Suramadu, Merasakan ‘Nikmatnya’
Merasakan ‘Nikmatnya’ Suramadu Apa ya iya? Begitu pertama kesan yang muncul ketika mendengar Jembatan Suramadu akan diresmikan Presiden RI Susilo…
Merasakan ‘Nikmatnya’ Suramadu
Apa ya iya? Begitu pertama kesan yang muncul ketika mendengar Jembatan Suramadu akan diresmikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, 10 Juni 2010. Apa ya? Tapi ternyata memang ya. Bukan mimpi, bukan khayalan. Setelah melalui proses persiapan yang panjang dan pelaksanaan yang melelahkan, jembatan terpanjang di Indonesia itu akhirnya diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Jembatan Suramadu ibarat khayalan yang menjadi kenyataan, yang kadang serasa tidak masuk akal bagi sebagian masyarakat Indonesia. Bertahuntahun dikhayalkan, jembatan ini sekarang sudah menjadi kenyataan: benar-benar bisa dilintasi oleh segala macam kendaraan. Bagaimana bukan khayalan, jika rangkaian beton menjulur di atas laut sepanjang 5.438 kilometer dan lebar 30 meter.
Itu sebabnya, seusai diresmikan dan dibuka untuk umum, terjadi euforia publik. Beribu-ribu masyarakat, baik dari sisi Bangkalan maupun Surabaya, berbondong-bondong ke Suramadu. Mereka tidak ingin sekadar menyaksikan, namun juga merasakan “nikmatnya” melewati jembatan tersebut. Orang-orang rela antri berjam-jam di loket masuk, foto-fotoan dan meraba-raba pagar jembatan. Gumun, kata orang Jawa.
Tanggal 10 Juni 2010 menjadi tanggal paling bersejarah karena pada tanggal tersebut masyarakat Madura sudah tidak lagi tergantung dengan puluhan tahun. penyeberangan Ujung-Kamal. Bertahun-tahun masyarakat Madura, dan tentunya juga perekonomian Madura, tergantung pada fery yang bolak-balik melaut dari Ujung ke Kamal, dan sebaliknya. Selain ongkos menyeberang mahal, perjalanan yang lama, terkadang juga antre berjamjam menunggu di pintu masuk. Kondisi tersebut berlangsung bertahun-tahun.
Dan sekarang, ibarat tinggal sekali tancap gas atau sekedipan mata, orang sudah sampai ke Madura atau Surabaya. Dengan kemudahan infrastruktur seperti itu, sudah selayaknya perekonomian di Madura, juga kesejahteraan masyarakat Madura, tidak boleh lagi tertinggal dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur. Sudah saatnya tidak ada lagi penduduk Madura yang urban ke luar Madura karena terbatasnya lapangan pekerjaan. (*)
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: TEROPONG, edisi 53, September-Oktober 2010, hlm. 03.