Revitalisasi Ampel
Revitalisasi Ampel, Obsesi Besar Surabaya Revitalisasi kawasan Ampel sebagai objek wisata religius dicanangkan rampung Juli 2004. Pas dengan even City Expo…
Revitalisasi Ampel, Obsesi Besar Surabaya
Revitalisasi kawasan Ampel sebagai objek wisata religius dicanangkan rampung Juli 2004. Pas dengan even City Expo Indonesia. Saat itulah Ampel dipamerkan kepada para walikota dan bupati se Indonesia, tatkala mereka mengikuti serangkaian acara di Surabaya, 31 Juli-8 Agustus. Sebelum itu, 26 Juni – 26 Juli, digelar Ampel Internasional Festival Surabaya. Dijadwalkan dibuka oleh Presiden RI, dan dihadiri sejumlah kepala negara sahabat plus public figure dunia. Sungguh, sebuah obsesi besar Surabaya..
Berbagai cara dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengembangkan potensi objek pariwisatanya. Satu di antaranya, penataan kawasan Ampel sebagai objek wisata religius. Bisa dipahami, karena Ampel sarat nilai sejarah, meski kesan semrawut masih mencuat. Justru karena itulah program revitalisasi Ampel perlu dikebut. Program dimaksud meliputi pemindahan pedagang kaki lima (PKL) di Jl. Nyamplungan dan Jl. KH Mas Mansyur ke eks Kantor Dinas Peternakan, pembangunan lahan parkir, dan pembangunan gapura.
Program itulah yang dicanangkan rampung Juli 2004. Adalah fakta, Ampel memendam potensi besar yang belum tergali maksimal. Banyak penziarah ke makam Sunan Ampel. “Sayang jika tidak dimanfaatkan dengan maksimal,” ungkap Drs. Juli Subianto MM, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Infokom Pemkot Surabaya. Selain itu, Ampel belum pernah disentuh pembangunan sejak 1945. Tak pelak infrastruktur di kawasan itu perlu dibenahi. Contoh, deretan bangunan (gedung) berarsitektur Eropa klasik dan Arab di sepanjang Jl. KH Mas Masyur. Pengembangan atas kawasan tersebut sudah pasti harus mempunyai nilai ekonomis, “Percuma membangun tapi tidak meningkatkan pendapatan masyarakat,” ucap Ir Tri Risma Harini MT, Kepala Bagian Bina Pembangunan Pemkot Surabaya, Cara yang dilakukan dalam program pengembangan wisata religi adalah revitalisasi kawasan Ampel, Dia mengaku optimistis program revitalisasi itu terwujud mulus, “Kya-kya kami bangun hanya dalam waktu dua minggu,” ucap konseptor revitalisasi Ampel itu.
Semrawut Parah
Gus Azim, putra KH. Nawawi Muhammad (ta’mir Masjid Ampel), menyatakan mendukung program revitalisasi kawasan religi Ampel “Saya mendukung dalam artian pembenahan. PKL yang memadati kawasan religi Ampel memang perlu diatur. Banyak jamaah masjid yang mengeluh. Keluhan itu disampaikan ke ta’mir masjid,” ungkapnya. Menurut dia berdagang di atas trotoar haram hukumnya, karena merupakan chakkuttoriq (hak untuk berlalu lintas). Namun itu bukan berarti pengurus masjid tidak menyukai kehadiran para PKL. Hanya saja perlu pengaturan barang dagangan. Memang, PKL disepanjang Jl. KH Mas Mansyur dan Jl. Nyamplungan merupakan salah satu aspek yang harus ditata untuk mewujudkan kawasan Ampel sebagai target wisata. Tentu bukan hanya PKL. Para penziarah yang sebagian besar menggunakan bus dan memarkir di sepanjang ruas badan jalan juga menganggu arus lalu lintas. PKL dan bus-bus penziarah seolah-olah berlomba menutupi badan jalan Jl. KH. Mas Mansyur dan Jl. Nyamplungan. Maklum, tidak ada parkir khusus bus. Dampaknya, jelas bikin semrawut. Diperparah lagi truk-truk parkir yang memakan nyaris separuh badan jalan tersebut. Angkutan umum dan aneka kendaraan pribadi yang melintasi jalan tersebut harus waspada. “Setiap malam Jumat, apalagi malam Jumat Legi, jumlah bus yang diparkir mencapai tiga kali lipat. Pengendara sepeda motor pun tak sedikit yang parkir di gang-gang perkampungan. Akibatnya warga tidak dapat memarkir kendaraannya sendiri,” ucap Agus Sodhikin, warga Gang Ampel Rachmad.
