meeting incentive conference exhibition, Sokoguru Pariwisata Kota Surabaya,
MICE sebagai Sokoguru Pariwisata Kota Surabaya, Oleh: Dewa Gde Satrya*) Penyelenggaraan even MICE berskala intemasional dengan titel Konferensi kelautan dunia…
MICE sebagai Sokoguru Pariwisata Kota Surabaya,
Oleh: Dewa Gde Satrya*)
Penyelenggaraan even MICE berskala intemasional dengan titel Konferensi kelautan dunia (World Ocean Conference) dan Coral Triangle Summit 2009 yang diikuti sekitar 1.500 de1egasi dari 121 negara dan perwakilan organisasi intemasional digelar pada 11-15 Mei di Manado. Even WOC merupakan pamungkas dari even-even MICE berskala intemasional lainnya yang diadakan di Indonesia menjelang Pernilihan Presiden (Pilpres) pada Juli 2009. Sekurangnya ada 3 even MICE berskala intemasional lainnya yang sukses diadakan Indonesia baru-baru ini, yaitu Tour de Singkarak pada 29 April-3 Mei 2009 di Sumatera Barat dan diikuti 15 tim.bafap sepeda mancanegara, The 42nd Annual Meeting of the Board of Governors of the Asian-Development Bank (ADB) di Nusa Dua Bali pada 2-5 Mei 2009 diikuti sekitar 3.000 peserta dari seluruh dunia, dan Trail of Civilization diikuti enam menteri pariwisata ASEAN dan pakar pariwisata budaya dari 14 negara yang bedangsung di kawasan Candi Borobudur pada 9 Mei 2009 lalu.
Visit Indonesia Year 2009 menempatkan wisata bahari (marine tourism) dan MICE (meeting, incentive, conference, exhibition) sebagai komoditi utama yang ditawarkan kepada wisatawan (domestik dan asing). Untuk itu, segenap kekuatan, upaya dan strategi dicurahkan guna mencapai hasil yang optimal.
Hal utama yang perlu menjadi pernikiran kita dalam agen~da MICE adalah banyak tidaknya dan besar kecilnya skala penyelenggaraan MICE di Tanah Air. Selain itu, tantangan yang tak kalah pentingnya adalah penciptaan ikon even MICE rnilik Indonesia. Jepang rnisalnya, mendunia dengan “Tokyo Motor Show”. Jerman dengan “Frankfurt Motor Show”. Hal senada dengan itu juga perlu dirumuskan dan dilaksanakan secara konsisten di negeri kita sambil dipromosikan ke berbagai negara, khususnya even-even yang berbasiskan daerah (seperti Surabaya Shopping Festival atau Jember Fashion Carnaval).
Untuk menggaet even MICE skaladunia agar dilakukan di Indonesia, pemerintah tidak dapat berjalan sendirian. Sektor bisnis terkait dengan MICE juga perlu mencari pasar MICE lebih agresif untuk diselenggarakan di Indonesia. Di antaranya, professional exhibition organizer (PEO), professional conference organizer (PCO), stan kontraktor,freightforwarder, supplier, florist, event organizer, hall owner, tenaga kerja musiman, percetakan, transportasi, biro dan agen peIjalanan wisata, hotel, perajin dan pedagang souvenir, serta UKM. Mungkin yang berada di garda depan untuk mencari pasar MICE hanyalah PEG, PCG, perhotelan dan asosiasi pariwisata yang dikoordinir oleh pemerintah.
Dalam pariwisata, MICE merupakan produk unggulan karena kegiatan jtu menghasilkan devisa dan PAD lebih besar dibandingkan pengeluaran wisatawan biasa yang datang ke Indonesia. Wisatawan MICE pada umurnnya mempunyai pengeluaran (spend of money) yang tinggi dan lama tinggal (length of stat) lebih panjang, karena mereka mengikuti kegiatan pre and post tour. Sehingga, secara keseluruhan waktu dan pengeluaran mereka lebih besar.
Selain itu, wisatawan MICE memiliki tingkat kekebalan yang relatif lebih tinggi terhadap berbagai isu ketidakjelasan di suatu negara. Mereka tidak mudah membatalkan kunjungannya. Even MICE juga memberikan manfaat langsung pada ekonomi masyarakat seperti akomodasi, usaha kuliner, cinderamata, guide, hingga transportasi lokal.
