Friday, November 8, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Sarangan, Telaga Wisata di Magetan

Telaga Sarangan Makin Menawan Laporan: ABI & RYAN Setelah menyusuri jalan menanjak dan berliku-liku akhirnya mobil yang kami tumpangi sampai di…

By Pusaka Jawatimuran , in Magetan Wisata Wisata Alam , at 26/03/2012 Tag: , , , , ,

Telaga Sarangan Makin Menawan
Laporan: ABI & RYAN

Setelah menyusuri jalan menanjak dan berliku-liku akhirnya mobil yang kami tumpangi sampai di obyek wisata Telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabuaten Magetan, Jawa Timur. Perjalanan yang mulus itu disebabkan karena orang di belakang kemudi memang sudah mahir, terutama mengemudikan mobil di medan berat seperti tanjakan yang berkelok-kelok. Ditambah mesin mobil yang kami tumpangi tergolong masih gress.

Kedatangan kami disambut udara dingin sore hari dengan suhu udara 18 hingga 25 derajat. Justru di saat waktu senja itu kami bisa melihat pemandangan Telaga Sarangan yang indah dan makin menawan dengan berbagai penginapan mulai dari losmen sampai hotel berbintang empat yang lokasinya menghadap obyek wisata.  Kami tertarik naik speed boat yang banyak bertambat di sana dan menunggu penumpang.

Salah satu pengemudi speed boat, menawarkan sekali naik dengan rute satu kali putar telaga Rp35.000. Setelah terjadi kesepakatan harga, kami pun menuruti perintah sang pengemudi menaiki speed boat-nya. Dari speed boat, kami bisa menikmati pemandangan indah antara lain seperti gunung, hotel-hotel yang berjajar, deretan pedagang suvenir dan lain-lain.
Dari speed boat itu terlihat air telaga ketika itu sedang surut. Padahal Telaga Sarangan yang luasnya sekitar 30 hektare bila normal kedalamannya lebih dari 28 meter. Telaga Sarangan adalah obyek wisata alam yang terletak di sebelah timur Gunung Lawu. Dari kota Magetan jaraknya sekitar 16 km. “Sudah lama tidak turun hujan sehingga air sedikit berkurang,” kata pengemudi speed boat yang mengemudikan dengan kecepatan tinggi. Selain sebagai tempat rekreasi, jelas pengemudi yang belakangan diketahui bernama Hariyono, di Telaga Sarangan juga ada tradisi Labuh Sesaji, tradisi upacara bersih desa yang diadakan setiap tahun dengan hari yang sudah ditentukan Jumat Pon bulan Ruwah. Biasanya banyak wisatawan yang datang, melihat upacara ritual pelarungan persembahan dari warga ke dalam telaga sebagai ungkapan rasa syukur. “Ada lagi acara Ledug Sura 1 Muharram dan pesta kembang api di malam tahun baru,” tambahnya lagi.

Turun dari speed boat kami langsung menuju penjual ronde. Minuman ini rasanya cocok untuk menghangatkan badan di udara yang dingin dan terbuka sore hari. Sambil menikmati hangatnya minuman ronde, bau sedap dari asap penjual sate kelinci yang berjualan berjajar dengan penjual ronde sangat menggoda selera makan. Usai mencicipi makanan ekstra berupa ronde, kami pun mendatangi penjual sate kelinci dan pesan lengkap dengan lontongnya. Sambil menunggu pesanan seseorang datang menawarkan jasa berkuda. Sayang, kami tidak tertarik menunggang kuda. “Sekali naik cukup bayar Rp25.000 saja,” katanya menawarkan. Tak lengkap rasanya kalau belum mencicipi jagung bakar ala Telaga Sarangan. Ada bermacam rasa yang ditawarkan wanita penjual jagung warga desa yang rumahnya tak jauh dari lokasi wisata terindah di Kabupaten Magetan itu.

Mau rasa manis atau asin tinggal bilang saja. Kebetulan kami pesan jagung bakar rasa asin dan rasanya: wow, cocok dengan lidah kami. Apalagi makan jagung bakar sambil menikmati indahnya telaga yang diterangi kilauan lampu-lampu. Sebelum meninggalkan Telaga Sarangan, kami mampir ke penjual souvenir dan baju-baju. Apalagi Magetan punya potensi industry kecil yang mampu memproduksi kerajinan untuk suvenir, misalnya anyaman bambu, kerajinan kulit, dan produk makanan khas seperti emping belinjo dan lempeng (kerupuk dari nasi). Kebetulan, kata mereka, tak jauh dari lokasi Telaga Sarangan ada sentra industri kecil kerajinan kulit. Warga di sana memproduksi dan menjual berbagai kerajinan kulit mulai dari tas, sandal, sepatu sampai jaket. Untuk oleh-oleh keluarga yang di rumah, kami juga membeli beberapa T-shirt untuk kenang-kenangan yang bertuliskan: Sarangan. -ken

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: SAREKDA, Media Informasi Biro Administrasi Perekonomian, Sekretariat daerah Provinsi Jawa timur, EDISI 005/2009.

Comments


  • Jumat kemarin (30 Januari 20 Kami (saya dan isteri) ga naik speed boat, cuma karena ga niat15) kami dan rombongan menginap di Hotel Merah-2. Fasilitas Hotel agak kurang, terutama air panas utk mandi yg nampaknya berjadwal. Kalau letak boleh juga karena kami bisa berjalan kaki menunaikan ibadah shalat Jumat di mesjid yg kelihatan dari hotel, juga suara adzan cujup terdengar. Letak dari telaga ga jau-jauh amat, malah hanya tinggal meniti jalan yang menanjak lalu menyeberangi jalan aspal setelah meliwati kios-2 penjual sayur mayur dan cindera mata dan sayuran. Sayangnya kios-2/Rumah Makan banyak yg tutup. Sedikit kesulitan mencari warung makan. Kami ditawari naik speed boat kelling telaga, 60,000 rp per trip, namun ga naik .Pesan kami utk yg akan kesana, perhatikan kondisi mobil, terutama rem dan kopling. Kondisi jalan memang mengharuskan kondisi kedua kelengkapan ini prima. Juga waspadai kabut disore dan pagi hari meski “serangannya” hanya sebentar. Meski berjalan kaki, kita bisa terbutakan oleh tebalnya kabut.!!! Utk yg menyukai petai, dikios-2 sayuran per kg. harganya Rp 20.000 (nego), bila memilih. Bila “ombyokan lk Rp 15,000/kg. Ada juga avokado (15.000/kg), bawang lanang (Rp. 100.000/kg). Sarapan pagi, bakul pecel sdh siap memanjakan perut, perporsinya murah-meriah!!! (dan mengenyangkan. Penjualnya silih berganti “memaksa” kita membeli pecelnya padahal perut sdh terisi. Pandai-pandai menolaknya karena mereka pandai merayu.

Leave a Reply