Kerajinan Kuningan Bondowoso
KERAJINAN Kuningan Bondowoso Bertahan Inilah kekayaan lain Bondowoso seIain Kawah Ijen yang selalu ramai dikunjungi wisatawan. Kabupaten itu punya produk…
KERAJINAN
Kuningan Bondowoso
Bertahan
Inilah kekayaan lain Bondowoso seIain Kawah Ijen yang selalu ramai dikunjungi wisatawan. Kabupaten itu punya produk unggulan berupa industri pengolahan kerajinan kuningan, milik warga Desa Cindogo dan Jurang Sapi, Kecamatan Tapen.
Kerajinan ini sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. “Perajin tidak tahu, sejak kapan kerajinan kuningan ada di sini. Namun, yang pasti sejak zaman Belanda, mayoritas warga di sini sudah menjadikan kuningan sebagai mata pencarian,” ujar Abdul Muhni (44), salah satu perajin.
Sentra kerajinan di dua desa ini terdapat 50 perajin. Di sana terdapat beberapa show room yang memajang aneka kerajinan berbahan kuningan. Kuningan produksi dua desa ini benar-benar merupakan kerajinan tangan. Artinya, semua mengandalkan keterampilan dan ketekunan pembuatnya dan tidak menggunakan tenaga mesin.
Muhni mengaku sudah menekuni usaha ini sejak tahun 1976. Pantaslah ia sudah sangat paham proses pembuatan kerajinan kuningan sejak awal hingga menjadi barang jadi. “Yang pertama adalah membuat cetakan. Misalnya membuat burung, pertama kali yang dilakukan adalah membuat mal atau cetakan berbentuk burung,” katanya.
Menurut Muhni, cetakan bisa dibuat dari tanah liat atau kayu. Jika sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan, mal tersebut diduplikatkan dengan menggunakan bahan malam sehingga berbentuk tiga dimensi. Langkah berikut malam
dilapisi tanah liat dan dipastikan tidak bocor. Hanya bag ian atas yang diberi lubang sedikit untuk memasukkan cairan logam.
Kerajinan kuningan Bondowoso selain dijual di pasar domestik, juga pernah dijual ke Malaysia dan Brunei. Namun karena keterbatasan investasi untuk meningkatkan jumlah produksi, maka saat ini perajin hanya menjual ke pasar dalam negeri.
Dikataknnya, Bondowoso sudah lama dikenal sebagai pusat kerajinan kuningan. Kualitas hasil olahannya ternyata tidak kalah dengan produksi kuningan dari Juwana di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kerajinan kuningan di Bondowoso memiliki ciri khas tersendiri. Ini karena bahan bakunya hanya ada di Desa Cindogo dan Jurangsapi, Wonosari. Perajin kuningan hanya dapat ditemukan di dua desa tersebut karena struktur tanahnya cocok untuk bahan pembuat kuningan.
Keistimewaan produk kuningan Bondowoso ini adalah kadar mengkilatnya yang lebih awet, tanpa pengolahan tam bahan, warna kuningnya dapat bertahan lebih lama dan bermacam-macam barang dapat dibuat dari kuningan ini, seperti peral~tan rumah tangga, souvenir, interior rumah, tempat bunga, guci, tempat menyirih, relief lukisan ataupun berbagai macam miniatur binatang.
Koestari, pemilik UD. Setia mengatakan, peran pemerintah dalam memberdayakan home industri di daerahnya sa at ini sudah tidak seperti dulu. Dulu mereka sering dilibatkan mengikuti pameran ke kota-kota besar bahkan ke luar Negeri. Sekarang sudah tidak ada lagi yang peduli pad a usaha mereka.
Karena itu la mengharapkan adanya terobosan market yang digagas oleh pemerintah, agar home industri di daerahnya bisa lebih maju. “Jangankan memelopori buka jaringan networking yang lebih baik, menjaga ketersediaan dan kestabilan bahan baku saja tidak ada yang membantu memikirkannya,” keluhnya.
Dia menambahkan, naik turunnya nilai tukar dollar terhadap rupiah juga berdampak pada kenaikan bahan baku kuningan untuk memproduksi kerajinan, yang sebelumnya hanya Rp17 ribu per kilogram kini mencapai Rp 20 ribu per kilogram .
Kondisi tersebut diperparah lagi dengan sepinya peminat hasil kerajinan kuningan. Selain itu harga hasil kerajinan, juga naik antara 25% hingga 35% dari harga sebelum bahan baku naik.
Sebagai gambaran, tahun 1999 ada 75 perusahaan kuningan di kecamatan ini yang dapat menyerap hingga 300 orang tenaga kerja. Setahun kemudian terjadi penurunan jumlah perusahaan maupun tenaga kerja. Saat ini masih ada 45 industri kerajinan kuningan yang bertahan dengan 194 orang tenaga kerja, dengan nilai produksi mencapai lebih Rp 2 miliar.
Terhadap permsalahan itu, ia mengharapkan pemerintah daerah dapat membuka pasar kembali dengan menawarkan pada setiap investor agar mampu menjual kerajinan kuningannya. Karena kualitas hasil olahan kuningan Bondowoso tidak kalah dengan produksi kuningan dari Juwana di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. (Rijal)
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:POTENSI JAWATIMUR, EDISI 3 TAHUN X/2910. Hlm. 10