Candi Singosari, Kabupaten Malang
Candi Singosari terletak di Singosari, sebelah utara kota Malang, berdirinya bangunan itu dihubungkan dengan raja Kertanegara, raja Singosari yang terakhir….
Candi Singosari terletak di Singosari, sebelah utara kota Malang, berdirinya bangunan itu dihubungkan dengan raja Kertanegara, raja Singosari yang terakhir. Candi didirikan di atas batur bujur sangkar yang berukuran 13,84 x 18,34 meter, polos tidak berelief. Di atas batur inilah didirikan candinya yang terdiri atas kaki candi, badan candi dan atap candi.
Kaki candi menunjukkan keistimewaan yang tidak biasa terdapat pada candi-candi lain, karena ada ruangan (bilik) beserta penampil pada tiap-tiap sisinya. Ruangan demikian ini umumnya ada pada badan candi. Pintu masuk ada di sebelah barat diapit oleh relung-relung keeil. Pada tiap penampil kaki candi ini terdapat relung-relung pula yang berisi area, dan mempunyai tersendiri yang terpisah dengan badan candi. Seolah-olah mengelilingi atas pusat yang lebih tinggi. Kepala Kala menjadi penghias ambang atas tiap relung.
Susunan kaki Candi seperti tersebut mengakibatkan bahwa tubuh candi kehilangan fungsi sebagaimana mestinya sehingga ruangan di dalam tubuh candi tidak dapat dimasuki. Dinding luar tubuh candi mempunyai relung-relung yang tidak begitu dalam dan tidak berisi area. Juga di atas relung-relung tubuh candi dihias dengan kepala Kala.
Atap candi yang utama terdiri atas tiga tingkatan, puncaknya berbentuk kubus. Demikian juga bentuk atap tiap penampil sarna dengan atap pusat. Akan tetapi atap ini semuanya teIah runtuh. Restorasi yang dilaksanakan sejak 1935-1936 hanya sampai pada sebagian atap candi.
Sifat Keagamaan dan Arca
Di dalam ruangan pusat kaki candi terdapat sebuah landasan atau yoni, namun tidak jelas area yang berdiri di atasnya. Karena sekarang sudah kosong. Relung-relung berisi area Durga (utara), Genesa (timur), Agastya (selatan). Kecuali area Agastya, semua area ini sekarang berada di Museum Leyden. Arca-arca ini dipindahnya dari reruntuhannya pada tahun 1804 dan dibawa ke negeri Belanda dalam tahun 1819. Sedangkan relung-relung di kanan-kiri pintu masuk untuk area Mahakala dan Nadiswara (sekarang sudah kosong).
Kaki candi Singasari diperlengkapi dengan suatu saluran pada lantainya, dialirkan keluar pada teras sisi utara. Jadi seolah-olah candi itu sendiri merupakan hingga. Relung-relung tubuh candi tidak berisi arca. menurut W.F. Stutterheim relung-relung ini berisi arca-arca dari patung Buddha (pendapat ini tidak disetujui oleh Jessie Blom dengan alasan bahwa patung-patung tersebut tidak pernah ditemukan, lagi pula relung-relung tersebut terhalang oleh atap penampil).
Sifat keagamaan candi Singasari adalah Siwa, berdasarkan arca-arca yang ada, Sementara sarj ana lain (W.F. Stutterheim) berpendapat bahwa candi Singasari bersifat Siwabuddha.
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Mimbar Jatim, majalah bulanan, EDISI : 147 NOVEMBER 1992, hlm. 50