Suramadu, Meningkat Geliat Wisata Sumenep
Geliat Wisata Sumenep Pasca Suramadu Kunjungan Wisatawan Meningkat Tajam Jembatan Suramadu ibarat khayalan yang menjadi kenyataan, yang kadang serasa tidak…
Geliat Wisata Sumenep Pasca Suramadu
Kunjungan Wisatawan Meningkat Tajam
Jembatan Suramadu ibarat khayalan yang menjadi kenyataan, yang kadang serasa tidak masuk akal bagi sebagian masyarakat Indonesia. Bertahun-tahun dikhayalkan, jembatan ini sekarang sudah menjadi kenyataan, benar-benar bisa dilintasi oleh segala macam kendaraan. Bagaimana bukan khayalan, jika rangkaian beton menjulur di atas laut sepanjang 5.438 kilometer dan lebar 30 meter.
Jembatan Suramadu bukan hanya khayalan orang Jawa Timur yang menjadi kenyataan, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia. Inilah jembatan terpanjang se Asia Tenggara yang menimbulkan rasa kagum dan bangga. Orang-orang datang melintas, melihat-lihat, memotret, bahkan juga meraba-raba konstruksi beton. Megah dengan kawat-kawat baja merentang.
Tak pelak, sejak diresmikan 10 Juni 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jembatan Suramadu bukan saja menjadi infrastruktur utama dan penting bagi masyarakat Madura, namun juga menjadi objek wisata baru. Lihat saja, setiap hari ada saja bus pariwisata yang bertandang ke jembatan ini. Plesir ke Surabaya (biasanya setelah ziarah ke Makam Sunan Ampel) serasa kurang lengkap bila tidak sekalian berkunjung ke Jembatan Suramadu.
Tentu saja hadirnya Jembatan Suramadu menjadi tidak terpisahkan dengan dunia pariwisata di Madura. Atau Jembatan Suramadu menjadi pintu gerbang bagi terbukanya potensi wisata di pulau seluas 5.250 km yang sangat beragam itu, baik wisata alam, budaya maupun ziarah.
Seseorang yang usai berwisata di Sumenep menulis dalam blognya: “Setelah Jembatan Suramadu, kini mereka hanya membutuhkan tiga hal untuk dapat ‘ngebut’ perekonomiannya, yaitu bandara, resor/cottage, serta kereta api. Dengan begitu, maka Madura siap untuk menjadi kota wisata yang unggul. Apalagi melihat posisi strategik antara Sumenep, Bali dan Surabaya yang berpotensi membentuk ‘segitiga emas’ pariwisata.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumenep, Drs Ec. H. Moh. Nasir, MM, mengakui besarnya dampak pembangunan Jembatan Suramadu terhadap perkembangan dunia pariwisata di Kabupaten Sumenep. “Sejak Jembatan Suramadu diresmikan kedatangan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, ke Kabupaten Sumenep meningkat tajam, bahkan kenaikannya hampir 300 persen,” kata Nasir ketika ditemui tim Teropong di ruang kerjanya, awal Agustus 2010.
Bukan hanya pada kedatangan wisatawan yang meningkat tajam, tapi juga dibukanya enam hotel baru di Sumenep pasca peresmian Jembatan Suramadu. “Memang belum masuk hotel berbintang, tetapi kualitasnya hampir memenuhi kelas hotel berbintang,” kata Nasir. Enam hotel baru tersebut yaitu Hotel Suramadu, Mitra Land, Garuda, Family Noor, Sukma dan C1. Sedangkan beberapa hotel lainnya di Sumenep di antaranya Hotel Utami, Utami Sumekar, Wisma Sumekar dan Wijaya I dan II.
Namun, meski kedatangan wisatawan ke Sumenep meningkat tajam, namun tidak semuanya wisatawan menginap di hotel. Sebagai contoh wisatawan religi, sebagian besar tidak di hotel, ini karena waktu kunjungannya tidak lama. Kalaupun butuh istirahat mereka tidur di bis, dan untuk kebutuhan mandi dan buang air memanfaatkan fasilitas umum yang disediakan di lokasi wisata.
Diakui Moh. Nasir, paling banyak wisatawan ke Sumenep, baik sebelum dan setelah Jembatan Suramadu diresmikan, adalah wisatawan religi. Mereka ziarah ke Astatinggi, Masjid Agung, Asta Yusuf. Kedua makam ini menjad jujugan utama bagi wisatawan religi. Selain itu Keraton Sumenep dan Museum Sumenep juga menjadi primadona wisatawan lokal.
“Wisatawan religi ini posisi pasarnya menengah ke bawah. Mereka berziarah untuk mendapatkan barokah, tapi bukan untuk membeli. Makan juga sudah membawa dari rumah,” kata Nasir. Ditambahkannya, sejak Jembatan Suramadu diresmikan hampir setiap hari sedikitnya 1 sampai 2 bis dari berbagai daerah di Jawa Timur yang datang ke Sumenep.
Hanya saja, kata Nasir, dampak positif Jembatan Suramadu terhadap dunia pariwisata di Sumenep tidak diiringi dengan penyempurnaan fasilitas, atau belum ada perhatian dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menyempurnakan fasilitas objek wisata di Sumenep. “Sayangnya sampai saat ini penyempuraan fasilitas objek-objek wisata belum ada,” tandas pria yang pernah menjadi Camat di Pulau Sapeken ini.
Nasir optimis, pasca Suramadu, Kabupaten Sumenep akan menjadi daerah tujuan wisata di Pulau Garam. Ini tidak mengherankan, karena Kabupaten Sumenep mempunyai beragam objek wisata, mulai dari wisata religi, sejarah, alam dan laut. Dari 33 pulau di Kabupaten Sumenep, sebagian menyimpan potensi sebagai objek wisata yang menyajikan keindahan. lengkap dengan keindahan bawah lautnya.
Objek wisata bawah laut yang kini sedang dikembangkan di antara Pulau Saibus, Pulau Saur dan Pulau Sitabok. Demikian pula dengan kawasan taman laut di Pulau Sapeken dan Kangean, dengan ikan yang beragam dan terumbu karang warna-warni. “Pulau Saibus air lautnya jernih sehingga kita bisa melihat dasar laut dan hamparan pasir pantainya putih,” kata Nasir.
Banyak wisatawan dari mancanegara yang berkunjung ke pulau-pulau itu. Mereka umumnya menggunakan kapal pesiar dari Pulau Bali. Sayangnya mereka tidak melanjutkan kunjungannya ke darat. Kalaupun berlabuh, paling banter sebatas berkunjung sebentar di pantai, seperti di salah satu pantai di Kecamatan Pasongsongan, Sumenep. Setelah berpesta ikan bakar, mereka masuk kapal dan kembali melanjutkan pesiarnya di laut. (bud)
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: TEROPONG, edisi 53, September-Oktober 2010,