Candi Tegawangi
Candi Tegawangi terletak di desa Tegawangi, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Letak Candi Tegawangi sangat strategis dan mudah dijangkau….
Candi Tegawangi terletak di desa Tegawangi, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Letak Candi Tegawangi sangat strategis dan mudah dijangkau. Ke candi Tegawangi dari kota Kediri-Pare jaraknya ± 20 km. Dari Pare, lokasi ke arah barat laut jarak ± 9 km. Halaman candi disebut daerah candi atau komplek percandian. Area ini terdapat 2 (dua) buah candi, yang satu besar dan satu lagi kecil (seakan candi perwara/pengikut). Dua candi tersebut cukup menarik walaupun tidak utuh. Sebab reruntuhan batu candi rnasih ada, tersusun rapi di sekitar candi, seolah-olah merupakan pagar candi.
Mengenai candi Tegawangi, menurut Kitab Prapanca yakni: “Cri nathe vatsarikan Tegawangi magawe tusten parajana”.
Dr. N.J. Krom, Cri nathe Vatsarikan mengartikan sebagai Raja Matahun, ipar raja Hayam Wuruk jadi pendiri candi Raja Matahun (pendapat sebagian peneliti). Candi tersebut didirikan sebelum tahun 1280 C (1358 AD), diperkuat adanya salah satu bentuk pilar candi terdapat pahatan 2 (dua) orang tokoh pria dan wanita, diperkirakan gambaran raja Matahun dan isterinya.
Matahun menganut faham Ciwa, terbukti ada beberapa arca Ciwa di halaman candi, serta yoni. Yoni Tegawangi mungkin satu-satunya yoni yang paling bagus di Jawa. Lambang kewanitaannya dipahat sangat jelas dan rapi. Naga yang menahan (jawa-nyonggo) pancuran, berbentuk lambang kewanitaan dipahatkan penuh dengan ukir-ukiran yang halus serta kelihatan agung dan menarik. Pahatan naga tersebut dibuat sangat rapi dan penampilannya sedemikian rupa hingga tidak tampak menakutkan. Tubuh yoni juga dipahat bagus.
Candi Tegawangi tinggal bagian kaki, bentuk denah bujur sangkar sisi-sisinya berukuran 11 m. Bagian yang ada dihias relief bagus sekali, sayang bagian utara terlihat belum dikerjakan. Di sebelah tenggara candi Tegawangi terdapat sebuah candi lagi dengan ukuran lebih kecil. Candi kecil ini juga tidak utuh lagi, namun terdapat pahatan relief walau tidak sekaya yang besar. Disamping pagar keliling, di sekeliling candi masih terdapat batu-batu. Batu andesit dengan jumlah sedikit, belum memadai dipergunakan untuk membuat tubuh serta atap candi. Dengan batuan candi yang jumlahnya sangat terbatas, kiranya sulit untuk dipastikan apakah candi tersebut memang belum selesai dikerjakan ataukah bagian-bagian yang lain belum diketemukan.
Pahatan relief pada candi Tegawangi, secara keseluruhan menggambarkan ceritera Sudamala. Cara membaca relief jenis rasawya. Candi menghadap ke barat dan permulaan relief terletak pada bagian selatan. Mengapa dapat ditentukan permulaan ceritera pada bagian selatan? Sebab pada bagian utara candi kelihatan masih polos. Cara membaca sepeti ini jarang sekali terjadi.