Pacitan, Keindahan Alamnya
Pacitan dengan Keindahan Alamnya Pacitan, sebuah kabupaten yang terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah…
Pacitan dengan Keindahan Alamnya
Pacitan, sebuah kabupaten yang terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pintu gerbang bagian barat dari Jawa Timur dengan kondisi fisik pegunungan kapur selatan yang membujur dari Gunung Kidul ke Trenggalek menghadap ke Samudera Indonesia.
Kabupaten Pacitan dengan luas wilayah 1.389.87 km² yang kondisi fisik alamnya sebagian besar terdiri dari perbukitan yaitu kurang lebih 85% berupa gunung-gunung kecil lebih kurang 300 buah menyebar diseluruh wilayah kabupaten, sedang selebihnya merupakan dataran rendah.
Tidak heran salah satu produk unggulan Pacitan adalah hasil alam, terutama batu alam Ribuan jenis bebatuan alam berestetika tinggi dijadikan perhiasan. Mulai dari cincin, gelang, liontin, bros dan perhiasan lainnya. Selain itu batuan alam Pacitan bisa dijadikan bahan dasar pembuatan kerajinan rumah tangga seperti guci, gerabah, dan bahkan bisa jiga digunakan untuk bahan pelengkap pembangun rumah.
Hasil alam batu ini membuat sebagian warganya menggantungkan hidup dari menjual hasil olahan kandungan bumi ini di lokasi wisata Pacitan, seperti Goa Tabuah, Goa Gong, atau di pantai Teleng Ria.
Begitu juga potensi wisata, dengan kontur daerah seperti itu objek wisata yang diandalkan Pacitan salah satunya adalah Goa Gong. Image Pacitan yang dikenal sebagai kota 1001 Gua memperkuat karakter Kabupaten Pacitan yang memancarkan kesan kendahan yang alami.
WISATA GUA GONG
Sekelumit asal GUA GONG, Goa Gong terletak 37 km dari Pusat Kota Pacitan Goa dengan stalagtit dan stalagmitnya yang dinominasikan sebagai goa terindah di Asia Tenggara ini marnpu memukau setiap wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Goa Gong terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Donorejo, Pacitan, 140 km selatan kota Solo atau 30 km arah Barat Daya Kota Pacitan, dapat dicapai dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Mengapa disebut Goa Gong karena didalamnya terdapat sebuah batu yang jika dipukul akan menimbulkan bunyi seperti Gong yang ditabuh. Letaknya tidak jauh dari gerbang masuk Kota Pacitan, petunjuk jalan menuju ke arah Goa Gong juga cukup jelas. Namun semakin mendekat ke Goa Gong, jalan yang dilalui semakin menyempit hingga akhirnya menemukan perempatan jalan yang kecil sebelum akhirnya memasuki pelataran parkir Goa Gong. Jalan setapak menuju Goa yang telah disemen dengan baik dipenuhi dengan warung-warung yang mejajakan minuman dan makanan tradisional. Penjualnya kebanyakan perempuan dari yang berusia muda hingga nenek-nenek.
Sepanjang jalan menuju Goa Gong banyak melewati perbukitan-perbukitan yang mungkin di dalanmya juga terdapat Goa. Goa-goa di Pacitan ini pada umumnya dari luar tampak terbentuk dari jenis batuan Karst, batu yang tampak hitam dan sangat keras. Pada awal mulanya Goa Gong tanpa sengaja diketemukan oleh dua orang penduduk lokal yang ingin mencari sumber air, karena di daerah ini memang wilayah yang sulit air. Untuk masuk Goa Gong kita diharuskan membayar tiket sebesar Rp 7.500,-, kemudian juga menyewa senter Rp 3000,-, tersedia juga buka panduan berbandrol Rp 3000,- dan ada baiknya ditemani oleh Guide yang merupakan penduduk lokal.
