Ekspos ODTW Secara Total : Duet JTV-Disparta Jatim
-Oktober 2003- Adarealitas menggembirakan di Jawa Timur. Konkretnya, komunitas informasi pariwisata di propinsi ini semakin banyak Realitas itu jelas akan…
-Oktober 2003-
Adarealitas menggembirakan di Jawa Timur. Konkretnya, komunitas informasi pariwisata di propinsi ini semakin banyak Realitas itu jelas akan memberikan peluang usaha pemberdayaan masyarakat, terutama bagi masyarakat di sekitar lokasi ODTW (objek dan daya tarik wisata). Menyikapi realitas itu, Kepala Dinas Pariwisata Jawa Timur (Kadisparta Jatim), Drs. Harun MSi MM, memandang perlu adanya kerja sama antara institusinya dengan Jawa Timur Televisi (JTV).
“Duet” JTV-Disparta Jatim itu, dia yakinkan, diarahkan untuk merangkul pemerintah kota/kabupaten di Jatim. Program tersebut dilakukan semata-mata untuk mengangkat seluruh potensi ODTW yang tersebar di daerah (kota/kabupaten). Pasalnya, banyak ODTW yang belum diketahui masyarakat, namun memiliki daya jual. Disparta Jatim akan memfasilitasi program JTV tersebut dalam suatu tayangan yang bertajuk Lensa Pariwisata atau Jalan-jalan. Realisasi hal tersebut dalam waktu dekat akan dibicarakan dengan seluruh stake holders, termasuk dengan Disparta kota/kabupaten setempat.
Kadisparta Jatim yakin, kebijaksanaan tersebut akan menumbuhkan link tour aket perjalanan wisata terhadap ODTW yang tersebar di kota/kabupaten. Misal, link tour yang ada di Kota Batu dapat dijadikan satu paket perjalanan wisata one day tour wisatawan dari Kediri, setelah mengunjungi Goa Selomangleng dan Gereja ‘Poh Sarang’, perjalanan dapat dilanjutkan ke kota Batu, mengunjungi Pemandian Selecta, Taman Wisata Jatim Park, Pemandian Air Panas Songgoriti, dan yang lainnya.
Durasi 60 Menit
Pihak Disparta Jatim menilai, selama ini Total Vested Interest Tourism (TVIT) belum dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten setempat, mengingat ODTW setempat masih belum dieksploitasi secara penuh. Data yang masuk Disparta Jatim dari pemerintah kota/kabupaten (pemkot/pemkab) menyebutkan, jumlah ODTW di seluruh wilayah propinsi ini mencapai 420 unit. Jumlah tersebut terdiri atas 179 ODTW alam, 205 ODTW budaya, dan 36 ODTW minat khusus.
Kebanyakan daerah masih menampilkan objek-objek wisata yang sudah ada. Selain itu, tidak melakukan diversifikasi (dalam konteks penciptaan) objek wisata baru, terutama yang berkaitan dengan alam padahal, justru sangat menarik, tetapi belum tertangani. Misal, atraksi seruling gembala naik kerbau, angon bebek (menggembalakan itik), atau menanam palawija. Hal yang perlu diingat, wisatawan menghendaki pola perjalanan gaya hidup back to nature. Seiring dengan itu sekaligus mengaitkan diri sebagai bagian dari sustainable development dalam konteks pembangunan pariwisata yang harus dikaitkan dengan keserasian dengan alam.
Pihak JTV akan menayangkan secara bertahap setiap minggu. Durasi (jangka waktu penayangan) setiap materi selama 60 menit. Dalam penayangan akan ditampilkan ODTW di kota/kabupaten, secara bergilir. Selain itu ditayangkan pula talk show dari jajaran stakeholders pariwisata, dan melibatkan pejabat, pengelola, pengusaha, petugas di objek wisata, mahasiswa, asosiasi pariwisata, serta warga masyarakat. Selama penayangan akan diketengahkan juga dialog interaktif dari pemirsa JTV untuk mengetahui seberapa jauh kepedulian masyarakat (pemirsa) terhadap pariwisata.
