Saturday, December 7, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Sampah yang Menghasilkan Rupiah

Dari sampah menghasilkan milyaran rupiah Semua orang boleh mencibir atau membuang muka bila melihat tumpukan sampah, baik itu sampah tempurung…

By Pusaka Jawatimuran , in Lamongan Sentra , at 21/05/2012 Tag: , , , , , ,

Dari sampah menghasilkan milyaran rupiah
Semua orang boleh mencibir atau membuang muka bila melihat tumpukan sampah, baik itu sampah tempurung kelapa atau batok kelapa, pelepah pisang maupun eceng godok

Mereka memang tidak tahu gunanya untuk apa dan mau diapakan sampah- sampah tersebut, sebab menurut mereka sampah–sampah itu adalah pembawa mala pelata yang menyebabkan banjir dimana-mana dan sampah selalu dikonotasikan sebagai biang keladi dari segala macam penyakit.

Tetapi tidak demikian dengan pasangan muda yakni Bapak Dody Arimawanto dan Vallis yang tinggal di Jl. Sunan Kali Jogo 120 Lamongan ini, mereka menganggap bahwa sampah bisa menjadi sumber inspirasi yang dapat mendatangkan uang. Yaitu dengan untuk menciptakan suatu karya dan kreativitas pasti sampah-sampah tersebut menghasilkan uang. Sebab, sampah yang tadinya tidak berguna dan tidak bermanfaat, dengan diolah dan disulap menjadi barang-barang yang digandrungi banyak orang serta membawa berkah yang berlipat ganda, bagi yang mau mengolah atau memanfaatkannya.

Buktinya, setelah lulus kuliah dari Fakultas Sosial jurusan Administrasi Niaga Universitas Brawijaya Malang tahun 2002, pria yang telah menikah dengan wanita cantik sealumni ini langsung tertarik untuk menggelutinya. Dari sampah-sampah itu disulap menjadi berbagai macam kerajinan tangan seperti: tas, sepatu dan sepatu sandal baik yang biasa mapun yang dihiasi bordir. Tapi semuanya dengan bahan dasar dari sampah atau limbah, batok kelapa, pelepah pisang, eceng gondong dan karung goni.

Berawal dengan modal Rp 5.000.000 bapak dua anak hasil dari pernikahannya dengan Ibu Vallis ini memberanikan diri untuk memulai usahanya. Dengan modal satu keyakinan dan tekat yang kuat bahwa usaha yang akan digeluti dengan menggunakan bahan dasar sampah ini pasti akan berhasil. Yang penting, satu mau bekerja keras pantang menyerah dan selalu berani mencoba serta bersaing untuk maju.

Dan yang tidak kalah penting lagi adalah selalu berfikir positif, bahwa setiap usaha pasti ada jalan dan jalan itu pasti membawa keberhasilan dan kesuksesan. Ternyata benar adanya, menurut Dody, dengan modal sebesar lima juta rupiah tidak mungkin bisa memproduksi sendiri, karena uang yang hanya lima juta pasti tidak cukup waktu membeli bahan dan peralatan serta ongkos produksi yang dibutuhkan. Apalagi, membuat satu kerajinan tas atau sepatu yang bisa dijual pasti membutuhkan ketrampilan khusus/skill. Jadi, dengan modal tersebut pertama-tama yang dilakukannya adalah mengambil barang yang sudah jadi dari orang lain untuk dijual lagi, dengan harapan modal yang mereka miliki itu dapat cepat berputar dan berkembang.

Saat mengambil barang dari orang lain, saya dan istri istilahnya kita berenang sambil minum air. Karena saat kami mengambil barang untuk dijual, waktu itu kami gunakan untuk belajar secara gratis yaitu mempelajari bagaimana caranya membuat tas atau sepatu dan sandal secara langsung.

Dimulai dari menganyam, mewarnai sampai menjadi tas atau yang lain. Begitu kami berdua tahu cara dan seluk beluk bagaimana cara memproduksi tas, sepatu dan sandal sepatu.

Maka kami berdua berkeinginan untuk memproduksi sendiri, dengan alasan tabungan/modal yang kami miliki sudah bertambah dan kami juga mengetahui bagaimana permintaan di luar/pasar. Rata-rata, mereka selalu menuntut harus ada model baru dan permintaannya pun terus bertambah, maka kami bertekat memprodiksi sendiri.

Dengan niat merubah nasib, maka kami memproduksi sendiri dengan dibantu tenaga kerja sebanyak enam orang pada tahun 2004. Dalam waktu, tidak berselang terlalu lama tepatnya pada tahun 2007 lalu kerajian tas dan sepatu serta sepatu sandal dengan bahan dasar sampah milik Dody dan vallis yang diberi nama R and D Handycraft ini mendapatkan satu penghargaan sebagai Predikat Pengusaha Muda Terbaik I dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sekaligus piagam dan uang tunai senilai lima juta rupiah.

