Keramik Dinoyo, Kota Malang
KERAMIK DINOYO DIEKSPOR KE LUAR NEGERI Jika anda mengunjungi kota Malang, pasti anda ingin menyaksikan proses pembuatan keramik di daerah…
KERAMIK DINOYO DIEKSPOR KE LUAR NEGERI
Jika anda mengunjungi kota Malang, pasti anda ingin menyaksikan proses pembuatan keramik di daerah Dinoyo yang sangat terkenal itu. Letaknya tidaklah terlalu jauh dari pusat kota, hanya berjarak ±4km, dari pusat kota, jika anda kebetulan berkantong pas-pasan bisa menggunakan angkutan umum bemo dengan biaya Rp 300,00.
Setelah sampai di daerah Dinoyo, kebetulan anda masuk disebuah ruang pamer keramik yang tertata apik, indah dan menarik dengan beraneka jenis, ukuran, model dan warnanya. Ini berarti anda sudah sampai di tempat pembuatan keramik Tanah Agung.
Disinilah Fransiscus Ngadiman Suwarno siperaih UPAKARTI (pcnghargaan tertinggi yang diberikan Pemerintah dalam bidang kerajinan) menggeluti keramik-keramik hasil karyanya.
Pria kelahiran kota Gudeg Yogyakarta 57 tahun silam yang menyunting gadis asli Malang Munikah El Tride dan saat ini memperoleh buah kasih sayangnya sebanyak 7 orang, 6 wanita 1 pria, 4 orang sudah menikah, sedangkan 3 orang masih kuliah, mengaku bahwa tanah liat, cat pewarna, panasnya open dan bahkan aroma dari pembakaran keramik adalah sebagian dari kegiatan sehari-harinya.
Bahkan bisa dikatakan hampir seluruh sisa hidupnya diabdikan pada keramik yang digeluli bersama keluarga. Mulai dari desain, warna, model dan ukuran tidak pernah lepas dari pengamatannya sebelum sampai kepada pegawainya dengan alasan untuk menjaga mutu hasil keramik produksinya.
Kecintaannya pada keramik berawal pada sekitar tahun ’57an, ketika Ngadiman muda bekerja di Proyek Industri kecil milik Dinas Perindustrian. Di rumah pun Ngadiman meluangkan sedikit waktunya membuat keramik kelas rendah, itu istilah yang dibuatnya, yaitu sejenis grabah tempayan, hiasan bentuk kendi, patung-patung kecil, celengan, dan lain-lain yang dibakar dengan sederhana memakai bahan bakar kayu. Setelah bekerja beberapa tahun, berkat ketekunannya Ngadiman muda dikirim ke Bandung ±2 tahun untuk belajar lebih baik mengenai proses pembuatan keramik. Sepulang dari menimba ilmu di Bandung rupanya Ngadiman ingin mengembangkan sendiri apa yang diperolehnya, akhirnya ia mengundurkan diri dari Proyek Perindustrian.
Sekitar tahun 1962 dengan semangat membara ia memproduksi sendiri keramik dibantu oleh keluarga dan 7 orang pekerja mulai membuat barang-barang keramik setengah jadi (pembakarannya dengan suhu 800°C-900°C). Keramik setengah jadi ini sebelum dipasarkan, disetorkan ke perusahaan lain untuk dibakar kembali hingga suhu 1200°C – 1300°C baru bisa menjadi keramik porselen. Usaha keramiknya ini diberi nama keramik Tanah Agung.
Tahun 1968 ia mulai meningkatkan usahanya dengan cara membuat mesin penggiling bahan-bahan dasar, membuat tungku (open) yang pembakarannya menggunakan solar atau minyak bakar. Dengan peningkatan tersebut mampu membuat barang-barang keramik porselen (pembakaran ±1300°C) seperti cangkir, moci, asbak, hiasan-hiasan kecil serta barangbarang seni yang lain, alat-alat listrik, isolator) dan batu tahan api. Sehingga ia mampu memasarkan sendiri hasil produksinya.
Pada tahun 1979 dia mendapatkan bimbingan/penyuluhan managemen dan desain. Juga sesekali mendapat kesempatan untuk mengirimkan pegawainya ke Balai Besar Industri keramik Bandung guna mendapat Diklat Tenaga Tehnis keramik halus. Guna memajukan usahanya ia mendapatkan dukungan dana berupa pinjaman Bank.
