Tuesday, October 15, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Menyiapkan Industri Kerajinan, Menjadi Obyek Wisata

Keramahan berhubungan dengan praktik-praktik manajemen sumber daya manusia (SDM) yang efektif. Keramahan juga jelas berguna untuk memperbaiki kualitas pelayanan. Suatu…

By Pusaka Jawatimuran , in Sentra Wisata Wisata Khas , at 16/06/2012 Tag: , , , , ,

Keramahan berhubungan dengan praktik-praktik manajemen sumber daya manusia (SDM) yang efektif. Keramahan juga jelas berguna untuk memperbaiki kualitas pelayanan.

Suatu daerah harus melakukan pengemasan atas objek-objek wisata yang di-milikinya, jika berobsesi menarik wisatawan. Dalam mengemas suatu objek wisata juga diperlukan serangkaian pembenahan konkret, baik bersifat fisik maupun non-fisik. Dan, sesungguhnya, untuk mengembangkan suatu objek wisata tidak harus dimulai dengan pembangunan fisik. Hal ini kadang terjadi pada objek wisata yang telah dibangun fasilitasnya, tetapi justru menurun kunjungan wisatawannya.

Perlu pula dicermati, saat ini perilaku wisatawan mengalami perubahan, dari yang semula hanya sekadar melihat objek wisata yang ditawarkan, sekarang (menjadi) berusaha untuk terlibat dalam satu kegiatan pada saat menikmati objek dimaksud. Sehubungan dengan hal itulah Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur (Disparta Jatim) melaui Sub-Dinas Usaha Jasa Pariwisata menggelar kegiatan Peningkatan Manajemen Usaha Jasa Pariwisata pada Industri Kerajinan Kecil dan Menengah, di Jember Kegiatan yang berlangsung 30 September 2003 itu diikuti para perajin dari Lumajang, Jember, Banyuwangi, dan Bondowoso. Tujuan kegiatan tersebut memberikan tambahan wawasan kepariwisataan kepada para perajin, karena produk mereka merupakan salah satu bagian yang sangat mendukung pariwisata, atau lebih dikenal sebagai cinderamata.

Memang, tidak semua produk kerajinan atau karya seni dapat menjadi cinderamata bagi wisatawan. Untuk menjadikan sebuah karya senijproduk kerajinan bernilai cinderamata, tentunya harus melalui proses desain yang mempertimbangkan beberapa faktor. Sebut saja faktor unik, menarik, mempunyai ciri khas daerah setempat, portable (mudah dibawa), berkualitas, harga layak, dapat difungsikan, dan dapat menimbulkan kenangan. Faktor-faktor itu dikemukakan Drs. Ponimin, M.Hum, dosen jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang yang juga seorang praktisi kriya, dalam presentasinya di acara tersebut.

Menyimak Proses
Selain produk (barang) kerajinan, menyimak proses pembuatan barang kerajinan pun merupakan hal yang menarik bagi wisatawan. Dalam presentasinya, Dra. Kun Aniroh MM, Direktur 03 Pariwisata Universitas Merdeka Malang, menjelaskan ihwal bagaimana membuat wisatawan lebih tertarik. Dia paparkan, untuk bisa lebih memikat, mestinya wisatawan tidak hanya disuguhi produk akhir barang kerajinan, tetapi juga disuguhi proses produksi dari awal hingga akhir. Proses produksi dimaksud idealnya dapat dinikmati wisatawan secara patut.

Diyakinkan, menyimak proses produksi barang kerajinan seni itulah daya tarik tersendiri dan luar biasa. Dengan demikian keseluruhan unit usaha kerajinan/seni hingga membuahkan produk, dapat menjadi suatu objek wisata yang menjadi tujuan wisatawan.

Senada dengan Dra. Kun Aniroh MM, Suyadi, pengusaha Batik Virdes dari Banyuwangi yang telah memproduksi lebih dari 20 macam pola, mengungkapkan ihwal unit usahanya yang telah menerapkan “paradigma” yang dipaparkan para penyaji materi di forum tersebut. Konkretnya, perusahaan batik miliknya yang antara lain memproduksi batik merek Gajah Oling, merupakan salah satu objek tujuan wisata di Banyuwangi yang kerap dikunjungi wisatawan. “Apalagi kalau ada acara kunjungan instansional (tamu dari mancanegara-Red.) atau pejabat ke Banyuwangi, kebanyakan mereka mampir ke perusahaan saya,” ungkap Suyadi. Menjadikan industri kerajinan sebagai objek/tujuan wisata, maka pelayanan menjadi kunci utama. Pasalnya, pariwisata pad a dasamya adalah jasa pelayanan. Satu hal lagi yang perlu dijaga adalah, hospitality atau keramah-tamahan, karena pariwisata menjual pelayanan dengan ramah-tamah.

Kegiatan di Jember, 30 September lalu itu, diakui sangat bermanfaat bagi perajin. Seperti diungkapkan Ny. Baihaki, peserta dari Lumajang yang mengaku merasa senang, karena baru kali pertama mengikuti kegiatan seperti yang diselenggarakan Disparta Jatim itu. Secara teknis, para perajin cinderamata berada di bawah pembinaan Dinas Prindustrian. Namun, penguna produk mereka adalah wisatawan. Lantaran itulah diperlukan sinergitas antara instansi tersebut dalam pembinaannya. Semoga berkesinambungan.     dy@
______________________________________________________________
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Jatim News, Tabloid Wisata Plus, EDISI 32, 09 -23 April 2004, Tahun II