Sunday, November 3, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Candi Lontar, Mengenal Kampung Surabaya

Keunikan Kampung Candi Lontar dan Kuwukan, Ada Bekas Kerajaan dan Binatang Kuwuk. WILAYAH Lontar termasuk masuk daerah Kecamatan Lakarsantri paling…

By Pusaka Jawatimuran , in Sejarah Surabaya , at 20/03/2012 Tag: , , , , ,

Keunikan Kampung Candi Lontar dan Kuwukan, Ada Bekas Kerajaan dan Binatang Kuwuk.

WILAYAH Lontar termasuk masuk daerah Kecamatan Lakarsantri paling barat. Di kelurahan seluas 585 hektar itu terdapat beberapa bekas pedukuhan yang oleh sementara orang terdengar aneh antara lain Candi Lontar, Candi Lempung dan Kuwukan. Nama-nama tersebut ternyata mencatat sejarah yang cukup unik. Di wilayah barat Surabaya dengan 12 RW 62 RT itu, dulunya memang dikenal sebuah kerajaan yang kemudian tenggelam. Beberapa lokasi di kampang Candi Lontar pernah ditemukan sebuah situs purbakala berupa candi yang sudah tidak sempurna.

Menurut sesepuh kampung setempat H. Mohamad Misrun, candi yang tergali itu pernah disurvei oleh instansi terkait. “Namun kemudian tidak jadi diteruskan. Saya tidak tahu ada apa. Dengar-dengar, situs itu hanya sedikit. Mungkin kalau digali lagi pasti akan ditemukan sejarah panjang,” papar Misrun yang juga Sekdes alias Carik di Kelurahan Lontar. Oleh warga, tepat di tempat penemuan candi itu dijadikan tempat pemujaan, terutama saat upacara sedekah bumi. Ada juga pohon beringin yang disarungi kain putih dan di kaki pohon ditempatkan sesaji berupa beragam kembang.

Menurut  Misrun, selain candi di kawasan itu banyak ditumbuhi pohon lontar, yaitu tanaman sejenis siwalan yang airnya bisa dibuat untuk tuak jenis minuman memabukkan. Karena sebagian besar muslim, tradisi membuat tuak lambat laun hilang. Sedang upacara sedekah bumi sampai saat ini di beberapa pedukuhan masih dilakukan sampai sekarang. Bahkan melebar hingga ke Sumur Kembar, Dukuh Bulu, Candi Lempung dan Kuwukan. Di Candi Lempung kondisinya tidak jauh berbeda. Di kawasan yang terkenal dengan tuan tanahnya itu banyak ditanami cabe dan ubi kayu. Tanah lempung atau tanah liat yang berlapis-lapis dan licin tersebut menyulitkan peladang.

“Sedekah bumi itu dilakukan warga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Kuasa atas kesuburan lahan pertanian. Tapi sekarang sudah melebar bahkan disertai dengan tayub segala. Biasanya setelah perayan 17 Agustus warga mengirim sesaji ke beberapa pohon beringin putih. ltu warga asli, sedang yang pendatang tentu saja tidak,” tambahnya. Sedangkan dukuh Kuwukan, masih menurut  Misrun, berasal dari  nama hewan kuwuk (sejenis musang) yang sering berkeliaran di beberapa desa. Binatang dengan sorot mata yang tajam itu sering menakutkan warga. Oleh warga dari dukuh lain sering menjadi sasaran buruan. Sayanganya, hewan yang seharusnya bisa masuk binatang langka, lama kelamaan musnah dan tinggal nama. Akhirnya, kawasan itu pun disebut dengan nama Kuwukan.

“Semua daerah memiliki nama sendiri-sendiri dan mengandung makna yang berarti. Sekarang Lontar sudah banyak berubah, banyak pertokoan dan harga tanah menjadi selangit. Tapi, saya hanya bisa berharap semoga cerita dari Candi Lontar dan tempat lain bersejarah tidak hilang tetap dapat diceritakan kepada anak cucu kita,” sambungnya Misrun menutup cerita. (kristina)

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:   MEMORANDUM.Bekerja dan Membela Tanah Air, Sabtu, 31 Mei 1997 . hlm.11

Comments


Leave a Reply