Monday, October 14, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Upacara Jalani Dhipuja

Upacara Jalani Dhipuja ini selalu dilaksanakan tiga hari sebelum upacara Nyepi dilaksanakan. Dalam pelaksanaan upacara ini dilarung Jolen sebagai symbol,…

By Pusaka Jawatimuran , in Malang Seni Budaya , at 15/03/2012 Tag: , , , , , , ,

Upacara Jalani Dhipuja ini selalu dilaksanakan tiga hari sebelum upacara Nyepi dilaksanakan. Dalam pelaksanaan upacara ini dilarung Jolen sebagai symbol, rasa terima kasih kepada Sang Hyang Widhi atas semua rejeki yang mereka terima selama ini dan dijauhkan dari segala mara bahaya. Tanggal 12 April Bupati Malang melepas keberangkatan gerak jalan Malang Turen menempuh jarak 35 km. Dalam memperingati tahun Baru Saka, umat Hindu melakukan upacara Nyepi. Dalam rangkaian upacara Nyepi ini tiga hari sebelum pelaksanaan Nyepi umat Hindu melakukan Upacara Jalani Dhipuja yang dilakukan di Pura Amerta Lati di Balekambang 29 Maret kemarin. Upacara Jalani Dhipuja Memperingati Tahun baru Saka 1925.

Perayaan Jalani Dhipuja ini merupakan upacara untuk mensucikan jagad alit dan jagad gede (dunia kecil dan dunia besar-red).

Jagad alit diwujudkan dalam diri manusia, menurut I Nengah Parta, manusia adalah perwujudan dari bentuk kecil alam semesta ini dan jagad gede adalah alam semesta beserta isinya ini. “kalau di Bali upacara ini disebut dengan Melasti, mengapa antara nama di Bali dan di Jawa berbeda, sebab di Agama Hindu mengenal adanya Desa kala patra, yaitu penyesuaian dengan waktu dan daerah dimana berada,” jelas I Nengah Parta yang juga sekretaris dari PHDI Kabupaten Malang.

Pada prosesi perayaan Jalani Dhipuja ini digelar, semalam sebelumnya umat Hindu telah datang ke pantai Balaikambang untuk melakukan persiapan upacara. Umat Hindu mempersiapkan Jolen (sesajian yang berbentuk keranda yang berisi buah-buahan ataupun hasil bumi lain) yang akan dilarung. “Jolen ini dimaksudkan untuk menyampaikan terima kasih kepada Sang Hyang Widi atas segala rezeki yang telah diberikan. Jolen tersebut nantinya akan dilarung sebagai persembahan bagi Sang Hyang Baruna yang menguasai laut,” jelas Nengah Parta.

Setiap Jolen masing-masing daerah memiliki perbedaan dalam pengisian Jolen sesuai dengan hasil yang diperoleh masyarakat. Pada intinya Jolen memiliki lima unsur yaitu Palem, Patrem, Puspem, Toyem dan Dupem (Buah, daun, bunga, air dan dupa). Kelima unsur ini adalah mencerminkan tentang hidup. Setiap peserta upacara Jalani Dhipuja, akan melakukan sembahyangan dahulu saat mereka datang kepura. Pada keesokan harinya prosesi telah dimulai pada puku16.30 pagi dengan acara mendak ngarak Toyo Anyar yang disucikan dahulu di pura, setelah itu dibawa berarak untuk diberikan pada Pendeta Agung, Panaya Nirmala dan Putra Nirmala.

Dalam rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi untuk menyambut  Tahun Baru 1925 Saka, umat Hindu merayakan upacara Jalani Dipuja di Pura Luhur Amertha Jati, di pantai Balekambang pada tanggal 30 Maret kemarin. Perayaan penyucian ini berlangsung dengan suasana penuh khidmat.

Selama Pendeta Agung memanjatkan doa Jolen yang akan dilarung ke laut akan terlebih dahulu disucikan. Setelah seluruh Jolen disucikan oleh kedua p endeta tersebut, Jolen akan dilarung ke laut. Prosesi ini berakhir dengan dilakukannya sembahyang Tri Sandya dan Kramaning Sembah bersama di pura. Pada 1 April umat Hindu akan melakukan upacara Tawur Agung atau Ogohogoh vag dipus atkan di lapangan dalam Stadion Gajahyana Malang. Pada keesokan harinya umat Hindu melakukan upacara Nyepi, tidak ada yang boleh melakukan kegiatan apapun kecuali melakukan perenungan dirumah.kan harinya umat Hindu melakukan upacara Nyepi, tidak ada yang boleh melakukan kegiatan apapun kecuali melakukan perenungan dirumah.

Pura Luhur Amartha Jati ini dibangun pada tahun 1985 oleh bupati Malangsaat itu, Edi Slarnet. Pernbangunan pura ini didasari oleh keinginan dari Pemerintah Kabupaten Malang untuk mernberikan pelayanan kepada umat beragarna dan meningkatkan pariwisata di Malangterutarna pantai selatan.  Melihat potensi Balekarnbang yang memiliki 3 pulau (Ismaya, Wisanggeni dan Hanuman) yang harnpir sarna dengan pulau Besakih di Bali, maka Edi Slarnet mernbangunkan pura persembahyangan bagi umat agama Hindu. Sejak saat itulah kegiatan keagarnaan atau perayaan Hari Raya Hindu selalu di laksanakan di pura ini selain di pura lain. Selain itu Pura Amarta Jati ini merupakan aset pariwisata Kabupaten Malang. Setiap ada upacara keagarnaan, pantai yang berjarak 63 Km dari pusat Kota Malang ini selalu dibanjiri oleh pengunjung yang mencapai ribuan orang. *dd

 

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  Kanjuran. Media Informasi Pemerintah Kabupaten Malang, Edisi 23, Tahun II, April 20o3. hlm. 8