Suramadu, Harapan Masyarakat Madura
Harapan, merupakan kafakata indah yang selalu membawa ke obsesi dengan berbagai ekses. Entah itu berakhir positif atau negatif tergantung saat…
Harapan, merupakan kafakata indah yang selalu membawa ke obsesi dengan berbagai ekses. Entah itu berakhir positif atau negatif tergantung saat bagaimana menuai harapan itu, dan bagiamana pula mereali-sasi harapan itu menuju ke depannya.
Suramadu merupakan bentuk bangunan jembatan penghubung antara Surabaya Madura sebagai anganangan 20 tahun yang lalu dari seorang H. Mohamad Noer putra Madura. Angan-angan ini oleh mantan Gubernur Jatim tersebut akhimya disuarakan sekitar 12 tahun yang lalu. Serta merta gagasan ini jadi pembahasan berbagai kalangan. Bagus memang.
Berbagai loby dilakukan, yang juga sempat menarik perhatian BJ. Habibie Menristek RI pada saat itu. Akhimya berbagai riset dilakukan, termasuk mengajak sejumlah tokoh masyarakat Madura mengunjungi Batam, dengan maksud Madura bisa terjelma seperti halnya Batam apabila jembatan dibangun dengan membentang di atas laut antara Surabaya dan Madura. Pro dan kontra terhadap rencana prestisius itupun bergulir dengan alas an merusak nilai budaya masyarakat Madura yang religius. Masuknya era Reformasi ternyata menyeret sedikit demi sedikit pola pikir tokoh-tokoh masyarakat di pulau itu berubah pada pendi-rian semula dan tidak merasa gentar akan efek samping yang timbul apabila Suramadu tetap harus diwujudkan. Ke-sepakatan bahwa Madura tidak akan mengeksport gemerlapnya Batam membuat Gubernur Imam Utomo ikut cancut taliwondo.
Alhamdulillah tanggapan positif dari Pemerintah pusat akan ambisi Jawa Timur membuat masyarakat Jatim, khususnya Madura, mempunyai harapan dengan berbagai obsesi bila. nantinya Suramadu bisa membentang antara Surabaya-Madura.
Hingga kini, megaproyek bernilai total Rp 2,3 triliun ini tetap menjadi harapan sekitar 3,5 juta rakyat Madura yang tersebar di Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Kabupaten Sumenep. Jadi tidaklah mengherankan jika pergunjingan seputar proyek prestisius selalu saja ada, entah itu di pondok-pondok pesantren, terminal, ferry penyeberangan, di kantor-kantor maupun di warung-warung kopi
Asal tahu saja, bursa bincang-bincang diantara mereka tak lagi sebatas peringatan Presiden Megawati saat bersil.aturahmi dengan 1000 tokoh, juga soal jadi tidaknya jembatan itu dibangun; tetapi sudah menembus harapan maupun obsesi bertajuk masa depan Pulau Madura, paska teralisirnya jembatan lintas laut pertama di Indonesia.
Diantara empat kabupaten yang ada di Pulau Madura yang menaruh minat besar terhadap proyek jembatan ini ialah Bangkalan. Di Kabupaten ini akan dipancang tiang penyangga bentangan.
Dengan demikian bila Suramadu nantinya bisa membentang dengan bagus maka Bangkalan merupakan pintu gerbang Suramadu di Pulau itu. Jelas pula nantinya Bangkalan tidaklah seperti sekarang ini, namun wilayah ini akan bersolek indah berbareng dengan masyarakatnya.
Menurut Wakil Bupati Bangkalan Ir. Muhammad Dong persiapan pembangunan jembatan sudah rapijali, termasuk kesiapan dana, tahapan pembangunan jembatan, bahkan juga soal obsesi masa depan Madura. “Soal dana, misalnya Pemprop Jatim sudah menyiapkan dana Rp 415 miliar dari total Rp 2,3 triliun yang dibutuhkan. Ini akan digunakan untuk pembangunan tahap awal”, ungkap Mohamad Dong kepada wartawan saat itu.
Dana awal Rp 415 miliar itu digunakan untuk pembebasan lahan, pembuatan jalan akses menuju jembatan di Desa Sekar Bungoh, Kecamatan Labang dan di Kecamatan Kenjeran Surabaya, jelas Muhamad Dong.
Memang awalnya banyak tokoh Madura yang mengharapkan Presiden Megawati akan melakukan pemancangan tiang pertama jembatan tersebut bulan Mei 2003, namun begitu Presiden Megawati saat di Tugu Pahlawan Surabaya (18 Mei) menyatakan dirinya masih belum merestui rencana tersebut, karena banyak hal yang pertu diperhi tungkan, termasuk desain pemancang di tengah. Maka rencana tersebut gagal dilakukan.
Kegagalan rencana peletakan batu pertama jembatan itu, bukan berarti Suramadu tidak berlanjut. Sebab pemerintah sudah punya komitmen tinggi untuk menyelesaikannya jembatan harapan masyarakat Madura tersebut. Namun yang lebih perlu untuk dicemah lebih dalam, sebagaimana yang dikatakan Presiden ialah kesiapan mental rakyat Madura setelah jembatan itu berhasil dibangun. Akankah Madura masih bisa memiliki nilai budaya seperti sekarang, ataukah pulau itu akan memiliki keduanya, kemajuan di kawasan pulau itu dengan masyarakatnya yang ber-SDM tinggi yang tak lupa dengan iman dan taqwanya. (MUR)
Mimbar Jatim, Mei 2003, hlm. 22