Di dalam negeri mutlak membutuhkan pembenahan secara terus menerus, terutama pada elemen dasar MICE (akomodasi hotel dan ruang pertemuan, bandara, sarana transportasi dalam danantar kota sertakeamanan). Menjelang pelaksanaannya, perlu koordinasi yang intensif dengan masyarakat tempat berlangsungnya acara MICE agar mereka juga turut serta berpartisipasi sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.
Pemerintah, dalam hal ini melalui Depbudpar, memberi perhatian khusus pada sektor MICE agar semakin banyak even berskala internasional yang berlangsung di Indonesia. Itu terbukti dari kebijakan pemberian subsidi untuk memenangkan bidding MICE internasional. Besarnya dana subsidi sekitar US$ 5.000 per bidding dengan perkiraan setiap tahun ada sekitar 100 bidding internasional di luar negeri. Kalau saja dari 10 bidding yang kita tembak, 3 di antaranya menang, yang menang ini harus mengembalikan dana subsidi tersebut untuk terus diputar menembak bidding yang lain. Demikian strategi yang diambil Depbudpar.
Diplomasi Pariwisata
Selain itu, juga perlu diperkuat diplomasi pariwisata RI di luar negeri. Diplomasi pariwisata mutlah harus dilakukan semua pihak, tidak hanya perwakilan negeri kita di negara lain (Dubes maupun Konjen): Setidaknya hal itu yang juga ditekankan oleh Dubes RI di Amerika Serikat, Sudjanan Parnohadingrat, dalam diskusi dengan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (Permias) di Tokai University, Kapiolani Boulevard, Honolulu, 7 Oktober 2007. Dubes Parnohadiningrat menegaskan, kini adalah saatnya seluruh komponen bangsa Indonesia memainkanjurus total diplomasi.
Beberapa waktu lalu, 3.200 peserta Sidang Tahunan Bank PembangunanAsia (ADB) ke-42 di Bali, 1-5 Mei 2009, disiapkan menjadi Duta Wisata Indonesia di luar negeri. Sama’seperti orang Indonesia menceritakan pengalamannya. bepergian ke luar negeri ketika di Indonesia, dernikian sebaliknya, kita mengharapkan peserta Sidang Tahunan ADB juga menceritakan sisi . positif Indonesia ketika kembali ke negaranya.
Semua warga negara memainkan peranan yang sarna penting dalam konsep total diplomasi ini. Artinya, warga Indonesia baik yang berada di dalam maupun luar negeri juga turut memberikan sumbangan pada gambaran atau citra bangsa Indonesia di arena intemasional, termasuk untuk membawa even MICE berskala dunia dilangsungkan di Indonesia.
MICE Surabaya
Dua mainstream destinasi wisata di Tanah Air, yaitu Bali dan Yogyakarta, mengandalkan pada wisata alam (nature) dan budaya (culture). Sementara itu, pariwisata kota mengandalkan pad a MICE (meeting, incentive, convention, exhibition). Tetapi, MICE tidak berdiri sendiri. Ada pendukung dan kegiatan wisata lain untuk memperpanjang waktu tinggal (length of stay) dan memperbanyak pengeluaran uang dari wisatawan (spend of money). Di antaranya, wisata belanja, golf, heritage building, paket city tour, wisata kuliner, dan bentuk-bentuk rekayasa pariwisata lainnya yang mengandalkan pada sumber daya lokal yang tersedia.
Dalam paper ini, penulis mengulas contoh pariwisata kota Surabaya. Surabaya saat ini semakin mantap dengan menyuguhkan diri sebagai tuan rumah MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) berskala internasional. Dengan city branding “Sparkling Surabaya”, industri MICE sebagai sokoguru pariwisata Surabaya semakin menggeliat.
Tahun 2007 rnisalnya, mulai beroperasi hotelhotel baru dan akomodasi MICE barn di Surabaya yang muncul secm·a bersamaan. Gramedia Expo di Jalan Basuki Rahmad, Empire Hall di Jalan Blauran dan SIBEC (Surabaya International Business Exhibition Centre) di ITC Mega Grosir, Hotel Aryaduta yang menempati salah satu blok City of Tomorrow, Surabaya Town Square di Jalan Brawijaya dan Hotel Java Paragon (bekas apartemen Paragon) di Jalan Mayjend Sungkono. Menyusul sedang dalam proses pembangunan yaitu Ciputra World dan Grand City Surabaya.
