Suramadu Dilengkapi Monitor
Suramadu Dilengkapi Sistem Monitor Ketahanan Jembatan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto meresmikan fasilitas structural health monitoring system atau sistem monitoring…
Suramadu
Dilengkapi Sistem Monitor Ketahanan Jembatan
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto meresmikan fasilitas structural health monitoring system atau sistem monitoring ketahanan struktur Jembatan Suramadu, akhir Mei lalu di akses Suramadu sisi Bangkalan. Fasilitas senilai Rp 100 miliar ini bertujuan mendeteksi kerusakan jembatan agar bisa segera ditindaklanjuti guna mencegah kerusakan yang lebih besar.
Djoko Kirmanto mengatakan, structural health monitoring system (SHMS) sangat dibutuhkan agar jembatan sepanjang 5,4 kilometer ini bisa beroperasi sesuai target, yakni hingga 100 tahun. “SHMS ini juga bisa mengirim data dan memperkirakan kekuatan struktur jembatan pascagempa ataupun badai sehingga bisa diputuskan apakah jembatan aman dilewati atau tidak,” tuturnya.
SHMS ini dilengkapi 514 sensor yang dipasang di seluruh badan jembatan. Fasilitas ini akan terus diperbarui mengikuti perkembangan teknologi terbaru. Pada kesempatan itu, ia juga menantang perguruan tinggi untuk mengembangkan teknologi sejenis SHMS untuk jembatan jembatan yang lebih pendek di seluruh Indonesia. Dengan begitu, pemeliharaan jembatan akan lebih maksimal sehingga keselamatan pengguna jembatan lebih terjamin.
SHMS merupakan bidang baru dalam mendeteksi kerusakan dengan metoda pengujian tak rusak dengan cara mengintegrasikan sistem dengan struktur infrastruktur (jembatan). Teknologi ini dapat memperpanjang umur pelayanan jembatan, karena penurunan kemampuan (degradasi) dan kerusakan (deterioration) dapat dideteksi lebih awal.
Dengan SHMS, kondisi struktur dan penurunan performa Jembatan Suramadu akan dipantau terus menerus secara terkomputerisasi selama 24 jam oleh petugas. “Cara manual tidak dilakukan, karena memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang besar,” tam bah Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (B2PJN) V, AG Ismail.
Tak hanya itu saja, SHMS juga berfungsi sebagai jembatan timbang. Sensornya dipasang pada jarak 150 meter dari pintu gerbang jembatan, baik di sisi Surabaya maupun Madura. Dengan sensor itu, petugas akan mendapat informasi data beban kendaraan yang melintas di jembatan sepanjang 5,438 kilometer tersebut.
Peresmian fasilitas SHMS sempat mendapat penolakan dari sekelompok orang yang menamakan dirinya Masyarakat Adat Madura. Mereka mendatangi lokasi peresmian untuk berorasi menyatakan penolakannya. Koordinator aksi Jasulin mengatakan, pembangunan Suramadu melalui lembaga seperti Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) dan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (B2PJN) tidak menghormati adat dan tokoh adat Madura.
Oleh karena itu mereka menolak kehadiran Kepala B2PJN di Madura. “Kami punya nilai ad at sendiri, siapapun yang masuk Madura harus kerjasama dengan tokoh adat Madura, dan harus memahami nilai dan kultur masyarakat Madura,” katanya.
Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepat nya timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan terpanjang di Asia Tenggara ialah Bang Na Expressway di Thailand (54 km). Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan j embatan utama (main bridge).
Jembatan ini diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pad a 10 Juni 2009. Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur. Perkiraan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliun rupiah.
Pembuatan jembatan ini dilakukan dari tiga sisi , baik sisi Bangkalan maupun sisi Surabaya. Sementara itu, secara bersamaan juga dilakukan pembangunan ben tang tengah yang terdiri dari main bridge dan approach bridge. Jembatan Suramadu pada dasarnya merupakan gabungan dari tiga jenis jembatan dengan panjang keseluruhan sepanj ang 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan.
Untuk mengakomodasi pelayaran kapallaut yang melintasi Selat Madura, jembatan ini memberikan ruang bebas setinggi 35 meter dari permukaan laut. Pada bagian inilah yang menyebabkan pembangunannya menjadi sulit dan terhambat, dan j uga menyebabkan biaya pembangunannya membengkak. (Sal/**)
TRANSPORTASIN JAWA TIMUR, EDISI KEDELAPAN, APIL 2012, hlm. 26