Suasana di sepanjang gang sempit menuju ke Masjid Ampel tak jauh beda. Para pejalan kaki yang melewati gang sempit (selebar 1,5 meter) harus melewati deretan PKL. Mereka (PKL) tidak hanya menjual barang yang “bernafaskan” Islam seperti mukena dan baju koko, topi juga kaset dan aksesoris yang tidak beraroma religius. Umumnya PKL menjajakan barangnya di atas papan yang berada di sepanjang jalan. Deretan pengemis di sepanjang gang tersebut seolah menyempumakan kesemrawutan kawasan Ampel. Pendek kata, parah. Jauh dari tertata. “Pernah suatu ketika ada penduduk meninggal dunia, jenazahnya tidak bisa diusung melewati gang karena disesaki PKL,” ucap Gus Azim. Menurut Kabag Bina Pembangunan, pihak pemkot hanya memberikan dome di atas dagangan PKL. Saat ini, PKL menutup dagangannya dengan terpal. Itu berarti barang dagangan yang kebanyakan bernafaskan Islam tidak akan dipindahkan. “Toko itu permanen. Tidak bisa dipindahkan,” tambahnya. Sedangkan untuk lahan parkir, eks Kantor Dinas Peternakan akan dipermak. Lahan seluas 1,5 hektare itu mampu menampung sekitar 35 unit bus.
Mulai akhir Juni ini direncanakan pavingisasi. di lahan yang ditumbuhi ilalang dan pohon-pohon yang menjuntai tinggi. Pohon-pohon besar yang berada di area itu tak akan ditebang, agar tetap teduh. Hanya ilalang yang dibersihkan. Di belakang eks-Kantor Dinas Peternakan terdapat kandang babi seluas 6.000 m². Di antara eks-gedung kantor itu dengan kandang babi terbentang dinding setinggi enam meter. Dinding pemisah itu akan dihancurkan untuk memperluas areal lahan wc umum dirancang mobile seperti di Kya-kya juga akan disediakan di kawasan objek wisata religius itu. Pembangunan lahan parkir yang dianggarkan Rp800 juta, butuh waktu sekitar dua bulan. Dana tersebut berasal dari APBN, karena lahan tersebut kerlak digarap pemerintah pusat. PKL sepanjang Jl. Nyamplungan dan Jl. KH Mas Masyur akan dipindahkan di eks-laboratorium Dinas Peternakan. Gedung berlantai dua seluas 2.000 m² itu akan ditempati sekitar 340 PKL. Di luar itu, pemerintah pun akan membangun lokasi (gedung) baru untuk PKL. Pengamatan Jatim News sebulan ini, jumlah lokasi PKL akan ditambah dari dua menjadi tiga. Saat ini masih dalam proses pembangunan.
“Perbaikan gedung untuk PKL menghabiskan dana sekitar Rp1,5 miliar. Juli nanti pasti telah siap,” ucap Risma. Dananya dari APBD Pemprop Jatim. Di area eks-kantor dinas itu kini telah dibangun showroom untuk produk kerajinan dan wisata belanja Surabaya. Kelak, PKL yang menempati lahan tersebut dikenakan biaya sewa. Pemkot memberikan fasilitas listrik dan air. Ihwal tersebut sudah disosialisasikan pada PKL, dan mereka menyatakan tidak berkeberatan. Tak hanya di situ proses pembangunan kawasan wisata Ampel dilakukan. Di antara Jl. Nyamplungan dan Jl. KH . Mas Mansyur telah terbentang gapura sepanjang 17 meter, setinggi lebih 8,5 meter. Gapura yang dibangun sejak Februari lalu itu berbentuk setengah lingkaran, perpaduan unsur arsitektur Jawa kuno dan Arab. Dibagian atas gapura terukir kalimat Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel.