Meskipun para guidenya penduduk lokal, bukan berarti mereka tidak paham akan kondisi bebatuan. Karena para guide-guide ini setiap beberapa periode senantiasa mendapatkan pelatihan oleh para tim peneliti. Perlunya para guide untuk memaharni jenis-jenis bebatuan yang ada di Goa Gong ini juga sebagai bentuk sosialisasi agar mereka mau ikut merawat kondisi Goa Gong agar tidak rusak.
Keuntungan ditemani guide, yang pertama karena kita tidak akan bingung pada saat berada di dalam goa, selain itu kamu juga menjadi lebih tahu mengenai sejarah Goa Gong, dan di dalam goa banyak batuan yang menyerupai bentuk sesuatu sehingga bila tidak ditemani guide maka sayang akan terlewatkan begitu saja, seperti batuan yang menyerupai patung Budha misalnya yang tidak jauh dari pintu masuk.
Harga sewa guide? Cukup seikhlasnya saja. Selain itu di Goa Gong juga terdapat beberapa fotografer lokal yang menawarkan jasa foto langsung jadi di dalam Goa jika anda lupa membawa kamera.
MENELUSURI GOA GONG
Masuk ke dalam perut Goa Gong sejauh 300 meter ke bawah telah disediakan jalur-jalur khusus bagi para pengunjung berupa anak tangga di lengkapi pembatas yang dapat digunakan sebagai petunjuk arah. Untuk masuk ke dalam Goa Gong Anda tidak perlu memiliki perasaan takut akan gelap, mistis ataupun hal-hal lain, Goa. Gong sangat jauh dari kesan tersebut.
Meskipun tidak terlalu terang, namun lampu-lampu berwarna-warni merah, hijau, kuning, biru cukup membuat jelas pandangan. Lagi pula memang cahaya terang tidak diperbolehkan untuk digunakan didalam, karena dapat mengurangi keindahan kondisi Goa.
Untuk mengantisipasi panas di dalam Goa juga telah disediakan beberapa kipas angin berukuran besar supaya kondisi hawa dalam goa tidak pengap.
Di dalam Goa Gong terdapat 7 titik pemberhentian, batuan pembentuknya terdiri dari beberapa jenis batuan seperti Karst, Marmer dan Kristal. Terdapat beberapa stalagtit dan stalagmit yang telah menyatu dan menjadi semacam penyangga Goa, yang paling menakjubkan di dalam adalah adanya penyangga yang sangat besar yang bentuknya menyerupai tirai. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Guide kami, diperlukan waktu 10 tahun untuk setiap 1 cm pertambahan stalagtit maupun stalagmit.
Perlahan, kaki melangkah menaiki tanjakan, menuju pintu goa. Di sepanjang perjalanan menuju mulut goa, deretan kios pedagang makanan masih tertutup rapat. Mungkin karena saya datang bukan saat akhir minggu, jadi deretan kios ini terlihat menutup diri saja. Lagi pula, memang tak banyak pengunjung yang datang saat itu. Hanya terlihat sekelompok pria dewasa, yang sepertinya hanya ingin melewati rasa penasarannya saja untuk melihat isi perut bumi di daerah desa Bomo ini.
Tiba di mulut goa, langkah sempat terhenti oleh datangnya puluhan orang setempat yang menawarkan jasa. Ada yang menawarkan senter dan layanan pemandu bagi yang rnembutuhkan. Karena sudah membawa headlamp, saya membeli sebuah buku panduan seharga Rp 3.000 saja, dan memutuskan masuk lorong tanpa pemandu.
Memasuki lorong pertama di goa gong ini, sudah terasa keindahan mulai memijar. Deretan straw (ornamen berbentuk seperti sedotan) berebut memenuhi langit-langit goa. Sebuah ungkapan selamat datang yang mahaindah bagi yang mengerti. Karena deretan straw tersebut bisa berarti sinyal pemberitahuan, mengenai lebatnya ornamen lain di dalamnya.
Benar saja, setelah melewati lorong straw, langsung mata ini disergap oleh puluhan bahkan ratusan ornamen goa gong yang berbeda tiap bentuknya. Teramat banyak saya kira, lebih banyak dari sekumpulan ornamen goa gong yang pemah saya lihat di gua-gua lainnya di tanah Jawa ini. Semua penuh memadati lorong menurun goa gong, menghiasi tiap meter sisi tangga. Menjadi hiasan yang tak terukur nilainya, karena tiap ornamen bisa jadi berumur ratusan tahim lamanya.
