Warok dan Reog Ponorogo
Mengenal Warok dan Reog Ponorogo Ada yang Mermlih Profesi KESENIAN reog yang lahir sejak 501 tahun lalu, dalam perkembangannya,…
Mengenal Warok dan Reog Ponorogo
Ada yang Mermlih Profesi
KESENIAN reog yang lahir sejak 501 tahun lalu, dalam perkembangannya, terus men gal ami perubahan tanpa .menghilangkan eiri yang dikandungnya. Termasuk daya magis yang miliki para warok seakan-akan semakin luntur, terbawa arus modemisasi. Benarkan demikian?
Memang tidak bisa dihindari dan disalahkan, jika ada para dedengkot reog termasuk warok, naik dan bergulat di pentas politik dan pemerintahan. Mereka kemungkinan juga mempunyai pandangan masa depan tanpa meninggalkan darah seninya yang sudah melekat itu. Namun demikian masih ada yang tetap di jalur semula untuk memperdalam ilmu keguruan yang akan diseberluaskan ke beberapa anak cucunya.
“Menurut kami sangat wajar dan tak ada masalah jika para warok memilih untuk menjabat dalam perint!! h.an. Asalkan kepribadian dan darah dagingnya masih tetap sebagai warok,” jelas sallih seorang tokoh warga.
Namun, tambah tokoh tadi, jika sudah menduduki jabatan dan lupa dengan statusnya, itu sudah keterlaluan dan sangat disayangkan “Malah dan politiknya dapat dijadikan greget untuk memajukan kesenian yang telah kesohor ini,” papamya.
Seperti yang dialarni Mbah Mardi Kutu, warok dari Jetis sekaligus.cucu dari Ki Ageng Kutu atau Demang Suryongalan jni, contohnya tetap eksis dan kukuh. Bahkan dirinya rela untuk melepas jabatan sebagai Kades untuk “mendapatkan” diri sebagai. Warok dengan peguron saja.
Boleh dibilang, Mbah Mardi Kutu seorang warok sejati yang menginginkan kehidupannya betul~betul sebagai warok. Bukan sebagai warokan. Sementara Mbah Wo Kucing sendiri juga lebih banyak ngopeni ilmu yang sudah didapatkan dalam pengembaraannya semasa masih muda.
Dengan memilih ilmu kapribaden, yakni mengenai ketuhanan untuk hubungan sesama manusia dirinya juga telah bergabung dengan ilmu kejawen, Purwo Ayu Mardi Utomo. Sehingga harapnya apa yang selamadidapatkan tidak akan sia-sia dan hilang begitu saja Sehingga anak cucunya kelak bisa meneruskan sebagai warisan leluhur.
“Saya sendiri juga punya harapan seni reog terutama waroknya bisa terus berkembang,” jelas Mbah Wo Kucing ketika ditemui disela-sela acara pun cak Grebeg Suro belum lama ini.
Sementara pihak Pemda sendiri juga terus berpacu untuk mengangkat kesenian reyog. Tak ketinggalan kehidupan para warok yang boleh.dikatakan agak tersisih, kurang perhatian.Lebih banyak tercurah dengan reog yang akan ditawarlam sebagai produk kesenian lokal ke tingkat internasional.
“Kalau dulu reog kita angkat Imtuk memperkenalkan ke event lnteruasional, sekarang ini rnempunyai tni lp n bagaimana kesenian yang ada tidak berkonotasi negatif dimata pernirsa,” jelas Bupati Drs Markum Singodimedjo saat dijurnpai Memorandum di pringgitan agung. Menurut Bupati yang mulai kesengsem seni tayub ini, reog sudah waktunya untuk aja.pg promosi.
Khusus penari jatilan yang kini mu, l&-i- diperankan oleh ‘Perempuan, me.tiurutnya hanya berpedoman pada pakem yang ada. Sehingga rianti talc ada- salah tafsir yang macarn-macam dengan status penari jatilan yang dulu dilakukan laki-Iaki. “Kalau diperankan perempuan kan lebih luwes”.
Untuk memperkaya dan melestari kan kesenian reog, saat iill di setiap desalkelurahan diwajibkan mempunyai grup reog. Berikut pe,nari yang terdiri dari dadak merak plus barongpnnya, perangkat baju Klono Sewandono, jatilan: pujangganong dan para warok pengiring serta penabuhnya.(budi s/habis)
Comments
Alamat tempat tinggal mbah mardi kutu dan mbah mbah wo kuceng dimana ya? Desa nya…klo ada yg tau tolong kasih ya,saya mau berkunjung,mksh
sdr. joko pamungkas. lihat jawaban kami pada pertanyaan sdr yang lalu dan silakan konfirmasi ke kepala desa/kepala dusunnya. Selamat berkunjung bila mendapatkan informasi berbagi informasi ya dengan PUSAKA JAWATIMURAN, mksh sblumnya