Istana Gebang Masih Diminati
Selain makam Proklamator Bung Kamo, bangunan cagar budaya Istana Gebang juga sebagai rumah proklamator masih menjadi daya tarik wisatawan. Para…
Selain makam Proklamator Bung Kamo, bangunan cagar budaya Istana Gebang juga sebagai rumah proklamator masih menjadi daya tarik wisatawan. Para pengunjung selain datang dari Jatim juga propinsi lain bahkan maneanegara. Setelah berziarah ke makam Bung Kamo biasanya mereka minta diantar ke Istana Gebang karena bangunan ini mempunyai daya mistis sehingga cocok untuk wisata spiritual.
Menurut Haryo Subaskoro sebagai Cucu Buwardoyo, Istana Gebang dibuka setiap hari mulai pukul 07.00 sampai 16.00. Pada hari biasa wisatawan yang datang sekitar 50 hingga 100 orang dan hari Minggu lebih dari 100 orang. Sedangkan pada saat haul Bung Kamo 21 Juni merupakan puneaknya. Seluruh keluarga Bung Kamo datang. “Bangsa besar adalah bangsa yang senantiasa mengingat jasa para pahlawannya. Oleh karena itu, jangan sekali-kali melupakan sejarah,” kata Haryo, membacakan tulisan yang terpampang di dinding sudut petiasan keluarga Soekamo di Istana Gebang JI Sultan Agung 56 Kota Blitar Jawa Timur.
Tulisan itu merupakan pesan Proklamator Ir Soekamo. “Mereka telah rela mengorbankan harta benda, jiwa raga, tetesan air mata, darah dan nyawa demi terwujudnya kemerdekaan Indonesia,” ujamya.
Di bangunan kuno berarsitektur Jawa yang oleh masyarakat Blitar lebih dikenal dengan sebutan Dalem Gebang yang artinya Istana Gebang, berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi, berada di Keeamatan Sanan Wetan Kota Blitar. Di Gedung inilah sang Proklamator Republik Indonesia menghabiskan masa kecilnya hingga rarnaja bersama orang-orang yang dicintainya sebelum melanjutkan pendidikannya.
`Di dalam bangunan bercat hijau agak kebiruan Soekamo yang nama aslinya Koesno tinggal bersama kedua- orang tuanya. Ayahnya bemama Raden Soekeni Sastrodiharjo, ibunya IdaAyu Nyoman Rai dan kakak kandungnya Soekarmeni Wardoyo alias Bu Wardoyo.
Rumah berarsitek Jawa keberadaannya masih terawat dengan baik. Dihalaman yang luas dan bersih telah tumbuh pohon berukuran besar dan tinggi sehingga lingkungannya menjadi sangat rindang dan sejuk.
Arum sebagai penjaga Istana Gebang menuturkan, rumah bersejarah ini dibangun keluarga Soekamo sekitar tahun 1900 dan sampai saat ini masih berdiri kokoh. Bangunan ini didalamnya terdapat beberapa ruangan diantaranya dua ruang tamu yang besar dan luas berukuran sekitar 10 X 15 meter, ruang keluarga berukuran 10 X 1 0 meter, ada sembilan kamar tidur yang letaknya saling berhadapan berukuran 4 X 4 meter.
Di ruang tamu terdapat dua set perangkat meja kursi kuno terbuat dari kayu jati dan rotan, lemari, pusaka tombak dan keris serta payung. Di dinding ruang tamu banyak terpampang deretan toto, lukisan, patung keluarga dan kerabat Bung Kama. Salah satunya toto Bung Karno berpakaian lengkap kepresidenan berukuran besar sekitar 2 X 3 meter yang diapit foto ayah dan ibunya
Di ruang keluarga ada dua set meja kursi, kursi goyang, Iemari dan dinding terpampang deretan foto-foto kerabat dan teman-teman Bung Kama mulai masa kecil, remaja, masa perjuangan. Didalam lemari tertata rapi alat-alat perangkat rumah seperti gelas, piring, mangkok, sendok, garbu dan beberapa pakaian Jawa.
Salah satu ruang tidur didalamnya ada lemari, meja, kursi dan seperangkat tempat tidur terbuat dari besi lengkap dengan kasur, bantal, guling, seprei yang tertutup kelambu putih. “Di kamar inilah Presiden Pertama RI belajar dan menyusun strategi membebaskan Indonesia dari cengkeraman penjajah belanda.
Di belakang rumah indukada deretan bangunan memanjang dan terdiri dari beberapa ruangan dengan luas 3 X 3 meter. Ruangan tersebut digunakan sebagai ka”‘ar tidur abdi dalem atau pegawai Istana Gebang, dapur, kamar mandi dan garasi mobil.
Didalam garasi tersimpan sebuah mobil Mercedez Benz buatan Jerman tahun 1950 yang masih lengkap dan terawat dengan baik. Mobil tersebut adalah mobil Kepresidenan yang pernah digunakan Bung Kamo pada tahun 1951-1960. Bangunan ini pada 1998 di pugar oleh Dewan Harian Daerah (DHD)Angkatan 1945 Propinsi Jawa Timur dan langsung diresmikan Ketua DHD Angkatan 1945 Jatim Sudjito.
Sumber Kehidupan Keberadaan petilasan di pinggiran Kota Blitar sangat berarti bagi sebagian masyarakat Sanan Wetan. Karena dengan banyaknya wisatawan dipastikan roda perekonomian berkembang, sehingga dapat memberikan sumber kehidupan masyarakat, seperti penjual makanan dan minuman, pedagang suvenirtukang ojek dan tukang becak.
“Mudah-mudahan pemerintah dan masyarakat Indonesia mampu mempertahankan keberadaan Istana Gebangdan jangan sampai dijual ke swasta. Karena dengan banyaknya wisatawan yang datang ke tempat ini berarti dapur saya tetap mengebul asapnya,” ujar tukang ojek Agus Sopyan Menurut sumber dari Pemda Kota Blitar bahwa pada 2001 telah dikeluarakan Surat Keputusan (SK) Walikota Blitar dengan Nomor 24/ 2001 tentang Penetapan lahan benda cagar budaya. Dengan SK walikota tersebut Istana Gebang dinyatakan sebagai bagian dari bangunan benda cagar budaya Kota Blitar.
Kota Blitar letaknya tidak terlalu jauh dengan Kota Surabaya yakni sekitar 180 km. Oleh karena itu bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke Istana Gebang-atau berziarah ke makam Bung Kamo. Apabila menggunakan transportasi kereta api (KA). Anda bisa naik KA Penataran jurusan Surabaya Kota-Blitar lewat Malang dan KA Rapi Dhoho jurusan Surabaya Blitar lewat Kertosono dengan tarif Rp 20.000/orang. Dari Surabaya bisa naik di Stasiun Surabaya Kota, Gubeng dan Wonokromo, sedangkan perjalan ditempuh sekitar 5 Jam. Dari stasiun Kota Blitar perjalanan ke lokasi Istana gebang jaraknya sekitar 2-3 km. Kemudian naik becak atau ojek dengan ongkos sekitarRp 7.500-Rp 10.000.
Sedangkan perjalanan menggunakan sarana angkutan Bus, naik dari Terminal Purabaya Surabaya turun di Terminal Blitar, apabila dengan bus patas tiket Rp 25.000/orang. Setelah dari terminal Blitar pengujung bisa naik ojek, becak dan naik angkutan kota ke Istana Gebangjaraknya sekitar 3 km. Naik ojek ongkosnya sekitar Rp 15.000-Rp 20.000/orang, becakRp 10.000 dan naik angkutan kota jurusan Wlingi biayanya Rp 3.000/orang .•Sunaryo/S
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: POTENSI JAWA TIMUR, EDISI 08 TAHUN VIII/2008, hlm. 16