Saking banyaknya ornamen yang ada di dalam goa gong tersebut, sampai sulit rasanya menyebutkan satu per satu di sini. Yang paling saya ingat mungkin sekumpulan gourdyn raksasa, yang dipenuhi bintik mutiara di dalamnya. Titik-titik kecil tersebut seperti ribuan kunang-kunang saja layaknya. Suasana goa gong yang temaram makin menambah eksotis ribuan titik mutiara itu. Memenuhi tiap jengkal mata memandang, dan bila memejamkan mata, rasanya masih tertinggal ribuan titik mutiara tersebut memenuhi benak kepala.
Dengung Gong
Perjalanan masih terus memasuki lorong-lorang. Menembus di antara stalagmit dan stalagtit. Membentuk tiang-tiang tinggi penyangga lorong, mengukuhkan keberadaan mereka di sana. Diselang-selingi dengan tirai tipis batuan, menimbulkan kekaguman saat mencoba mengetuknya. Terdengar suara berdengung, yang menggema di seantero lorong. Rupanya inilah sebab mengapa goa ini disebut Gong. Karena tiap kita memukul bagian ornamen di dalamnya, akan terdengar suara berdegung, mirip suara yang dihasilkan gong gamelan kesenian khas Jawa.
Hingga akhirnya saya keluar dari lorong-lorong berhawa panas tersebut, masih terasa sentuhan pada mata dan kuping ini. Menembus liang pemikiran dan berbayang terus, bahkan sampai es degan (kelapa) melewati kerongkongan. Baru tersadar bahwa keindahan goa tersebut benar-benar sebuah anugerah dari kuasa, yang diberikan untuk mempercantik kawasan keras gamping tersebut.
Ruang pertama, yaitu ruang Sendang Bidadari. Dalam ruangan ini terdapat sendang kecil dengan air yang dingin dan bersih. Di sebelahnya adalah ruang Bidadari, dimana menurut cerita diruangan kadang melintas bayangan seorang wanita yang cantik.
Ruang tiga dan empat adalah ruang kristal dan marmer, dimana dalam ruangan tersebut tersimpan batu Kristal dan marmer di sisi-sisi atas dan samping gua dengan kualitas yang hampir sempurna. Memasuki ruang lima, adalah ruangan yang sedikit lapang. Di tempat ini pernah dijadikan konser musik empat negara, yaitu: Indonesia, Swiss, Inggris dan Perancis dalam kerangka mempromosikan keberadaan Goa Gong ke mancanegara. Ruang enam adalah ruang pertapaan dan terakhir ruang tujuh adalah batu gong. Adalah batu-batu yang apabila kita tabuh akan mengeluarkan suara seperti gong.
Selain itu goa gong juga mempunyai 5 sendang yaitu Sendang Jampi Rogo, Sendang Panguripan, Sendang Relung Jiwo, Sendang Kamulyan, dan Sendang Ralung Nisto yang konon memiliki nilai magis untuk menyembuhkan penyakit. Keindahan Stalagnit dan stalagmitnya sangat memukau diabadikan dengan nama Selo Cengger Burni, Selo Gerbang Giri, Selo Citro Cipto Agung, Selo Pakuan Bomo, Selo Adi Citro Buwono, Selo Bantaran Angin dan Selo Susuh Angin.
Pantai Klayar
Selain memiliki keindahan Gua yang khas, Pacitan juga menawarkan panorama pantai alami bercita rasa international. Tidak berlebihan memang, jika pantai di Pacitan dapat disetarakan dengan Hawai Beach, Kuta Bali dan pantai-pantai lain di dunia. Sebagai contoh Pantai Klayar, Pantai Srau yang memiliki banyak scene view (angle) karena memang lokasi pantai yang terpisah-pisah dalam satu lokasi. Penasaran, lihat dan buktikan sendiri.
