Thursday, November 14, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Candi Sangrahan, Tulungagung

Candi Sangrahan, Peninggalan Sejarah Membandingkan Candi Sanggrahan dengan candi-candi besar di Jawa Timur macam Candi Penataran jelas kalah populer. Namun…

By Pusaka Jawatimuran , in Tulungagung Wisata Wisata Sejarah , at 20/03/2012 Tag: , , , ,

Candi Sangrahan, Peninggalan Sejarah

Membandingkan Candi Sanggrahan dengan candi-candi besar di Jawa Timur macam Candi Penataran jelas kalah populer. Namun untuk ukuran Tulungagung candi ini sudah relatif dikenal oleh masyarakat. Karena candi ini adalah yang paling besar ukurannya dibandingkan dengan peninggalan-peninggalan lain yang bertebaran di Tulungagung. Berlokasi di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung Candi Sanggrahan mempunyai ukuran panjang 12,16 m, lebar 9,05 m dan tinggi 5,86 m. Bahan candi terbuat dari batu andesit dan batu bata. Candi Sanggrahan merupakan bangunan yang berundak-undak yang terdiri atas batuan (lapisan paling bawah) yang tersusun atas batu bata, Candi Sanggrahan rnenghadap ke barat, karena di bagian itu ada tangga naik ke bilik candi. Namun biliknya sekarang sudah tiada.

Tidak beda dengan susunan candi pada umumnya, candi Sanggrahan juga dibagi atas bagian kaki, tubuh dan atap. Tetapi atap tersebut sekarang telah runtuh sama sekali. Pada kaki candi terdapat panil-panil dalam ukuran sama mengelilingi kaki candi. Gambar relief pada panil ini berupa harimau bertelinga lebar. Antara kaki dan tubuh candi terdapat selasar sempit (semacam lantai yang sengaja dibuat untuk orang berjalan rnengelilingi candi). Bagian tubuh candi masih dalam keadaan baik, hanya bagian sisi sebelah barat yang sudah  rusak. Sehingga batu isian (batu bata yang ada di bagian dalam untuk penguat candi) sebagian kelihatan. Pada bagian tubuh candi terdapat bidang panil yang kosong tanpa relief. Dimungkinkan pembuat relief belum sempat mengerjakan. Di belakang candi masih terdapat bekas bangunan lain, termasuk bangunan yang terbuat dari batu bata. Dengan saluran air yang menunjukkan fungsinya dulu sebagai pemandian. Dengan demikian dapat kita duga bahwa dulunya di Candi Sanggrahan ini terdapat kompleks (lebih dari satu) bangunan lain.

Sayangnya tidak diketemukan catatan sejarah atau pun prasasti yang menunjukkan kapan dan oleh raja siapa candi tersebut dibuat. Tetapi mengenai sifat agamanya Candi Sanggrahan dapat kita ketahui dari beberapa arca Budha di sekitar candi. Sehingga para ahli purbakala yang pernah meneliti candi itu berkesimpulan bahwa candi Sanggrahan bersifat agama Budha. Meski telah ada juru kunci yang mengurus, namun Candi Sanggrahan terlihat merana. Bangunannya terlihat semakin renta. Sebagian batunya berantakan. Sekitar candi ditumbuhi rerumputan sehingga mengurangi keindahan. Arca-arca Budha di belakang candi pun kondisinya memprihatinkan. Semuanya tak berkepala. Menurut juru kuncinya pada saat diketemukan kondisi candi memang telah dalam keadaan rusak termasuk arca-arcanya

Namun sumber lain, yakni masyarakat sekitar mengatakan bahwa itu ulah tangan jahil. Pernah suatu ketika salah satu arcanya dicuri orang. Tetapi tak lama kemudian segera dikembalikan karena sipencuri sakit keras mendadak. Di hari libur Candi Sanggrahan sering dikunjungi murid-murid SD dan TK untuk sekedar melihat-lihat. Pada hari raya Waisak di candi itu kadang-kadang juga sebagai tempat upacara ritual. Candi Sanggrahan meski tidak begitu terkenal tetapi merupakan salah satu bukti tingginya peradaban budaya nenek moyang masa lalu. Oleh karena itu diperlukan kesadaran untuk ikut menjaga warisan nenek moyang tersebut. (Kukuh SW).*

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:   Penyebar semangat. PERIODE XVIII,NO. 50/869, 15 Maret 1997 Pebruari 2011. hlm.6