Monumen Bambu Runcing
-(2008)- Peristiwa 10 November 1945 Korban rakyat Indonesia yang diketahui oleh pihak Inggris ada 6.315 orang dan tentunya ini tidak…
-(2008)-
Peristiwa 10 November 1945 Korban rakyat Indonesia yang diketahui oleh pihak Inggris ada 6.315 orang dan tentunya ini tidak termasuk korban orang-orang Indonesia yang tidak jatuh ke tangan pihak Inggris. Sedangkan menurut sumber-sumber luar negeri yang lain, menunjukkan bahwa sampai 22-11-1945 jumlah korban Arek-arek Suroboyo kira-kira 60.000 orang, termasuk di dalamnya 5.000 orang Cina. Tentang sejauh mana korban yang diderita oleh pihak Inggris, hingga kini belum ada data yang menunjukkan secara pasti. Tentunya korban mereka pun tidak sedikit hal ini terbukti bahwa:
Sekutu menamakan kota Surabaya pada waktu itu sebagai inferno atau sebagai neraka (bagi mereka).
Bagi pihak Indonesia peristiwa pertempuran di Surabaya tersebut dipandang sebagai lambang keberanian dan lambang kebulatan tekad untuk membela Tanah Air dan kemerdekaan Indonesia. Rakyat dan pam pemuda Indonesia dalam pertempuran tersebut menunjukkan kesediaannya berkorban jiwa dan raga untuk menegakkan kemerdekaan bangsa dan negara. Dengan penuh kebemnian mereka menghadapi tentara yang bersenjata berat dan lengkap. Padahal, mereka hanya menggunakan senjata ringan dan bambu runcing. Hanya semangat pahlawanlah yang dapat menimbulkan keberanian itu. Oleh karena itu, peristiwa pecahnya perang di Surabaya tanggal 10 November 1945 itu kemudian ditetapkan sebagai HARI PAHLAWAN, yang untuk pertama kalinya dirayakan pada tanggal 10 November 1946.
Monumen Bambu Runcing yang terletak di Jl. Panglima Soediman adalah Monumen tanda penghargaan keberanian arek-arek Suroboyo melawan sekutu.
Artikel di atas disadur oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: