Puspa Agro, Pasar Agrobisnis Terbesar di RI
SURABAYA – Penantian panjang petani Jawa Timur untuk memiliki pasar induk agrobis akhimya terwujud. Setelah delapan tahun menunggu, Pemerintah Provinsi…
SURABAYA – Penantian panjang petani Jawa Timur untuk memiliki pasar induk agrobis akhimya terwujud. Setelah delapan tahun menunggu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berhasil mewujudkan pembangunan pasar induk agrobis tarbesar se integrasi pertama di Indonesia, yakni di desa Jemundo. Taman, Sidoarjo.
Berdiri diatas lahan seluar 50 hektare Puspa Agro memiliki tujuh los bangunan dengan total stan mencapai 5.000. Pengelolanya PT Jatim Graha Utama (JGU) yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemprov Jatim. Total investasi yang dikucurkan untuk membangun proyek tersebut mencapai Rp 636 miliar dan biaya pembebasan lahan sekitar Rp 200 miliar.
Ide Membangun Puspa Agro (dulu bernama pasar Induk Agrobisnis atau PIA muncul sekitar sepuluh tahun lalu. Waktu itu, dengan alasan untuk mengoptimalkan peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi Jatim, diperlukan perbaikan mata rantai pemasaran produk pertanian. Ini agar revitaliasl pertanian di lini on farm, yang gencar dilakukan waktu itu, tak sia-sia akibal tidak adanya perbaikan di lini off farm, terutama pasca panen dan pemasaran.
Hal Itu bisa menjadi persoalan serius karena komoditas pertanian Jalim yang selalu surplus setiap tahun temyata tidak diimbangi meningkatnya nilai buat petani. Salah satu penyebabnya, Jatim tidak memiliki sislem perdagangan agro yang meningkatkan nilai tambah tersebut Jatim punya banyak produk, tetapi tidak bisa mengendalikan perdagangan. Dengan adanya pasar yang berperan sebagai pasar induk, diharapkan bisa mengendalikan perdagangan komodilas tersebut.
Gubemur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo dalam sambutannya saat peresmian Puspa Agro, Sabtu (17/7), mengatakan para petani dan pedagang di Puspa Agro siap melayani pembeli eceran, grosir, hingga parlai besar, sehingga diharapkan mampu menjaga pasokan produk hasil bumi. Dengan begitu, harga sayur-mayur dan kamoditas pertanian lainnya bisa terus stabil.
Harga lombok keriting pada Juni hanya Rp 14 ribu per kilo, tapi sekarang sudah Rp 38 ribu. Harganya melambung karena kelangkaan produk akibat kondisi alam. Dengan adanya Puspa Agro ini nanti cabai bisa dibuat kering atau bubuk”, tambahnya.
Pemyataan Soekarwo, itu merujuk pada fakta dengan fasililas pergudangan dan daya tampung Puspa Agro yang bisa melayani pedagang grosir, produk pertanian, perikanan, maupun petemakan Jatim bisa disimpan serta diolah untuk jangka waktu relatif lama. Dengan demikian. harga komoditas di harapkan bisa lebih stabil.
Menurut Soekarwo, Puspa Agro nanti tidak hanya menjadi pusat perdagangan, hunian, serta logistik hasil bumi. Namun, pasar itu juga akan menjadi tempat pelatihan dan pendidikan bagi petani, generasi muda, maupun masyarakat umum.
Berdasar kajian awal, transaksi di Puspa Agro Jatim diprediksi menembus angka Rp 10 triliun per tahun dengan perputaran komoditas mencapai 1,095 juta ton. Atas potensi itu, ada keinginan untuk mengembangkan Puspa Agro tak lagi bertaraf nasional, tapi internasional.
Rencana itu makin kental ketika beberapa waktu lalu, duta besar Indonesia untuk Singapura datang ke Jatim dengan membawa sekitar 20 pengusaha berminat membeli sayuran Jatim.
Karena itu, Menko Perekonomian Halla Rajasa meminta agar Puspa Agro tidak hanya lahannya yang terluas di Indonesia. Tetapi juga harus menghasilkan kualilas yang unggul. Dengan begitu pasar ini tak hanya menjadi penyuplai regional, namun juga internasional. */fan
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: SURABAYA POST, Senin, 19 Juli 2010, hal. 3