Leo Kristi: pemusik
-1999- Leo Kristi adalah pemusik yang selalu mempertontonkan pergelaran konser rakyat. Ia memang merupakan satu-satunya pemusik Indonesia yang mengangkat jenis…
-1999-
Leo Kristi adalah pemusik yang selalu mempertontonkan pergelaran konser rakyat. Ia memang merupakan satu-satunya pemusik Indonesia yang mengangkat jenis lirik lagu perjuangan, sehingga identitasnya sebagai pemusik lagu rakyat sangat kental di dalam masyarakat.
Nama Leo Kristi sebenarnya terdiri dari tiga kata, yaitu Leo, Keris dan Sakti dan nama itu menjadi nama sebuah gitarnya dan nama ini disingkat menjadi Leo Kristi. Sedangkan nama lengkap yang diberikan oleh orang tuanya adalah Leo Imam Soekarno yang lahir pada 8 Agustus 1949 di Surabaya. Ayahnya bernama R. Ng. Imam Subiantoro dan ibunya bernama R.A. Roekmini Idajati.
Ayahnya bekerja sebagai pengawas keuangan pajak di kantor Inspeksi Keuangan. Karenanya kehidupan Leo lebih baik dengan fasilitas yang mencukupi. Walaupun orang tuanya serba cukup namun sifat kerakyatan sudah kelihatan dalam pribadinya. Misalnya, dengan mencuri waktu tidur siang, ia pergi bersama-sama temannya, jajan di pinggir jalan, bergaul dengan anak kampung, bermain lumpur, ikut menyanyi di belakang rumah tempat tinggal para gelandangan dengan gitar tua, dimana bassnya mereka rakit dari bahan kotak sabun. Dengan demikian kelihatan suasana kegembiraan, sehingga Leo lupa akan waktu. Hal seperti ini berkali-kali dilakukannya dan akibatnya ia selalu mendapat hukuman dari orang tuanya.
Sejak kecil Leo sudah menunjukkan hobbynya di bidang musik. Melihat bakat tersebut, maka ayahnya Leo memberi hadiah sebuah gitar dan gitar tersebut diberi nama Keris Sakti. Dan semasa SMA ia sudah memimpin sebuah group BAND.
Setelah menyelesaikan SMAnya, Leo melanjutkan kuliah ke Perguruan Tinggi Institut Teknik Surabaya jurusan Arsitektur sampai tingkat II. Ia tidak dapat melanjutkan kuliahnya karena bibit jiwa seni lebih mempengaruhi hidupnya. Waktunya lebih sering diberikan kepada kegiatan-kegiatan musik dan akhirnya ia menentukan pilihannya menjadi Arsitektur Musik.
Dalam mencipta lagu, Leo selalu tergantung dan berdasar pada suasana hati dan rasa eintanya kepada tanah air. Untuk menambah suasana enaknya sebuah lagu untuk didengar, ia memberi bumbu dengan melihat kejadian sehari-hari, yaitu bagaimana sebuah perjuangan rakyat. Ketika ia berjalan dan melihat pemandangan indah, ia tidak mengaguminya, karena menurutnya bahwa dari semua yang indah yang dilihatnya hanyalah manusia. Begitu pula ketika ia mengajak bicara dengan anak-anak, orang tua, bahkan kakek-kakek, ia semakin memahami persoalan sehari-hari dan ini sangat menarik perhatiannya.
Selain itu Leo juga sangat senang dan suka menatap seseorang dan mengamati sosoknya dengan cermat. Dari pandangan ini ia mampu mengartikan raut wajah, rona mata, bahkan guratan garis yang berada di kening seseorang. “Tentu mereka sedang berpikir tentang yang dimakannya besok”, inilah pendapat Leo tentang seorang ibu yang dilihatnya di kaki gunung dengan gubuk reot sambil menggendong anaknya dan ada pula anak yang menarik kain ibunya sebagai tanda meminta makan. Akan tetapi apa daya, piring yang terletak di meja dan bale-bale itu kosong. Namun si ibu mampu memberikan senyum sambil mengusap-usap anaknya dan dengan lembut ia mempersilahkan tamunya masuk.
