Kue Basah, Hj. Mariamah Surabaya
Hj. Mariamah lahir di Surabaya, tanggal 10 Juni 1944 mempunyai 9 orang Anak serta 19 orang Cucu. Pakar racik kue…
Hj. Mariamah lahir di Surabaya, tanggal 10 Juni 1944 mempunyai 9 orang Anak serta 19 orang Cucu. Pakar racik kue basah mulai 1967, membuat kue basah. Berbagai kue dia buat sendiri untuk memenuhi pesanan pelanggan. Mulai kue lapis, lumpur, bongko mentuk, soes, mendut, hingga pastel. Setiap pekan ada pesanan. Sekali pesan minimal 50 buah aneka kue basah. Dia belajar membuat kue tanpa kursus.
Banyak pesanan, olahraga Terganggu
Salah satu penunjang kesuksesan Mariamah dalam membuat kue basah adalah fisik yang prima. Hal itu bias dia dapatkan karena rajin berolahraga. Bahkan, perempuan 66 tahun tersebut punya jadwal rutin latihan. Setiap hari, dia mengikuti senam di lapangan. Namun, aktivitas itu kadang terkendala jika ibu Sembilan anak tersebut sedang mengerjakan banyak pesanan.
“Sepertisaat-saatini, saya libur senam seminggu;’ ujarnya. Sebab, Selama seminggu lebih, dia mendapatkan pesanan membuat beraneka kue. Nenek 19 cucu itu harus rela meninggalkan kegiatan senam. “Olahraganya diganti di rumah;’ ujamya.
“Yagerak badan saat membuat kue itu;’ lanjut dia. Memang, kata Mariamah, mernbuat kue bisa rnenjadi pengganti olahraga. Setidaknya, beraktivitas di dapur membuatnya berkeringat. Kegiatan membuat bahan serta isian aneka kue pun sekaligus memutar otak. “Tidak hanya asal-asalan kue jadi;’ katanya.
Sadar pentingnya olahraga, Mariamah bertekad untuk terus ikut senam. Meski tidak bisa rutin ke lapangan ketika banyak order, perempuan kelahiran Surabaya tersebut tak putus asa. Dia juga berkumpul bersama teman dan bertukar pengalaman. (may /c8/nda)
Puluhan Tahun Bisnis Kue Basah Begadang layani pelanggan.
“SEMINGGU ini saya sibuk membuat kue. Setiap hari ada pesanan,” kata Hj Mariamah. Setiap pagi perempuan 66 tahun itu harus menyiapkan 130 buah kue. Tidak hanya , satu macam, dia mesti menyiapkan bermacam-macam kue. Sehari, ada dua macam kue yang dipesan. Misalnya, mendut-risoles, nagasari-pastel, kroket-kue lapis, lumpia-kue lumpur, serta sosis-lemper.
Pesanan beragam tidak lantas membuat Mariamah merasa lelah. Justru, dia semakin bersemangat saat banyak pesanan. Setidaknya, dia masih bias berkarya membuat kue. Aktivitas yang telah lama dilakoninya. “Sejak 1967 saya sudah membuatkue;’ jelasnya. Artinya, sudah 44 tahun ibu sembilan anak itu bergelut dengan kue basah.
Meski sudah lama berkreasi dalam membuat aneka kue basah, nenek 19 cucu tersebut tidak bosan. Semangatnya untuk terus melayani pelanggan tidak kendur. Padahal, anak-anaknya melarang dia menerima pesanan. “Anak-anak kasihan karena saya sudah tua,” ujar Mariamah. Setidaknya, dalam seminggu ada orang yang ingin merasakan kue buatan Mariamah. Kue itu digunakan untuk suguhan berbagai acara. Mulai selarnatan, arisan, hingga rangkaian acara pernikahan. “Kalau ada pesanan, saya harus merelakan jam tidur berkurang,” tutur Mariamah berterus terang. Bahkan, untuk jenis kue basah tertentu, Mariamah reIa begadang untuk membuatnya. Itu terjadi saat dia melayani pesanan semarmendem.
Yaknise jenis ketan isi daging ayam yang dibungkus telur dadar. Untung, ada yang membantu Mariamah. Di rumah; anak anaknya siap sedia turun tangan. Tetapi, pekerjaan utarna tetap dikerjakan Mariamah sendiri. Yakni, mernbuat adonan kue hingga takaran bahan yang diperlukan.
Sejatinya, Marimah punya ilmu meramu rue kering ataupun tar. Namun, ilmu tersebut kalah oleh keahlian membuat kue basah. Padahal, untuk bisa membuat kue basah, Mariamah tidak ikut kursus. Dia hanya belajar dari orang tuanya. “Dulu, saya sering diajak membuat kue. Membeli bahan ke pasar pun saya lakukan,” kenangnya Mariamah berharap bisa terus membuat kue basah. “Tidak enak kalau tua malah nganggur,” ucapnya. (may/c8/nda)
Jawa Pos· Rabu 30 Maret 2011, hlm. 33
Comments
bagaimana caranya saya bisa kursus ditempat ibu.alamat lengkapnya dimana
maaf kalau kami mengecewakan, karena kami tidak bisa memberikan informasi, sumber kami dari (Jawa Pos-Rabu 30 Maret 2011, hlm. 33)