Semarak Festifal
Revitalisasi bukan satu-·satunya proyek yang sedang dikembangkan di Ampel. Diagendakan pula 26 Juni -26 Juli ini digelar Ampel Internasional Festival Surabaya. Berbagai format acara telah dirancang. Mulai dari pembukaannya yang dijadwalkan dilakukan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, kemudian Dzikir Nasional, Ampel Expo, Bedah Buku Sunan Ampel, Orasi Pemimpin Islam Dunia, hingga Ampel International Poetry Festival, dan seabrek acara lainnya. Beberapa tokoh pemimpin Islam tingkat dunia akan hadir. Tak tanggung-tanggung panitia menghadirkan Mahathir Mohammad, Yasser Arafat, dan Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei. “Kami bekerjasama dengan Kedutaan Besar Negara Malaysia, Irak, Mesir. Merekalah yang mempermudah melobi tokoh-tokoh besar Mahathir dipastikan hadir. Sedangkan Yasser Arafat dan Sultan Brunei masih dalam konfirmasi ,” ungkap Drs. Surya Aka, Manager Humas.
Lewat kerjasama dengan Kedubes diharapkan para wisatawan mancanegara semakin mengetahui kebesaran Sunan Ampel. Selain itu, festival yang bersifat budaya, pariwisata, dan agama tersebut diharapkan mampu membawa nama Surabaya ke kancah internasional. Lokasi Ampel yang sempit mengakibatkan hanya sebagian saja acara yang diadakan di kawasan religius itu. “Sebagian besar acara tak dapat dilaksanakan di Ampel, karena terlalu sempit untuk pelaksanaan. Festival Ampel yang besar Mungkin baru tahun depan bisa,” lanjut Aka Mengembangkan Ampel sebagai objek wisata religius memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, apabila program pengembangan wisata tersebut berhasil, Surabaya akan mempunyai satu tempat wisata yang sangat layak dikunjungi, dan objek itu pasti Ampel! naskah dan foto: Alida
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Jatim News, Tabloid Wisata Plus, EDISI 35, 21 Juni – 09 Juli 2004, Tahun II.
Artikel terkalit:
– Nasi Kebuli & Jus Kurma, Ampel Surabaya
– Bong Ampel
– Masjid Kuno Jawa Timur: Masjid Sunan Ampel, Surabaya
– Sunan Ampel
– Pesona Timur Tengah, di Kampung Ampel
– Khidmat Ampel Ramadhan
– Roti Maryam dan Gule Merah, Wah!
Comments
ini artikel dari tahun 2004 knp baru di post sekarang??
kalo kondisi kawasan ampel untuk saat ini gimana??
Kami memang menampilkan artikel semua tentang jawa timur dari berbagai media, dan berbagai masa terbit, terutama dari koleksi jawatimuran yang telah kami himpun. Kebetulan artikel Revitalisasi Ampel th 2004 baru tampil saat ini, karena memang artikelnya baru kami temukan pada saat ini. Tapi jangan kuatir masih banyak beberapa tentang ampel disini: 1. Pesona Timur Tengah, di Kampung Ampel, 2. Nasi Kebuli & Jus Kurma, Ampel Surabaya, 3. Bong Ampel, 4. Masjid Kuno Jawa Timur: Masjid Sunan Ampel, Surabaya, 5.Sunan Ampel, 6.Khidmat Ampel Ramadhan, 7.Roti Maryam dan Gule Merah, Wah!