Syeikh Maulana Malik Ibrahim
-1994-1995- Riwayat Hidup (Syeikh Maulana Malik Ibrahim) Asal-usul orang tuanya kurang dikenal. Ada pendapat bahwa Maulana Malik Ibrahim dilahirkan di Kasyan…
-1994-1995-
Riwayat Hidup (Syeikh Maulana Malik Ibrahim)
Asal-usul orang tuanya kurang dikenal. Ada pendapat bahwa Maulana Malik Ibrahim dilahirkan di Kasyan (Persia) dan menurut Thomas Stamford Raffles dalam kitab History of Java (terbit 1817 M), Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan dari Zainul Abidin bin Hasan bin Ali (Syaidina Ali adalah menantu Nabi Muhammad SAW). Tahun kelahirannya tidak diketahui. Mengenai Raffles, scbagaimana diketahui ia bekerja di Indonesia sebagai Letnan Gubernur lnggris di Pulau Jawa pada tahun 1811-1816 M.
Kemudian Maulana Malik Ibrahim bermukim di Gujarat (India) lalu menjadi pedagang dan penyiar agama Islam. Tidak diketahui dengan pasti kapan beliau masuk ke Indonesia untuk menyiarkan agama Islam.
Maulana Malik Ibrahim dikenal pula dengan sebutan Syeikh Maghribi, dan dalam ucapan lokal berubah suara menjadi Gribig, lengkapnya Sunan Gribig. Beliau sempat berkelana di Malaka tetapi akhirnya menetap di dekat kota Surabaya dan mendirikan pesantren di Ampel Denta. Pesantren ini berkembang pesat dan berhasil menjadi salah satu pusat syiar Islam yang dapat mengisi dan menenteramkan kegelisahan masyarakat yang berada dalam kancah perebutan kekuasaan di Majapahit serta krisis kepercayaan. Sebagian anggota masyarakat ingin meninggalkan kepercayaan lama yang bercorak Hindu-Buddha dan ingin mencari nuansa baru yang lebih harmonis dan dinamis untuk mendapatkan kesejahteraan lahir balin. Inilah saat yang sangat tepat dan kondusif bagi perkembangan syiar Islam yang dirintis oleh Maulana Malik Ibrahim.
Meskipun beliau bukan orang Jawa tetapi jasanya sangat besar kepada masyarakat, beliaulah yang pertama kali mengajarkan agama Islam, menuntun masyarakat untuk hidup lebih sejahtera sesuai dengan ajaran agama Islam. Ini bukan pekerjaan mudah karena sebelumnya masyarakat Jawa menganut ajaran animisme dan Hindu-Buddha. Masyarakat yang dapat diajak masuk Islam ialah mereka yang berasal dari kalangan kasta Waisya (kasta pedagang) dan Sudra (kasta rakyat jelata dan kaum budak). Kalangan kasta Brahmana dan Ksatriya tidak mau masuk Islam dan khususnya golongan kasta Brahmana banyak yang mengungsi ke Bali serta mengembangkan agama Hindu disana yang kemudian dikenal dengan nama Agama Hindu Bali dan kemudian berganti nama menjadi Agama Hindu Dharma. Kedua kasta itu beralasan bahwa jika mereka masuk Islam maka status sosialnya turun, yang lebih penting lagi, keyakinan agama tidak begitu saja dapat diubah-ubah.
Maulana Malik Ibrahim mulai menyiarkan agama Islam di wilayah Jawa Tmur. Langkah yang ditempuh ialah membaur dengan masyarakat, bergaul dengan ramah dan lemah-lembut, menunjukkan akhlak yang tinggi dan sabar mendengarkan keluhan orang serta tidak menentang dengan keras atas agama dan kepercayaan dan tradisinya yang sudah dianut oleh penduduk asli. Beliau hanya memperlihatkan perilaku dan keindahan-keindahan serta ketinggian ajaran Islam. Karena pesona pribadinya yang luar biasa maka banyak anggota masyarakat mulai mengikuti ajaran Islam. Tindakan selanjutnya ialah membuka pesantren-pesantren sebagai perguruan Islam tempat mendidik siswa untuk digembleng menjadi calon mubalig Islam yang akan meneruskan cita-cita Maulana Malik Ibrahim. Salah satu obsesinya ialah mengislamkan raja Majapahit. Beruntung bahwa saat itu datang seorang laksamana Cina Islam bernama Zeng-ho serta musafir Ma huan yang berhasil membuka komunitas muslim Cina. Akhirnya raja Majapahit juga berhasil dipengaruhi oleh Maulana Malik Ibrahim sehingga raja dan keluarganya masuk ke agama Islam (pada awal abad XV M).
Syeikh Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 882 Hijriah atau tahun 1419 M., jazadnya dimakamkan oleh para pengikutnya di kota Gresik, sekitar 20 km di sebelah barat kota Surabaya. Makamnya dibuat sangat indah dan spektakuler di jamannya.
Bangunan Makam
Lokasi makam Sunan Gresik atau Syeikh Maulana Malik Ibrahim ada di dalam kompleks makam Maulana Malik Ibrahim berada di bawah sebuah bangunan cungkub yang berjajar arah barat-timur beserta dua makam lain yang memiliki bentuk jirat dan nisan yang serupa. Makam sang wali ini berada di deret paling barat; kondisi nisan bagian kepala dan bagian kaki masih utuh. Dalam cungkup ini ada 3 buah makam, yang paling barat ialah makam Maulana Malik Ibrahim, yang tengah makam Siti Fatimah (isteri), dan yang paling timur makam Moqfaroh (anak).
Arsitektur bangunan makam ini menurut Othman bin Yatim dan Abdul Halim Nasir, tidak jauh berbeda dengan makam Maulana Abdullah serta Sultanah Ratu Nahrisyah dari Pasai (Yatim 1990: 36-38). Sementara itu J.P. Moquette (1912 : 86) menyatakan bahwa nisan-nisan kubur yang terdapat di Pasai dan Gresik menunjukkan persamaan dengan nisan kubur di India sehingga diduga bahwa semua nisan itu berasal dari Cambay. Pendapat Moquette ini didasarkan atas persamaan gaya tulis khat serta kalimat-kalimat pada nisan-nisan di Samudra Pasai yang berangka tahun 831 H., 822 H., nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik berangka tahun 822 H., dan nisan Ashmad al-Karuni berangka tahun 734 H. di Cambay di India (Uka Tjandrasasmita 1977: 108). Khusus jirat dan nisan Maulana Malik Ibrahim dibuat dari bahan marmer dan menurut Ambary nisan tersebut berasal dari Cambay (Ambary 991:7).
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Makam-makam Wali Sanga di Jawa, Departemen pendidikan Dan Kebudayaan, Oleh: Dr. Machi Suhadi/dra. Ny. Halina Hambali, 1994-1995, hlm.35-40,