Nyadar: upacara tradisional Madura
Nyadar adalah upacara tradisional Hindu-Budha. Nyadar tersebut dilakukan di desa Kebondadap, Kecamatan Serunggi, di sebelah selatan kota Sumenep (sudah di…
Nyadar adalah upacara tradisional Hindu-Budha. Nyadar tersebut dilakukan di desa Kebondadap, Kecamatan Serunggi, di sebelah selatan kota Sumenep (sudah di luar gerbang kota Sumenep), karena di situlah Panglima Anggosuto itu dimakamkan. Nyadar lebih dikenal dengan istilah ‘Hari Raya’ di desa Pinggir Papas dan Kebondadap.
Nyadar dilaksanakan pada saat bulan bersinar terang, dengan maksud meminta berkat dalam berusaha dan dalam kehidupan sehari-hari. Bila sudah tiba waktunya untuk Nyadar, maka masyarakat Pinggir Papas dan Kebondadap akan berbondong-bondong mendatangi kuburan Panglima Anggosuto tersebut. Untuk menginap di sekitar kuburan. Ada yang membuat kemah dan ada juga yang menumpang di rumah penduduk. Kemudian untuk keperluan makan mereka akan memasak nasi dengan lauknya beramai-ramai.
Bila pagi hari tiba, mereka akan saling mendului pulang ke rumah masing-masing. Tapi sisa nasi yang ditanak semalam tidak dibuang, melainkan mereka bawa pulang. Sisa nasi itu akan dijemur setibanya di rumah masing-masing, lalu disimpan baik-baik. Biasanya nasi yang sudah kering itu akan dicampurkan pada nasi yang mereka tanak sehari-hari.
Caranya sebagai berikut: setiap mereka rnenanak nasi, nasi yang sudah kering diambil sedikit-sedikit, lalu dimasukkan pada nasi yang sedang ditanak. Kemudian kembali mereka mencampurkan sisa-sisa nasi kering itu setiap kali menanak nasi, sampai akhirnya nasi kering itu habis sama sekali. Upacara Nyadar ini hanya terjadi di desa Kebondadap saja di Madura.
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Adat tradisi JawaTimur. Departeman pendidikan Kebudayaan, Jakarta. 1978.