Penghargaan, piagam dan uang senilai Rp 5 juta. Penghargaan dan uang itu diberikan, kepada Dody karena R and D atau Dody dan Vallis Handycraft dinilai telah berhasil berkreasi dan menumbuh kembangkan Usaha Kecil dan Menegah yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar serta ikut mengurangi pengangguran.

“Berangkat dengan modal keyakinan dan ulet serta terus mau ber-inovasi, maka usaha yang kami tekuni ini bisa berkembang pesat bagaikan jamur di musim kemarau,” terang Dody pada tim Prasetya.

Menurut Dody, usaha yang ditekuni ini tidak serta merta bisa berkembang dengan sendirinya, karena perkembangan usahanya  ini juga adanya campur tangan pemerintah. Baik itu Pemda Lamongan maupun pemprov. Jatim. Karena selama ini, kami sering mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan pemkab. Lamongan maupun Pemprov. Jatim, tujuannya satu yaitu untuk meningkatkan mutu produksi dan juga standart kemasan serta bagaimana cara pemasarannya.

Selain mengikuti pelatihan-pelatihan, lanjut Dody, agar usaha bisa berkembang dengan baik sesuai dengan harapan, maka pengusaha dituntut harus ulet dan ramah serta mau membuka hubungan jejaring sesama pengusaha atau dengan orang lain.

R and D sejak resmi memproduksi sendiri tahun 2004 yang lalu, maka saat itu juga kami mulai menjalin hubungan kerjasama dengan sesama pengusaha. Baik itu pengusaha kerajinan tas, sepatu dan sandal sepatu baik yang ada di Indonesia (Surabaya, Jakarta, Bali, Jogyakarta, Semarang, Kalimantan, Medan, Bandung, Makasar dan bahkan Aceh serta NTB) maupun dengan pengusaha yang ada di luar negeri.

Tujuannya satu yaitu untuk memasarkan hasil kerajinan tangan yang unik, manis, cantik dan elegan,walaupun dengan bahan dasar sampah. Buktinya banyak orang yang menyukai dan rata-rata mereka tidak mempermasalahkan dari bahan apa tas- tas itu dibuat. Mereka hanya tahu kalau bahan dari batok, pelepah pisang, eceng gondok.

Mereka tidak menyangka kalau semua bahan tersebut adalah sampah yang telah disulap menjadi tas dan sepatu yang cantik. Sehingga barang-barang itu sangat digandrungi dan diminati banyak orang sampai ke manca negara. Mereka sangat senang dan menyukai tas-tas dari bahan dasar tersebut di atas alasannya karena bentuk, kreativitas dan perpaduan wama serta modifikasinya sangat cocok dan manis dan selalu up to date tidak ketinggalan mode. Sehingga siapa pun yang melihat dan memakai pasti langsung jatuh hati. Ditambah lagi dengan harganya yang tidak terlalu mahal dan sangat terjangkau bagi siapa saja untuk memilikinya.

Harga Tas dari Batok Kelap Pelepah Pisang dan Enceng Gondok
Untuk ukuran tas cantik dari batok kelapa, pelepah pisang dan enceng gondok serta goni, harganya rata-rata mulai dari yang ukuran kecil (S), Medium (M) dan ukuran Besar (L) bedanya tidak terlalu besar. Sebagai harga eceran tas ukuran kecil Rp 60 ribu, ukuran Medium Rp 75 ribu–Rp 80 ribu dan untuk tas ukuran besar Rp 100 ribu, Tapi lain lagi harganya, kalau membeli barang/tas secara partai atau grosir tentu harganya juga beda dan lebih murah, karena mereka para pembeli juga ingin mendapatkan keuntungan. Jadi, kami mematok harga sebesar Rp 30-Rp 35 ribu untuk tas yang ukuran kecil (Small) dan Rp 40 ribu-Rp 45 ribu untuk yang Medium serta seharga Rp 50 ribu-70 ribu untuk yang ukuran besar.

Sementara harga eceran sepatu harganya dipatok sama, tidak berbeda atau tidak dilihat ukuran baik yang ukuran kecil (35) maupun ukuran besar (40) yaitu rata-rata Rp 25 ribu per pasang, Rata-rata sepatu dibuat dari bahan goni dan diberi hiasan border diatas depan atau disamping kiri-kanannya. Sedang kalau membeli sepatu secara grosir, maka harga yang dipatok hanya Rp 18 ribu per pasang.

R and 0 handycraft meniru falsafah yang digunakan pengusaha dari china, mengatakan dalam mengembangkan usaha tidak perlu mengambil untung terlalu besar, kalau tidak bisa produksi banyak, lebih baik mengambil untung 100 rupiah, tetapi bisa menjual 1000 bahkan 1,000,000 barang, otomatis produksi barangnya pun akan lebih banyak dan uang yang berputar akan lebih besar. Jadi, usaha kami disini tidak mengambil untung besar yang penting barang kami terus habis dan uang pun terus berputar. Sehingga usaha yang kami geluti akan cepat berkembang dan bertambah besar.

