Visit East Java 2011 Jatim
Bukan Hanya Tempat Transit Kualitas Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Jawa Timur sesungguhnya sangat menarik. Wisata alam, budaya,…
Bukan Hanya Tempat Transit
Kualitas Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Jawa Timur sesungguhnya sangat menarik. Wisata alam, budaya, religi hingga wisata minat khusus, semuanya memikat. Bahkan dad segi kuantitas, jumlahnya lebih banyak dibanding provinsi lain. Sayang, belum semua potensi tergarap baik.
Pencanangan Visit East Java (VEJ) 2011 yang dilakukan sejak tahun lalu sejatinya merupakan momentum tepat untuk menggairahkan sektor wisata Jatim. VEJ 2011 tidak cukup hanya menjadi jargon promosi semata, namun juga harus menjadi komitmen bersama antara pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat untuk membangkitkan sektor wisata.
Seperti disampaikan Ketua DPD HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Jatim, Sunarto, perkembangan sektor wisata Jatim sebetulnya terus meningkat, objeknya maupun jumlah wisatawannya. Data H-1 mencatat terjadinya peningkatan penggunaan jasa tour guide.
“Ada peningkatan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara. Selama ini, Jatim hanya sebagai tempat transit, namun belakangan sudah menjadi lokasi tujuan utama wisata,”ujarnya.
Menurut para wisatawan, mereka bosan dan sudah sering mengunjungi tempat wisata popular seperti Bali dan Jogjakarta. Mereka ingin melihat daerah lain di Indonesia, salah satu sasarannya Jawa Timur. Jatim dianggap mempunyai panorama wisata yang masih ‘virgin’: natural dan belum banyak dikunjungi orang. Ini mereka ketahui saat melakukan perjalanan dari Bali ke kota lainnya di sebelah barat Jatim.
Sunarto menjelaskan, objek yang dapat dijadikan daya tarik VEJ 2011 di antaranya, objek wisata atau daerah wisata dan seni budaya. Ada tiga ring paket wisata yang disiapkan HPL yakni Bromo dan sekitarnya termasuk Surabaya. Gunung Kelud dan sekitarnya, termasuk Pacitan dan Ponorogo. Selanjutnya Baluran dan sekitarnya, termasuk daerah Madura. Sedangkan untuk seni budaya, beragam kebudayaan seperti tari-tarian dan budaya etnik.
Senada dengan HPI, Directur DPD Association Of Indonesia Tour & Travel Agencies (ASITA), Naniek Setyaningsih menjelaskan, tidak benar anggapan Jatim hanya sebagai tempat transit. Sudah banyak wisatawan yang sengaja datang dengan tujuan utama Jatim. Kepada Potensi, Naniek menunjuk contoh kliennya wisatawan Perancis yang bercerita di negaranya banyak ditawarkan paket wisata ke Jatim. Menurut pengalaman wisatawan Perancis itu, awalnya dia penasaran ketika berlibur ke Bali, pada saat hari raya umat Hindu, banyak orang Bali yang pergi ke Jawa. Setelah diikuti, ternyata tujuannya ke Jatim, tepatnya ke Bromo. Dia terpesona pada panorama Bromo dan jadi tertarik mengunjungi wisata lain di Jatim.
Untuk program VEJ 2011, pihaknya tetap setuju dengan komitmen Pemprov Jatim yang menjadikan Gunung Bromo sebagai ikon program, meskipun dalam dua bulan terakhir mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. “Bromo tetap menjadi andalan objek wisata Jatim”, katanya.
Menurut dia, fenomena letusan Gunung Bromo ternyata mampu menarik minat wisatawan dalam maupun luar negeri. Bahkan wisatawan yang datang ke Bromo menjelang dan setelah pergantian tahun lebih banyak ketimbang momen yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. “Kami melayani wisatawan tahun baru 2011 lebih banyak dibandingkan 2010”, ujarnya.
Ia mengakui, meningkatnya aktivitas gunung api berketinggian 2.392 meter dari permukaan air laut itu mengakibatkan sarana dan prasarananya terganggu. “Jalan menuju ke sana tertutup abu. Demikian juga hotel dan restoran. Belum lagi larangan mendekat ke kawah. Namun semua itu tidak menyurutkan minat wisatawan”, katanya.
Baik Sunarto maupun Naniek mengeluhkan sikap supporter sepak bola yang kurang mendukung program ini. Citra keamanan terganggu akibat ulah suporter sepak bola yang brutal. “Saat mengantar turis dengan mobil plat L melintasi Malang, mobil kami dilempari batu warga sekitar yang mengenakan kostum suporter sepakbola sembari meneriakkan yel-yel kebanggaannya”, ujar Sunarto.
“Selama ini, Jatim hanya sebagai tempat transit, namun belakangan sudah menjadi lokasi tujuan utama wisata,”
Naniek punya pengalaman serupa meski hanya dilempar telur. Mereka minta Pemprov Jatim, pihak kepolisian, dan para manager sepakbola untuk bersama-sama menciptakan suasana aman dan mengendalikan massa guna suksesnya program VEJ 2011.
Tentang tetap dijadikannya Bromo sebagai ikon program Visit East Java 2011 walaupun kondisi terganggu letusan, menurut Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar, Sunarmaji, karena bagi wisatawan, berkunjung ke Jawa Timur belum mantap kalau belum melihat indahnya Bromo.
Fenomena letusan Gunung Bromo justru banyak menarik minat wisatawan. Larangan mendekat ke kawah sama sekali tidak menyurutkan minat wisatawan, mereka semakin penasaran.
Siap Mendunia
Tahun Kunjungan Wisata Jawa Timur atau Visit East Java 2011 dilaksanakan mulai 1 Januari 2011. Ada berbagai kegiatan pariwisata. Juga diskon hotel dan restoran. “Beberapa objek wisata juga sudah dikoordinasikan untuk memberikan pelayanan lebih, termasuk paket-paket khusus dari agen dan biro perjalanan wisata”, ujar Sunarmaji.
Event ini diharapkan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik, yang akhirnya mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Timur. “Semua elemen industri wisata, swasta dan pemerintah daerah, sudah dikoordinasikan dan berkomitmen untuk menyukseskannya”, tuturnya.
Pencanangan program ini, menurut Sunarmaji, sudah tidak bisa ditunda. Jawa Timur dengan segala potensi wisatanya sudah siap mendunia. Segala upaya promosi sudah dilakukan, dalam berbagai bentuk, Antara lain melalui perhelatan tahunan Majapahit Travel Fair yang kini diarahkan ke Travel Exchange. “Di dalam travel exchange diharapkan pelaku wisata lokal Jatim lebih optimal dalam meraup semua peluang. Jadi tidak semata-mata sebagai ajang expo, tetapi juga sebagai arena transaksi bisnis pariwisata yang potensial”, ujarnya. (tim).
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: POTENSI, EDISI FEBRUARI TH 2011, hlm. 8.