Legen, Tuban
Legen Botolan, Kadang Campuran SEPERTI seperti halnya banyak daerah lain di Tuban, minuman legen menjadi penghasil sampingan bagi warga Dusun…
Legen Botolan, Kadang Campuran
SEPERTI seperti halnya banyak daerah lain di Tuban, minuman legen menjadi penghasil sampingan bagi warga Dusun Ngelom, Desa Siding. Sekitar 75 KK di Ngelom nderes legen. Begitu juga desa di sebelahnya, yaitu Desa Tengger Kulon dan Desa Mujuran. Potensi legen di Ngelom maupun Tengger Kulon merupakan sumber daya alam,
“Penghasilan dari legen bisa digunakan mencukupi kebutuhan,” kata Madi (27), pengajar Madrasah Tsanawiyah Hasyimiah Sukolilo di Tengger Kulon. Warga Desa Tenggera Kulon juga sering ke laut, selain nderes. Yang perempuan jualan legen, sampai kawasan Kranggan hingga di Kecamatan Jenu, Tuban. Legen sebetulnya bisa dibuat gula. Prosesnya dipanaskan beberapa hari, baru jadi gula aren.
Sementara ini yang sering dijual hanya legen. Kalau gula aren, menanti permintaan. Begitu pun untuk tuwak. Proses pembuatan tuwak diinapkan beberapa hari. Di Ngelom, akhir-akhir ini legen dibuat tuwak. Per botol legen harganya sampai Rp 3 ribu. Yang asli dari penderes, sampai bakul sudah tak asli, ada campurannya. Minuman dalam botol ini dijual ideran di pasar Jatirogo, dan Bangilan.
Ke barat sampai Kra- Madi menunjukkan legen asli langsung gan, dan Sarang. Ke dari pohonnya. timur sampai Jenu. Mereka naik kendaraan. Yang punya yang ada pohon bogor (pohon siwalan), sekitar 20%. Air legen bagus untuk penyembuhan sakit mag. “Tetangga sakit mag, minum legen asli berturut-tur’ut tiga hari. Hasilnya cukup memuaskan,” kata Madi.
Menurut ia, pohon siwalan yang khusus diambil legennya disebut bogor putri, dan yang diambil buah siwalannya disebut bogor putra. Untuk membuat gula, legen dimasak. Dari satu botol legen, dimasak tinggal seperempatnya. Gula merah (gula aren) cair Rp 12 ribu per botol. Kalau masih legen Rp 3 ribu. Meski harga gula merah lebih tinggi, warga lebih senang menjual dalam bentuk legen. Selain tidak perlu ribet, cepat laku.
Biasanya pesana legen meningkat pada musim puasa. Bagi penjual, yang penting langsung dapat uang. Legen dari pohon lang sung dipasarkan. Mengambilnya dari pohon dua kali, pagi dan sore. Agar tak jadi tuwak, legen itu dikilang (digodog) dulu untuk diawetkan. (eru,bdh) Salah seorang warga Oesa Tengger Kulon seusai mencari legen di hutan.
Derap Desa, Edisi 46 Agustus 2011