Sebelumnya, Surabaya telah merniliki kekuatan akomodasi MICE yang tersebar di hotelhotel bintang empat dan lima (ballroom dan meeting room) dan tempat-tempat lain seperti Jatim Expo, AJBS, Multifunctional Hall di Plaza Tunjungan, Imperial Ballroom di Supermal Pakuwon, dan banyak lagi.
Event MICE berskala regional, nasional dan intemasional jelas-jelas memberikan pendapatan lebih kepada daerah penyelenggara, terutama dalam hal pajak hotel, restoran dan tempat hiburan. MICE berkolaborasi dengan wisata belanja memberikan dampak berganda yang lebih besar. Melalui pre-event, post- event, dan ladies program, penyelenggaraan MICE memadukan dengan kegiatan wisata belanja.
Dalam benak saya, even meeting korporat misalnya yang notabene dihadiri oleh peserta laki-Iaki (suami atau bapak), dapat sekaligus menggarap pasar keluarganya (istri atau anaknya). Jika suami atau bapak sedang meeting, Ibu dan anak dapat berwisata belanja. Banyak model perpaduan lainnya yang dapat digarap melalui even MICE.
Surabaya memiliki momentum khusus untuk mengemas wisata belanja yang dipadukan dengan MICE melalui Surabaya Shopping Festival (SSF) yang digelar setiap tahun selama bulan Mei. Even wisata belanja ini didukung oleh lebih dari 10 mal, lebih dari 10 hotel, dan banyak pihak lainnya. Pernkot Surabaya berkeyakinan keberhasilan even ini lebih signifIkan kalau diurusi langsung oleh pelaku-pelaku pasar. Berbeda dengan Surabaya Big Sale yang masih dikelola oleh pemerintah. Wawali Arif Afandi menilai, komitmen pernkot Surabaya sudah bulat untuk memanfaatkan momentum hari jadi kota pada 31 Mei supaya tidak sekadar seremonial. Namun lebih dari itu, supaya hari jadi itu menjadi bermakna ekonomis untuk mendongkrak pendapatan kota dan kesejahteraan masyarakat luas. Pemahaman ini merupakan modal yang besar bagi Surabaya untuk memajukan sektor pariwisata, utamanya kemasan wisata belanja.
Tak hanya wisata belanja, MICE juga bisa dipadukan dengan.program city tour. Pasar wisatawan Belanda dan daratan Eropa lainnya misalnya, tidak sekadar dapat berbelanja produkproduk khas Surabaya dan daerah lain di Indonesia, tetapijuga bisamengunjungi bangunanbangunan peninggalanjaman kolonial. Di sana, mereka dapat menyusuri warisan Belanda mulai Jembatan Petekan, pintu air Jagir, rumah tinggal, hotel, rumah sakit, hingga penjara Kalisosok dan pemakaman (Peneleh dan Kembang Kuning). Pasar wisatawan Asia dengan basis keberimanan Budha seperti Thailand, Vietnam dan Myanmar misalnya, dengan dicanangkannya program Trail o/Civilization tahun 2007 oleh. Presiden Yudhoyono memberi perhatian besar untuk: mengunjungi patung B udha Empat Wajah terbesar di dunia yang berada di kompleks Kenjeran. Kebesaran sejarah kerajaan Sriwijaya menempatkan Indonesia di barisan terdepan dalam program Trail 0f Civilization. Tidak hanya Palembang yang menjadi perhatian dunia, tetapi juga Surabaya. Selain itu, masih banyak lagi segmen pasar intemasional dengan ketertarikan masing-masing yang menempatkan wisata belanja sebagai program pendamping yang memberikan warna dan variasi menarik dalam city tour.
Kota Surabaya memiliki sajian kuliner yang khas dan beragam, mulai citarasa lokal hingga masakan mancanegara. Tempatnya pun bisa ditemui di berbagai sisi kota ini, mulai pedagang kaki lima hingga disajikan di hotel. Baik pada prevent maupun post-event MICE, wisata kuliner menjadi salah satu daya tarik untuk mengisi waktu peserta MICE.
*) Kepala PPPM Universitas Widya Kartika, R&D Manager Surabaya Tourism Promotion Board
Artikel dinukil Tim Pusaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: TEROPONG, Edisi 46, Juli -Agustus 2009, hlm. 21