Asal Mula Ngremo
-1981/1982- Mengenal dan mempelajari asal mula Ngremo kita didorong untuk menelusuri perkembangan kesenian-kesenian yang lain yang masih erat berhubungan dengan sejarah pertumbuhannya,…
-1981/1982-
Mengenal dan mempelajari asal mula Ngremo kita didorong untuk menelusuri perkembangan kesenian-kesenian yang lain yang masih erat berhubungan dengan sejarah pertumbuhannya, antara lain : Tandakan/lerok/bandan/besut/topeng dalang.
Di antara kesenian-kesenian tersebut Ludruk Besutanlah dekat berhubungan dengan peristiwa kelahiran Ngremo.
Di daerah Dukuh Ngasem, Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Ludruk Besutan lahir ± pada tahun 1850 – an. Perkembangan selanjutnya dibawa oleh Pak Durrasyim ke Surabaya pada abad XIX berkisar pada tahun 1927, dengan perkembangan teaternya menjadi Sandiwara Ludruk. Dalam teater inilah tari Ngremo dilahirkan yang fungsinya untuk mengawali pementasan sebelum ceritera Ludruk dimulai.
Adabeberapa pendapat tentang pertumbuhan tari Ngremo:
– tari Ngremo lahir sebagai ke ianjutan Ludruk Besutan.
– tari Ngremo lahir sebagai kelanjutan dari topeng dalang.
Beberapa pendapat tersebut di atas mengarahkan kita untuk mengamati lebih jauh tentang eksistensinya.
Salah satu unsur perkembangan adalah spontanitas, hal ini dapat dilihat dari adanya tari Seniti yang bermula dari tari-tarian keliling desa yang tidak banyak mempunyai perbendaharaan gerak sebagai vocabuler baku, tetapi dengan kreativitas para penari, gerak terus berkembang dengan waton-waton bentuk yang sekarang ini dianggap merupakan vocabuler tertentu dari pada Ngremo, misalnya: gedruk, singget, brajagan, nebak bumi, ayam alas, nglandak, kipatan dan sebagainya.
Dengan turun temurun keyakinan atas vocabuler tersebut tidak dapat diubah susunannya. Namun demikian masih dapat kita saksikan pada beberapa penari yang tergolong baik mempunyai bentuk-bentuk gerak khusus yang cukup kuat dan menonjol.
Kreativitas yang ada pada penari te rsebut antara lain mengancfung unsure – unsur : wiled (pengisian gerak pribadi), kecepatan, intensitas gerak, volume (bentuk dan isi), dinamik (tebal tipisnya tegangan otot tubuh ) maupun kekavaan unsur-unsur jenis rasa (mantep gagah , mantep alus).
Hal ini bisa dinyatakan dari pernyataan beberapa Seniman Ngremo yang mengakui bahwa pada ta ri Ngremo ada yang mempu nyai kara kter gagah dan karakter alus (termasuk di dalam pengertian ini adalah penjiwaannya).
Sumber-sumber lain bisa ditelusuri sejak adanya topeng dalang di Jawa Timur ±.. pada abad I X – X III pada masa- masa Raja Kediri dengan tari Kelono yang sampai saat ini bisa kita amati pada teater topeng dalang di daerah Malang khususnya tari Beskalan.
Munali Fatah mengatakanbahwa pada mulanya tari Beskalan yang menggunakan sampur pada bahu ditarikan dengangayaputri. Kemudian berkembang dengan ditarikan dalamgayaputra, dan dalam perkembangan selanjutnya ditarikan pula Ngremogayaputri. Sampai saat ini bentuk-bentuk tari tersebut dapat kita amati .di daerah Ma lang,Surabaya, Jombang, Mojokerto dan sekitarnya, yang bila diteliti mengenai keragaman dan kekayaan jenis solah masih banyak perbedaan. Sedakan Winoto seniman tayub dari Surabaya yang lama mengikuti perkembangan Ngremo adalah seorang Seniman sejaman Ludruk Besutan dan mengikuti Durrasyim ketika mendirikan Sandiwara Ludruk di Surabaya, mengatakan bahwa Ngremo merupakan perkembangan dari tari Somo gambar yang dalam peragaannya menggunakan property tombak.
Hal ini identik dengan pengalaman yang diperoleh Kuswo seniman Ludruk Besutan dari Jombang sejak jaman awal pertumbuhannya (tahun 1900-1930) yang mengatakan bahwa Ngremo merupakan peikembangan dari tad Go ndoboyo yang menggunakan property tombok.
Beberapa hal tersebut diatas merupakansalah satu sebab dari perkembangan kekayaan jenis-jenis keragaman dan jenis so lah maupun istilah -isdlah tari.
Suatu masalah yang perlu kita kaji bersama adalah sampai seberapa jauh perkembangan bentuk-bentuk tari Ngremo, Kelono dan Beskalan tersebut di masyarakat.
Perkembangan saat ini dari wujud garap ditandai dengan adanya bebe rapa tokoh penyusun tari Ngremo yaitu :
– Munali Fatah dari Su rabaya (R RI)
– Bolet dari Jombang.
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Tri Broto Wibisono, Ngremo, Proyek Pengembangan Kesenian Jawa Timur Th. 1981/1982, Hlm. 13