Ditengah pembicaraan dengan penulis sembari tersenyum ramah penuh kekeluargaan Ngadiman mengajak melihat-lihat proses pembuatan keramik di halaman belakang ruang pamer
Proses Pembuatan Kcramik
Bahan dasar keramik adalah pasir kwarsa, kaolin,tanah liat, ball Clay dan Veldspaad, diayak, dicampur, digiling diberi air, dicetak (cetakan dibuat sendiri dari bahan gips). Setelah dikeluarkan dari cetakan,dilukis, baik bentuk datar maupun cekung dan timbul serta diwamai. Untuk keramik setinggi ±70 cm melukis/mewamai membutuhkan waktu ±5 hari lalu dimasukkan ke opnn pembakaran dengan suhu 800-950°C selama ±21 jam. Setelah pemanas dimatikan sampai suhu didalam open dingin baru keramik dikeluarkan lalu dimarnai untuk disempurnakan kembali. Kemudian dimasukkan kedalam open pembakaran dengan suhu 1200-1300°C. Setelah suhu dimatikan dan dingin keramik dikeluarkan dan siap dipasarkan.
Sampai saat ini keramik Tanah Agung berhasil memproduksi keramik hias/barang-barang seni (cenderamata seperti tempat duduk, tempat paying, guci, pot, Vass, keramik kontemporer dan patung-patung) dengan harga jual antara Rp 300,00 sampai Rp180.000,00. Sedangkan pemasarannya sampai ke kota-kota besar P. Jawa, Lampung, P. Bali dengan omzet ±Rp 25 juta/bulan serta ±2300 macam. Dan pada tahun 1992 pernah export ke Italy (Min. 25 juta/pengiriman), Australia dan Jepang (±17 juta Rupiah/pengiriman).
Untuk mengembangkan Usahanya, Ngadiman mendirikan anak perusahaan. Sampai saat ini ia mempunyai 7 anak perusahaan binaannya, yaitu 2 dibidang keramik, 5 usaha sejenis/pelengkap, misalnya meja kecil untuk rak keramik, isolator listrik, batu tahan api, dll.
Keberhasilan Ngadiman dalam memproduksi dan mengembangkan keramik di Tanah Agung ditandai dengan diterimanya penghargaan UPAKARTI bidang pengabdian dari Pemerintah yang diserahkan langsung oleh Presiden Suharto di Istana Negara Jakarta pada tanggal 28 Dcsember 1993 yang lalu. Ketika penulis bertanya perasaan apa! yang ada dibenaknya saya saat berjabat tangan dengan Presiden, dengan tersenyum ramah dan nampak berbinar wajahnya, menceritakan kegembiraan yang tak terucapkan dengan kata, ketika menginjakkan kakinya ke Istana Negara dan berjabat tangan dengan orang nomor satu di Indonesia. “Saya bangga sekali dari keramik bersalaman dengan Presiden,” tuturnya.
Yang istimewa keramik produk Tanah Agung ini adalah motif masih dibuat tradisionil, artinya memahat/melukis satu persatu setiap keramik, jadi jika ada pembeli yang tertarik dengan lukisan/pahatan keramik yang ada diruang pamer tetapi telah terjual, maka tidak akan dapat membuat yang persis sama.
Ngadiman mcmang bukan saja sosok yang ulet, tetapi juga sosok yang manusiawi. Dibelakang ruang pamer keramik Tanah Agung ada sekitar 50 orang karyawan yang menggantungkan nasib pada keramik, dengan mendapat gaji antara Rp 3.500,00 sampai Rp 5.500,00 plus makan/minum, 2 kali minum teh + kopi, hari sabtu minum susu dengan jam kerja Pk. 7.30 -15.00 dengan istirahat satu jam.
“Itu rahasia, kecil cuma ratusan jutalah,” katanya sambil terscnyum ketika menjawab pertanyaan penulis, mengenai berapa omzct/modal yang berputar sampai saat ini. Selamat berkarya, semoga kelak keramik Dinoyo Malang Sejajar dengan keramik Cina. (UCI-ES).
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: MIMBAR JATIM, EDISI 159 APRIL 1994, hlm. 11