Sunday, December 8, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Batik Pamekasan

Batik Latansa Collection Pamekasan Berkembang Pesat Berkat Promosi PLN Ada yang istimewa dari bisnis batik “Latansa Collection” yang dikelola oleh…

By Pusaka Jawatimuran , in Seni Budaya Sentra , at 01/07/2012 Tag: , , , , ,

Batik Latansa Collection Pamekasan
Berkembang Pesat Berkat Promosi PLN

Ada yang istimewa dari bisnis batik “Latansa Collection” yang dikelola oleh Hj. Sakinah Mahdor yang beralamat di Jl. Sersan Misrul 4/25 Pamekasan, Madura. Penghasilan dari usaha yang digelutinya itu, 90 persen langsung masuk ke yayasan dan diperuntukkan untuk membantu fakir miskin dan membantu pembangunan pondok pesantren serta masjid.

Dalam wawancara dengan INFODIS belum lama ini, ibu satu anak ini mengatakan, kalau seluruh penghasilan dari cabang-cabang Latansa Collection hampir 90 persen masuk ke yayasan tanpa melalui dirinya. “Hanya show room yang ada di sini (Jl. Sersan Misrul) untuk kehidupan sehari-hari serta untuk pengembangan,” kata istri dari H. Mahdor Abdullah yang sehari-hari menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Pamekasan.

Ia juga mengakui kalau bisnis yang didirikannya pada 1986 lalu itu dulunya biasa-biasa saja. Namun setelah berkenalan dengan PLN khususnya di APJ Pamekasan usahanya semakin berkembang. Pejabat dan keluarga di kantor tersebut selalu berbelanja di sini. Bahkan dalam setiap kesempatan PLN ikut mempromosikan Latansa Collection ke setiap relasi yang dikenalnya.

Dengan demikian rumah batik tersebut semakin dikenal oleh masyarakat. Tidak saja di Madura tetapi sudah sampai di Surabaya hingga Jakarta. “Sudah 15 tahun ini saya bekerja sama dengan PLN dan hasilnya sangat signifikan,” kata Hj. Sakinah sembari menambahkan kalau pihaknya kini sudah bisa membuka 4 cabang masing-masing di Madura dan Surabaya.

Batik produksi Latansa Collection memang tidak sama dengan batik-batik produksi perusahaan lain. Disain dan warna yang ditawarkan selalu up to date karena perusahaan tersebut tidak ingin produknya bisa ditiru oleh perusahaan lain. Tidak mengherankan jika produk batik dari Latansa Collection ini mendapatkan perhatian bagi para pelanggan.

Hj. Sakinah Mahdor selaku pemilik Latansa Collection senantiasa menjaga mutu dan kualitas dari batik-batik hasil ciptaannya. Oleh karena itu dalam setiap pengerjaannya dilakukan dengan cermat sehingga hasilnya bena-benar sesuai harapan.

Untuk mengerjakan satu batik saja (khususnya yang berbahan sutera) waktu yang dibutuhkan cukup lama yakni sekitar dua bulan. Pengerjaan yang paling lama adalah melukis disain yang telah ditetapkan. Setiap gambar baik yang kecil hingga besar dikerjakan dengan telaten.

Corak dan warna dari batik hasil ciptaan Latansa Collection seluruhnya berciri khas Madura mulai dari Kota Bangkalan dan Pamekasan. Di Bangkalan, gaya lukisannya lebih bagus sedangkan untuk corak warna Pamekasan yang lebih menonjol. Dua ciri tersebut digabung oleh Latansa Collection sehingga menghasilkan batik yang sempurna.

Kemudian juga ada ciri khas dari setiap batik yang dikeluarkan oleh Latansa Collection yakni tidak meninggalkan goresan warna merah sebagai ciri khas Madura. Dengan demikian setiap batik yang mempunyai warna dasar apa saja selalu ada gambar atau goresan warna merah yang menghiasai disain yang telah ditentukan.

Dikemukakan, untuk membuat sebuah batik sangat beda dengan membuat kue yang nota bene sudah ada resepnya. Menciptakan batik dibutuhkan waktu lama dan telaten. Paling lama adalah cara melukisnya yang harus dilakukan secara hati-hati. “Saya menciptakan sendiri motif batik sehingga kalau jadi tidak dipunyai oleh perusahaan lain,” tandas Hj. Sakinah.

Oleh karena itu untuk perekrutan karyawan ia benar-benar selektif dan tidak sembarangan. Karyawan yang dipilih diutamakan mempunyai jiwa telaten atau sabar. “Membatik itu butuh kelatenan kalau tidak hasilnya akan tidak baik,” tambahnya. Dikemukakan pula, untuk bahan baku ia tidak kesulitan karena sudah ada kenalan di salah satu kota di Jawa Tengah. Hj. Sakinah tinggal menelpon saja kalau membutuhkan bahan-bahan yang dibutuhkannya. Untuk pembayarannya ia langsung mentransfer ke rekening kenalannya itu.

Sedangkan daya tarik dari batik-batik produksi Latansa Collection adalah mutu dan kualitasnya. Ia menyebutkan kalau batik tulis yang baik berasal dari Bangkalan dan untuk corak warnanya adalah dari Pamekasan. Oleh karena itu Latansa Collection menggabungkan hasil batiknya dari dua daerah tersebut.

Tidak mengherankan kalau batik produksi Latansa Collection digemari oleh masyarakat. Mereka datang langsung ke rumah batik tersebut dan melakukan transaksi. Dari sekian banyak yang membeli produknya ada sebagian yang rnenjualnya kembali ke pasaran dengan harga yang jauh lebih tinggi. “Para pejabat dari Jakarta atau dari kota lain sering datang kesini untuk rnernbeli produk kami ,” kata Hj. Sakinah.

Untuk rnengerjakan seluruh produknya Latansa Collection rnengerjakan puluhan orang yang telah dididik secara profesional. Seperti menyekolahkan sebagian karyawan di bagian penyelupan ke Pekalongan, Jawa Tengah, karena daerah tersebut dikenal sebagai cikal bakal perbatikan. Saat ini yang bekerja di pusat perusahaan ada 12 orang sedangkan yang lain tersebar di berbagai tempat di Madura. Menurut Hj Sakinah, rata-rata karyawannya tidak mau pindah ke tempat lain. “Mereka betah bekerja di sini sehingga banyak di antara mereka yang mulai bekerja dengan status lajang hingga berkeluarga,” katanya sembari menambahkan kalau ada sebagian dari karyawannya yang ditanggung soal pendidikan anak-anaknya.

Pada bagian lain keterangannya ia mengemukakan kalau usaha yang digelutinya itu bukanlah dari turun-temurun. Pertama kali ia mencoba dengan menawarkan batik-batik yang ia beli dari rumah-rumah batik kepada kenalannya dan juga ke instansi yang ada di Madura. Seiring dengan perjalanan waktu, Hj. Sakinah akhirnya menetapkan untuk menggeluti bisnis tersebut hingga saat ini. (p)

 

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Infodis, Edisi II, 2001, hlm. 22.