Selain Pantai Srau yang origin, Pacitan juga menawarkan Pantai Klayar yang memiliki panorama yang Wow!! Sangat mengesankan sekali.
Bagaimana tidak, Pantai Klayar serasa tidak ada duanya. Cita rasa khas panoramanya benar-benar pantai banget dengan didukung nuansa karang dan pasir putih sebagai latar ombak khas pantai selatan.
Pantai Klayar lebih berkarakter dengan adanya ombak yang muncul dari dalam karang sehingga menimbulkan efek air mancur (Geiser). Pantai Klayar mempunyai tata letak top view yang langsung mengarah ke Samudra Hindia.
Pantai Klayar terletak di Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan. Letak pantai yang agak jauh dari pusat kota membuat nuansa panorama alamiahnya semakin berkarakter. Apalagi jalan yang mengiring menuju pantai Klayar yan dihiasi bukit-bukit landai dan karakter dasar pegunungan membuat perjalanan semakin indah dan meyegarkan.
Untuk bisa menikmati pantai ini dapat ditempuh dengan jalur darat. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat maupun bus pariwisata.
Serasa kurang kalau ke Pacitan tidak mengunjungi best view beach ini, rugi dechhh. Tapi keindahan pantai ini memeberikan efek trigger yang membuat anda kangen untuk kesana lagi. Buktikan dech dan rasakan hembusan angin dan desiran Ombak Pantai Klayar.
PANTAI TELENG RIA
Pantai Teleng Ria adalah pantai terdekat dari kota Pacitan, hanya memerlukan waktu sekitar 5 menit. Pantai ini dihadapkan kepada di Pantai Selatan dengan luas pasir putih panjang sekitar 3 km. Jarak dari Ibukota Kabupaten Pacitan ke lokasi hanya 3,5 km, dan mudah dicapai dengan berbagai kendaraan.
Gelombang itu adalah sarana dan menyenangkan untuk berenang dan juga untuk piknik bersama keluarga. Memiliki pasir putih dan panorama yang indah dijaga oleh gunung limo.
Berbagai fasilitas pendukung yang telah dibangun Watch Tower untuk menikmati gelombang laut selatan, kolam renang dan taman bermain, sebuah panggung untuk acara budaya untuk Bonggo Budoyo dan area berkemah, daerah penangkapan, hotel, dan makanan tradisional Pacitan.
Pantai ini juga diterapkan untuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga pengunjung dapat membeli ikan segar.
Untuk masuk ke kawasan pantai ini harus membayar tiket Rp 5000,-/org dan Rp 2000,-/kendaraan Rp 10.000,- untuk bis. Masuk kawasan pantai terdapat banyak warung yang menjual beraneka macam makanan maupun cenderamata sehingga untuk oleh-oleh tidak perlu khawatir dan bingung lagi. Tiwul, makanan khas Pacitan Wisata belum lengkap kalau tidak diserta makan kuliner khas daerah tersebut. Sebutlah tiwul sebagai salah satu panganan khas selain gatot dan cenil.
Makanan tersebut sering diasumsikan dengan makanan kampung, ndeso, katrok gak ningrat dan makanan rakyat susah karena dulunya beras mahal hanya orang kaya dan petani yang bisa makan nasi.
Salah satunya nasi tiwul, ditemani sambel trasi dengan lalapan daun kemangi, kemudian ditambah dengan lauk lele goreng, itulah rangkaian nasi tiwul khas Pacitan Biasanya nasi tiwul bisa dicampur dengan sayur bersantan, atau sayur bening, lalu ditambah dengan sambel terasi, dengan lauk tempe goreng, akan membuat lidah anda bergoyang. Mau mencicipi, datang aja ke Pacitan•:.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel dinukil Tim Pusaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Prasetya, Volume III, No. 30, Juni 2011, hlm. 30.
Comments
kalau pake bus pariwisata bisa nyampe parkiran goa gonggak ya?
Mohon maaf, PUSAKA JAWATIMURAN belum memiliki informasi detail.