Penglihatan yang demikianlah yang dapat menumbuhkan inspirasi bagi Leo untuk lagu. Dan rakyatlah yang menjadi kiblatnya, baik sebagai mencipta lagu dan pemusik. Ia mengakui bahwa sewaktu mencipta lagu, kadang dirinya dipengaruhi oleh musik luar negeri, seperti lagunya Bob Dylan, Queen, Beatles, Mellani dan Piere Morlin. Sedang dalam proses mencipta, Leo tidak lupa melatih keriangan agar lagunya tidak terbentur oleh sifat cengeng. Ia tidak menyangkal di antara lagu-lagunya ada yang berasal dari lagu asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Leo Kristi termasuk manusia kontemplotis yaitu apabila ada sesuatu keinginan yang timbul dari dalam dirinya, maka ia sangat sulit untuk mencegahnya, di samping itu ia selalu dengan teguh memegang prinsip hidup, dan sifat yang sangat menonjol dalam dirinya adalah kemauan yang keras, ia mau menyerah, hanya kepada hal-hal yang tidak mungkin dapat diatasi. Inilah sosok Leo yang merasa tidak puas dengan hasil akhir dari setiap rekaman yang dikerjakannya.
Ketidakpuasan dengan apa yang telah dihasilkan oleh Leo membuat pemikirannya lebih matang, sebab dengan demikian ia terus belajar dari kekurangannya. Menurut Leo bahwa untuk mencipta lagu yang dibutuhkan adalah proses yang memakan waktu cukup lama. Sehingga apabila disimak musik garapan Leo akan terasa terdapat suatu pergumulan cinta yang menarik dan indah. Yaitu gabungan di antara musik pentatonis dan diatonis dan memang sangat serasi.
Selain alat musik, budaya orang yang memiliki alat-alat musik juga sangat menarik perhatian Leo. Hal ini penting baginya, untuk lebih menyelami bagaimana sebenarnya kehidupan orang-orang yang mempunyai alat musik tersebut. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan bila Leo Kristi sangat menyukai kehidupan dengan cara berlanglang buana dari satu daerah ke daerah lain bahkan sampai ke daerah Arab.
Tujuan Leo melakukan perjalanan demikian adalah semata-mata untuk dapat menghasilkan karya agung, suatu musik yang merupakan pergumulan cinta dari kedua jenis musik tersebut. Leo mengatakan, bahwa ciri musik yang dimainkannya lebih condong kepada musik diapenta Indonesia yang merupakan hasil endapan dari suatu proses yang panjang.
Leo sebagai pencipta dan penyanyi di kenal masyarakat bukan karena ia sering tampil di layar kaca, melainkan ia dikenal karena langsung bertemu dengan penggemarnya dengan cara melakukan berbagai macam pementasan yang dilakukannya di daerah-daerah seperti Sulawesi Selatan, Ujung Pandang, Palu dan tempat lainnya.
Tujuan Leo melakukan pementasan tersebut adalah dalam rangka membawa misi kepada masyarakat keeil dengan memberi pemahaman akan luhurnya musik daerah. Menurut Leo masyarakat keeil perlu mendapat arahan bahwa musik mereka tidak kalah indahnya dengan musik yang datang dari luar negeri.
Dari pementasan tersebut Leo mengharapkan rakyat bisa yakin bahwa musik daerah mempunyai nilai yang indah dan sangat berharga: Di samping harapan tersebut Leo juga mengolah lagu-lagu daerah dan sekaligus membina para pemusik muda di daerah.
Begitulah aktivitas yang dilakukan Leo untuk mendekatkan diri dengan.. rakyat. Apabila di satu daerah ia sudah berhasil melakukan misinya, maka ia akan pindah ke daerah lain untuk rnenyampaikan misi yang sama. Hal ini dilakukannya secara terus menerus tanpa ada rasa bosan dalam hidupnya, bahkan suatu kenikmatan tersendiri bagi dirinya.
Sewaktu Leo mengadakan konser rakyat, ia selalu dikerumuni pengunjung. Penonton selalu menunjukkan antusias yang luar biasa. Di mana penampilan Leo memang unik karena ia selalu menempelkan Lambang Burung Garuda di pundaknya.
Leo memang mampu menampilkan improvisasi vokal dan kor yang begitu mempesona, sehingga musik, syair serta penampilannya enak didengar dan dilihat. Hal tersebut juga dapat dirasakan apabila menyaksikan film “Nyoman dan Presiden”, dimana ilustrasinya film tersebut adalah hasil garapannya.
Leo sebagai pemusik rakyat hingga saat ini telah menghasilkan delapan buah album. Memang suatu jumlah yang cukup minim apabila dibandingkan dengan pencipta lagu lainnya. Namun keistimewaannya sangat terasa di hati penggemarnya karena lagu ciptaannya terus merakyat dan tidak bosan untuk dinikmati.
Adapun judul lagu yang pernah diciptakan oleh Leo Kristi adalah “Serandah pagi”, “Nyanyian Fajar”, “Nyanyian Tanah Merdeka”, “Nyanyian Cinta”, “Mutiara Pertiwi”, “Anak Merdeka” dan lain-lainnya. Espita Riama
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Ensiklopedi Tokoh Kebudayaan IV, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta 1999. hlm.74-78