seperti mimpi rasanya melihat keindahan gugusan pantai dengan pasir putih dan air lautnya yang dangkal dengan bebatuan karang yang terlihat jelas di permukaan,” kata Warno.

Saat menikmati keindahan itu, jangan terlalu terbuai dengan keindahannya, sebab matahari akan terbenam dan seluruh keindahan itu menjadi gelap. Yang tinggal, hanya suara deburan ombak yang setia menemani menjelang malam hari.

Pulau Sempu, adalah sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa. Pulau ini berada dalam wilayah Kabupaten Malang, Saat ini, Sempu merupakan kawasan cagar alam yang dilindungi oleh pemerintah. Dalam pulau ini nyaris tidak ditemukan mata air payau.

Secara geografis, Pulau Sempu terletak diantara 1120 40′ 45? – 1120 42′ 45? Bujur timur dan 80 27′ 24? – 80 24′ 54? lintang selatan. Pulau ini, berbatasan dengan Selat Sempu (Sen dang Biru) dan dikepung Samudera Hindia di, sisi selatan, Timur dan Barat.

TERLARANG

Pulau Sempu yang merupakan kawasan cagar alam di bawah naungan Bala; Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Timur itu, memili ki empat ekosistem yakni ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan pantai, ekosistem danau, dan hutan tropis dataran rendah. Sesuai penelitian beberapa ahli, iklim kawasan pulau Sempu termasuk tipe C dengan eurah hujan rata-rata 2.132 mm per tahun. Musim hujan umumnya terjadi pada bulan Oktober dan April, sedangkan musim kemarau antara Juli sampai September.

Berdasarkan data BKSDA, pulau ini memiliki lebih dari 223 jenis tumbuhan, dan 144lebih jenis burung spesies baru dan mamalia serta hewan langka lainnya. Selain itu, di pulau ini juga masih ada macan tutul serta 20 spesies macan kumbang. Binatang buas itu sering tampak di sekitar Telaga lele dan Teluk Semut.

Nama Pulau Sempu berasal dari nama sejenis tanaman obat yang saat ini amat langka, yakni pohon Sempu. Meski demikian tak satupun pohon Sempu yang masih berdiri di areal hutan tropis maupun hutan pantai pulau itu. Pohon lain yang tumbuh subur semisal Bendo dan pohon-pohon raksasa lainnya.

Menurut petugas Polhut BKSDA yang berjaga di kawasan Sendang Biru,Ardiyanto, tentara hanya benatih survival di Pulau Sempu. Tenarang untuk ber1atih perang-perangan karena status cagar alamnya, Meski demikian, beberapa kali BKSDA masih kecolongan hewan-hewan penghuni pulau Sempu.

“Kita pernah menangkap penyelundupan hewan dari pulau Sempu di Bandara Juanda Surabaya, waktu itu penyu dan spesies Sanca Bodho,” katanya.(sti)

 

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:POTENSI JAWA TIMUR, EDISI 12, tahun IX/2009, hlm. 16.

Comments


Leave a Reply