Tuesday, September 10, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Kerajinan Alat Musik Drum Band, Kota Pasuruan

Imam Agus, Pengrajin Alat Musik Drum Band Dari Pemain Jadi Pengrajin Oleh: Khasbullah Mencari pengrajin alat musik marching band atau…


Imam Agus, Pengrajin Alat Musik Drum Band
Dari Pemain Jadi Pengrajin
Oleh: Khasbullah

Mencari pengrajin alat musik marching band atau orang kebanyakan menyebutnya drum band boleh dikatakan gampang-gampang susah. Itu tidak lain karena minimnya orang yang menggeluti usaha pembuatan alat marching band ini. Satu diantara yang sedikit itu adalah H. Agus Supriyono Imam, S.Pd.

Perjalanan yang dilalui Agus sebelum dirinya memutuskan menjadi pelaku industri pembuatan alat marching band diawali sebagai seorang pemain drum band. Lama malang melintang sebagai pemain drum band, Agus kemudian memutuskan menjadi seorang pelatih. Tujuh tahun lamanya dia melatih grup marching band sebuah SD di Bojonegoro. Kemudian, ia beralih menjadi pelatih grup marching band di daerah Tumpang Kabupaten Malang. “Honor yang saya peroleh tidaklah banyak. Saya hanya dibayar berdasar kedatangan. Tetapi karena saya suka, meski hasilnya kecil tetap saya jalani,” aku Agus.

Lama berkecimpung sebagai pemain dan pelatih, mulai membuka matanya. Agus yang juga tercatat sebagai salah seorang pengajar di MIN Mandaran Rejo ini melihat peluang yang lebih bagus dengan hasillebih menjanjikan. Apalagi kebanyakan peralatan drum band yang digunakan masih impor dari negara luar, seperti Thailand dan Amerika. Selain itu, selama dirinya melatih grup drum band, tidak sedikit permintaan bantuan untuk mencarikan alat musiknya. “Saat itulah saya pun memutuskan untuk mencoba terjun dalam industri pembuatan alat musik drum band. Peluang pasar masih terbuka cukup lebar. Hasilnya pun lumayan, karena alat musik yang dibutuhkan dalam jumlah massal,” cerita Agus tentang alasannya menggeluti dunia pembuatan alat musik drum band. Sejak saat itulah dia memutuskan menjadi seorang pengrajin alat musik drum band. “Awal mulanya saya belajar pada Pak Asmudi yang sudah lama menjadi pengrajin alat musik ini,” terangnya.

Saat pertama kali merintis usahanya, Agus tidak langsung menjadi pembuat alat musik. Ia memulainya sebagai seorang perakit alat musik. Di saat-saat itu, ia terus mempelajari detail dari setiap alat musik maupun standar suara yang harus dihasilkan. Beberapa waktu setelah menjalani sebagai seorang perakit, Agus memberanikan diri untuk melakukan pengecoran. Dan setelah benar-benar menguasai tahapan demi tahapan dalam proses pembuatan alat musik drum band, Agus memberanikan diri untuk membuatnya sendiri. “Awal mulanya, alat musik yang saya buat itu, saya tawarkan kepada sesama pelatih. Dari merekalah, kemudian saya mendapatkan masukan apa saja yang kurang, dan itu menjadi bahan bagi saya untuk melakukan perbaikan,” katanya.

BERDASAR PESANAN
Proses sirkulasi penjualan alat musik drum band ini memang tidaklah seperti alat musik lainnya. Hal ini tidak lain dari terbatasnya jumlah grup musik drum band yang ada. Keterbatasan jumlah grup musik drum band ini tidak lepas dari tingginya dana operasional yang harus dikeluarkan sebuah instansi, kelompok ataupun sekolah, karena peralatan yang dibutuhkan sangatlah banyak. Demikian juga dengan anggota grup musiknya yang juga banyak.

Mahalnya biaya untuk menghidupi grup musik drum band ini terlihat dari proses pembayaran yang diterima Agus. Tidak semua sekolah atau instansi yang melakukan pemesanan cara membayarnya secara cash. Beberapa diantaranya memilih cara kredit. Meskipun demikian, oleh Agus semuanya tetap dilayani. Karena keterbatasan modal yang dimilikinya, dalam satu bulan dia hanya menerima lima pesanan yang cara pembayarannya secara kredit. Dalam satu bulan, Agus mengaku omset penjualannya dapat mencapai Rp 50 juta.

Alat musik yang diperlukan memiliki perbedaan ukuran untuk setiap tingkatan. Untuk grup drum band TK dengan anggota 36 orang, sedikitnya dana yang harus dikeluarkan untuk membeli peralatan musiknya sebesar Rp 8.500.000. Sedangkan untuk tingkatan SD dengan 34 pemain, dana yang dibutuhkan untuk membeli peralatan musik sebesar Rp 11 juta rupiah. Peralatan-peralatan musik drum band tersebut meliputi snar drum berbagai ukuran, bass drum, cymbal, kwarttom, marching bell, terompet legacy dan lark, HTS dan semi HTS dan lain-lain.

Meskipun keberadaan grup musik drumband tidaklah sepopuler seni musik lainnya. Agus mengaku tidak kesulitan dalam pemasaran peralatan musik hasil produksinya. Dia pun mengaku, tiap harinya selalu memproduksi alat musik drum band. “Semua itu tidak lepas dari strategi pemasaran saya yang memanfaatkan jaringan pelatih yang ada di Jawa Timur,” jawab Agus ketika ditanya tentang strategi pemasaran produk yang dihasilkannya.

Agus mengaku tidak pernah menitipkan alat musik drumband hasil produksinya ke toko-toko. Hal ini didasarkan pada pertimbangan proses pembayarannya yang lambat, karena menunggu barang laku, juga dikarenakan pembayarannya yang jarang penuh sesuai dengan jumlah barang yang dititipkan. “Saya cenderung membuat sesuai dengan pesanan,” tukasnya.

Meskipun dengan pola pemasaran yang konvensional, alat musik drum band produksinya sudah menyebar ke hampir seluruh kota di Jawa Timur. Bahkan beberapa kota di luar Jawa, seperti Aceh dan Kalimantan Tengah juga membeli alat musik produksinya.

Alat musik hasil buatannya, diberi label AGFA. Meskipun proses pengerjaannya dilakukan secara manual, Agus mengklaim kualitas produknya tidak kalah dengan buatan luar negeri yang merupakan barang pabrikasi. ” Saya terapkan kontrol yang ketat, terutama untuk suara yang dihasilkan,” jelasnya. [ ]

 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: BANGKIT , Januari-Maret 2012, hlm. 45.

 

Comments


Leave a Reply