Kesenian kundharan, Kabupaten Banyuwangi
Salah satu dari kesenian bernuansa islami yang dimiliki masyarakat Using Banyuwangi adalah kundharan . Seni bernafaskan Islam dalam penyajiannya cenderung…
Salah satu dari kesenian bernuansa islami yang dimiliki masyarakat Using Banyuwangi adalah kundharan . Seni bernafaskan Islam dalam penyajiannya cenderung membawakan lagu-lagu berbahasa Arab yang diambil dari cuplikan kitab suci Al-Qur’an Kesenian kundharan menggunakan alat musik terbang campuran sebagai iringannya sehingga dapat di bedakan sesuai bentuk karakter dari pada keseniannya. Meskipun mendapat tambahan alat musik yang lain tetapi terbang lebih mempunyai nilai ciri khas dari keasliannya, sehingga terbang merupakan salah-satu alat musik tunggal daripada kesenian bernafaskan Islam yang terjadi di Banyuwangi selama ini.
Kesenian kundharan berawal dari sebuah kesenian hadrah dan kuntulan, dimana dalam penyajiannya menitikberatkan pada garapan baik pukulan terbangan serta gerak tari dan lagu-lagu yang dibawakan. Disini kesenian kundharan sedikit memiliki kebebasan dalam menuangkan ide-ide karya baru, yang diutamakan adalah kreatifitas seniman dalam mengemas seni kundharan itu sendiri menjadi sebuah hiburan modern. Pukulan terbangan yang dibawakan selain hasil pengembangan dari gaya-gaya pukulan sebelumnya yaitu terdapat warna pukulan-pukulan terbangan baru yang merupakan hasil kreatifitas seniman penatanya sesuai dengan kebutuhannya. Gerakan tari yang dibawakan selain mengacu pada gerakangerakan tari daerah pada umumnya, serta boleh dikolaborasi dengan nuansa tari dari daerah lain contohnya gerak tari Bali, gerak tari jaipong, gerak tari Jawa dan seterusnya, adapun peralatan musik terbang yang digunakan yaitu perangkat musik terbang campuran yang pada umumnya terdiri dari satuan alat musik terbang, jidhor gedhe, jidhor pantus, jidhor lincangan, kendhang, kethuk, kempul-gong, kecrek, baola, angklung, reong Bali, gitar, piano dan seterusnya. Lagu-lagu yang dibawakan oleh siridhen selain lagu dakwah serta lagu-Iagu klasik gandrung maupun lagu-lagu daerah modern kendhangkempul bahkan boleh memasukkan lagu-lagu Jawa seperti gethuk, kutut manggung sebagaimana cara untuk memperkaya garapnya.
Kundharan sendiri mempunyai arti kuntulan dhadharan yaitu kuntulan garapan yang ditata sesuai kemajuan jaman, sehingga dalam penyajiannya terdapat kebebasan untuk menciptakan gerakan atau lagu maupun pukulan terbangannya. Tidak ada batasan dalam menuangkan ide-ide baru kedalam garapnya yaitu bergantung pada kreatifitas seniman penatanya. Kesenian kundharan sangat digemari masyarakat Using Banyuwangi khususnya para kawula muda, hingga setiap group kesenian kundharan memiliki supporter sendiri dan dimana kesenian kundharan favoritnya pentas maka kelompok kawula muda tersebut setia mengawal serta memberikan semangat tatkala tampil. Kesenian kundharan pertama kali ditampilkan pada acara Gatra Kencana TVRI di ereng-ereng gunung gamping Puger Jawa Timur yang ditata dan disempurnakan oleh Sahuni tahun 1980, dimana pada awalnya perangkat musik sebagai iringannya selain terbang yaitu kendhang, kethuk, kempul dan sindhen yaitu sebagai pembawa lagu. Kesenian kundharan biasa ditampilkan dalam acara hajatan, baik khitanan maupun pernikahan, tepatnya pada waktu musim panenan. Penampilannya selalu berpasang-pasangan atau berlawanan dengan group kundharan dari desa lain dengan gaya penampilan yang berbeda , hingga setiap groupnya memiliki supporter khususnya kawula muda yang siap memberikan semangat pada group kundharan yang digandrunginya tatkala tampil.Penulis: Sunardi/Editor: Luwar, M. Sn
SENI TABUH TERBANGAN BANYUWANGI, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur UPT Pendidikan dan Pengembangan Kesenian Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya, Th. …hlm, 14-15