Walaupun R and D handycraft adalah usaha yang menempati rumah tinggal dan sekaligus dijadikan showroom serta tempat produksi tas, sepatu dan sepatu sandal. Saat ini telah berkembang, hal ini dapat dilihat dari tambahnya jumlah karyawan sebanyak 60 orang dan bisa memproduksi sepatu per bulannya sebanyak 4.000-10.000 pasang lebih dan tas sebanyak 13.500 tas – 18.OOO tas lebih mulai dari ukuran kecil, sedang dan besar. Sebab, setiap orang/per-minggunya minim harus bisa menyelesaikan 100 tas. Sedang biaya yang dibutuhkan secara keseluruhan, mulai dari menganyam, memberi warna, mengukir dan juga memberi warna atau yang lain sampai selesai menjadi tas, maka rata-rata per tasnya menghabiskan biaya sekitar Rp 27.000 – Rp 30.000,.

Pasarnya Telah Mendunia
Walaupun awalnya hanya dengan modal lima juta rupiah, akhirnya tas dan sepatu serta sepatu sandal yang berbahan dasar sampah (batok kelapa, pelepah pisang dan eceng gondok ataupun  goni) keberadaannya telah diakui dtmia. Ini terbukti, tiap bulan R and D handycraft mampu menjual hasil kerajinannya ini tidak hanya di dalam negeri saja, akan tetapi mampu menembus pasar global dengan mengeksport ke Arab Saudi, Dubai, Hongkong, Singapore, Columbia, Jepang dan Jamika serta Negara Timur tengah lainnya, rata-rata tiap bulannya mencapai Rp 750 juta lebih.

Rata-rata tiap bulannya, R and D Handycraft 2-3 kali dalam sebulan mengirim barang-barang berupa tas dari berbagai ukuran ke arab Saudi masing-masing sebanyak 1 container dan juga ke Dubay atau ke Yaman. Setiap container senilai Rp 250 juta – Rp 350 juta. Sedang untuk Negara yang lain, seperti Hongkong, Amerika atau yang pengirimannya berkala berdasarkan permintaan.

Sementara kerajinan sepatu produksi Rand D handycraft Lamongan ini, pasarnya menjadi langganan bagi Hongkong dan Jamaika minim sekali ngirim 500 – 1000 pasang sepatu. Selain laku dan ramai di pasaran luar negeri, tas dan sepatu hasil kerajian R and D handycraft Lamongan ini juga telah kesohor dan terkenal sudah hampir di seluruh kota di Indonesia. Seperti di Surabaya, Semarang, Jogyakarta, Jakarta, Medang, Kalimantan, Sumatra, Makasar, NTB, Bali dan sampai ke Papua. Dengan transaksi penjualan tidak kurang dari Rp 250 juta hingga Rp 300 juta lebih/per bulan.

Peran Pemerintah sebelum ke sentra industri kecil kerajinan Tas dan Sepatu di Jl. Sunan Kalijogo 120 Lomongan, Tim Prasetya lebih dulu datang ke Kantor Koperindag Lamongan unhlk berwawancara dengan Kepala Dinas Koperindag Lamongan bapak Mursyid, Msi, tentang bagaimana peran pemerintah terhadap industri kerajinan tas dan sepatu di Lamongan. Apa saja yang telah dilakukan dan sampai sejauh mana. Menurut Pak Mursyid, pemerintah selama ini sangat kooperatif dan berperan aktif dalam membantu bagaimana UKM atau kerajinan/industri kecil di Lamongan bisa berkembang dengan baik.

Sebagai contoh, lanjut Mursyid, pemerintah berupaya terus bagaimana industri kecil itu bisa berkembang dan berinovasi dengan model-model baru serta mengemas dengan baik. Maka Pemkab. Lamongan sharing dengan Pemprov. mengadakan pelatihan untuk industri kecil di Lamongan secara gratis dan pemerintah juga membantu masalah modal guna memperlanear dan mengembangkan usahanya pemerintah juga membantu permodalan melalui bank Jatim dengan bunga 6% per tahun berapa dana yang dibutuhkan.

Disamping itu, untuk pemasaran hasil-hasil kerajinan pemerintah juga telah menyediakan tiga showroom yang bisa digunakan untuk menggelar dan dijadikan tempat untuk menjual barang dagangannya tanpa sewa peserpun alias gratis. Yaitu di DBL, Surabaya dan di Jakarta serta pemerintah selalu mengikut sertakan para pengrajin setiap ada pameran. Baik itu yang diadakan di Surabaya, Jakarta dan luar negeri. Jadi, selama ini peran-peran pemerintah terhadap dengan keberadaan industri atau UKM sangat baik dan maksimal.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Prasetya, Volume III, No. 28, April 2011