Tuesday, October 15, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Kawah Gunung Kelud, Kabupaten Kediri

Pesona yang ditawarkan Gunung Kelud tetap menawan dan sulit diabaikan begitu saja. Data interval waktu letusan yang terbilang panjang, membuat…

By Pusaka Jawatimuran , in Kediri Wisata Wisata Alam , at 27/05/2012 Tag: , , , , , , , ,

Pesona yang ditawarkan Gunung Kelud tetap menawan dan sulit diabaikan begitu saja. Data interval waktu letusan yang terbilang panjang, membuat pengunjung tetap nyaman jalan-jalan ke kawah Gunung Kelud. Pos pantau DVMBG, diyakini sebagai pendeteksi letusan yang terpercaya. Bahkan sejak Pemerintah Kabupaten Kediri menyatakan Danau Kawah Gunung Kelud sebagai kawasan wisata yang terbuka untuk umum, sambutan masyarakat makin positif.

Pengunjung yang datang karena penasaran. Mereka ingin tahu, seperti apa keindahan Danau Kawah Kelud. Dan sesampai di kawah, mereka mengaku puas. Karena Danau Kawah di Gunung Kelud memang sangat indah,.. Ketika Mossaik mengunjungi Danau Kawah Kelud beberapa waktu lalu, etalase alam yang terpajang memang menawan. Pesona itu mulai terasa sejak dalam perjalanan dari wilayah Wates hingga perkebunan Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar. Di sepanjang kiri dan kanan jalan, kita bisa menjumpai panorama pedesaan yang khas dan kava ragam tanaman. Seperti nanas, cengkeh, pepaya, pisang, kopi, dan lain sebagainya.

AKSES MUDAH

Dari perkebunan Margomulyo ke pos terdekat dengan kawah, kita terus disuguhi etalase alam yang terpancar dari hamparan hutan, lembah, dan perbukitan. Letusan Gunung Kelud dalam kurun waktu seribu tahun, diamdiam menjadi investasi yang menjadikan tempat ini subur dan lestari. Kemudahan akses yang dimotori Pemerintah Kabupaten Kediri sejak tahun 2002 hingga 2003 terbilang pantas diacungi jempol. Untuk menuju danau kawah, pengunjung tak perlu bersusah payah jalan kaki naik-turun bukit. Jika mengendarai kendaraan pribadi, perjalanan bisa dilakukan non stop hingga pos terdekat. Jika memakai kendaraan umum, bisa carter di Wates atau sewa ojek. Di atas kendaraan yang mengantar, pengunjung bisa tetap santai menikmati udara pegunungan yang bersinergi dengan perkebunan Margomulyo, Gunung Pedhot, atau Kali Sumberagung. Sementara di ujung sana, puncak Kelud yang bersanding dengan Gunung Sumbing, Welirang, dan Gajah Mungkur seperri terus memanggil.

Tiba di pos terdekat yang terdiri dari sebidang lahan parkir dan beberapa bangunan, diantaranya untuk kedai makanan dan musholla, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki. Usai melewati sebuah tikungan, jalan yang akan kita lalui langsung mas uk dalam sebuah terowongan yang konon sudah ada sejak tahun 1910. Dari data yang dihimpun Mossaik, terowongan yang menembus perut gunung ini merupakan budidaya manusia yang sejak awal sudah didesain untuk mengurangi bencana letusan Gunung Kelud. Terowongan bertinggi 2 meter dan panjang kurang lebih 110 meter ini merupakan penerapan pertama di dunia dalam usaha penanggulangan bencana gunung api.

Terowongan yang saat ini hanya mengandalkan cahaya di pangkal dan ujung, nantinya akan dilengkapi dengan lampu remang. Awalnya, Pemkab Kediri akan memasang lampu yang lebih terang. Tapi dari hasil survey yang dilakukan, pengunjung ternyata lebih suka jika penerangan di terowongan ini cukup remang-remang saja. Asal, saat menelusuri terowongan, pengunjung tidak gampang tersandung, bisa menikmati suasana dinding lorong, sekaligus mengawasi teman atau keluarga yang diajak jalan-jalan ke Kawah Kelud.

Keluar dari lorong, perjalanan dilanjutkan dengan menapaki tangga batu. Sampai beberapa saat kemudian, tangga batu ini berhenti dan berganti dengan jalan setapak yang tingkat kemiringannya bisa mencapai 45 derajat. Setelah berjalan turun dan berbelok selama kurang lebih 20 menit, hamparan air Danau Kawah Kelud mulai nampak dari balik semak dan batu-batu besar. Permukaan air hijaunya memantulkan cahaya matahari yang menerobos bukit dan gunung pengapit kawah, puncak Kelud, Gunung Sumbing, Gajah Mungkur, dan Welirang. Ketika sudah berdiri di tepi danau, rasa penat dan tegang berangsur musnah. Berganti rasa kagum dan syukur kehadirat Sang Pencipta, karena masih diberi kesempatan untuk sekali lagi menikmati hasil kreasi-Nya. Aroma belerang yang tercium bersama kecipak gelembung-gelembung kecil di tepi danau, seperti berbisik agar kita mau sejenak merasakan kehangatan air danau.

LARUNG SESAJI

Panorama kawah Gunung Kelud, ternyata bukan satu-satunya daya tarik wisata yang nanti akan digarap Pemkab Kediri. Gunung Kelud juga diramaikan dengan aktifitas budaya tradisi dan event-event promosi lain. Semisal, pada bulan Suro, masyarakat Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, menggelar tradisi larung sesaji di Danau Kawah Gunung Kelud.

Dulu, acara ini dilakukan kecil-kecilan. Ya intinya, masyarakat melakukan ritual khusus agar tak ada bencana yang bersumber dari Kelud. Setelah tahun 2005, larung dilakukan besar-besaran. Rencananya, ini akan jadi paket wisata Danau Kawah Gunung Kelud. Gambarannya ya mirip dengan Kasada di Gunung Bromo, Pemkab Kediri dalam menangani Gunung Kelud sebagai aset wisata berkat dari obsesi Bupati Kediri, Ir Sutrisno.

Selain itu, digelar pula beberapa event promosi seperti rally motor, jalan-jalan di alam Kelud, dan fasilitas olah raga alam lain seperti panjat tebing, bumi perkemahan, mendaki gunung, dan jalur lintas alam. Jalur lintas alam ini, jika mengutip hasil penelitian dan rekomendasi Direktorat Vulkanologi dan MBG, seperti jalur Pos Margomulyo, Gunung Pedhot, Kali Sumberagung, dan kembali ke Pos Margomulyo. Disepanjang jalur lintas alam ini, peserta akan diajak untuk menikmati olah raga tantangan sembari melihat pemandangan alam yang luar biasa.

Antara lain kawasan hutan lindung, perbukitan, tebing, dan sungai “Kami juga menyiapkan hanfree charge. ada hari yang gratis. Prioritas lain, Pemkab Kediri tetap getol mendandani akses masuk ke kawah. Memperbaiki jalan dan fasilitas publik. Kedepan, tempat ini akan diperkaya dengan kehadiran pemandian air panas, penginapan, dan lain-lain. Kawasan perkebunan Margomulyo yang luasnya mencapai 433 hektar, nanti akan disiapkan sebagai agrowisata,” tambahnya. Di tempat ini, pengunjung bisa jalan-jalan menikmati segarnya udara pegunungan sembari menebar pandangan keareh perkebunan nanas, cengkeh, kopi, pisang, pepaya, tebu , dan lain-lain.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Mossaik,  november 2005, hlm. 23.

Comments


Leave a Reply