Disadari, dibutuhkan semacam “demam pariwisata” pada suatu komunitas masyarakat. Berikutnya, diharapkan muncui suatu embrio pemberdayaan masyarakat yang siap untuk menerima “efek keuntungan menyebar berantai” (EKMB) dari keberadaan ODTW di daerahnya. Lewat kesiapan masyarakat menerima EKMB itu, dimungkinkan muncul usaha kecil menengh (UKM). Produk lokal akan bergairah. Misal, pembuatan souvenir dan kegiatan jasa lainnya. Maka terjadilah rutinitas kegiatan kepariwisataan. Masyarakat akan menjaga kelestarian, kebersihan, dan keamanan ODTW di daerahnya.
Sejumlah ODTW di Jatim yang kerap dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara, antara lain Gunung Bromo, Makam Bung Karno, dan wisata ziarah Walisongo. Namun, belum dimanfaatkan secara maksimal. Contoh, objek wisata ziarah makam Sunan Bonang di Tuban. Minimal kunjungan per hari 2.000 orang. Namun kunjungan sebanyak itu lazimnya hanya terfokus pada objek wisata ziarah, belum terdistribusi ke objek wisata pendukung lainnya yang ada di Tuban. Sebut saja Goa Rangel, Pantai Boom dan Bancar dengan keunikan kehidupan tradisional nelayan setempat.
Jaring Laba-laba
Berangkat dari pemikiran tersebut, Kadisparta Jatim berobsesi membuat jaringan distribusi laba-laba antara pemkot/pemkab dalam mengembangkan ODTW di daerah setempat. Konkretnya, pemkot/pemkab lebih dulu harus rnengenal kondisi objektif ODTW yang paling dekat dengan daerahnya. Kemudian mengenal daerah tetangga yang paling dekat dengan tetangganya. “Ini penting. Informasi saling mengenal kelemahan dan kekuatan ODTW masing-rnasing. Selanjutnya bekerja sama dalam menjual satu paket tour,” tandas Drs. Harun MSi MM.
Langkah berikuitnya, JTV berperan aktif rnelalui penayangan ODTW dengan berbagai komentar dari berbagai pihak. Disadari, informasi akurat mengenai data ODTW sangat dibutuhkan masyarakat. Beberapa diantaranya perilaku konsumen (wisatawan), menyangkut perubahan perilaku wisatawan saat ini, dan pengalaman berpergian. Perubahan gaya hidup dan demografis wisatawan. Mereka yang melakukan perjalanan, baik perseorang maupun kelompok memiliki karakteristik sendiri yang membentuk segmen-segmen baru. Serangkaian segmen baru tersebut akan menjadi lazim dalam dunia kepariwisataan, dan merupakan sinyal untuk lebih meragamkan langkah-langkah pemasaran kepariwisataan.
Penentuan objektif atas produk paket wisata yang meliputi kondisi ODTW, fasilitas, rute, hingga wilayah jelajah. Inventarisasi ODTW, seperti nama dan tempat serta bentuk atraksi, mutlak tersaji akurat. Termasuk waktu yang diperlukan untuk menikmati atraksi di ODTW plus uraian singkat mengenai bentuk ODTW itu sendiri. Di samping sejumlah hal tersebut, ada faktor lain yang perlu diperhatikan agar penayangan program perjalanan wisata atau paket wisata di JTV sesuai dengan selera konsumen. Pertama, rute perjalanan sebaiknya dibuat circle trip, dan untuk rute jarak pendek dapat dibuat round trip. Urutan dan variasi program perjalanan pun disusun dengan baik, mencakup warna dan berat-ringan perjalanan. Pendek kata, apakah program perjalanan yang telah dibuat tersebut dapat dipasarkan dijual dan menguntungkan semua pihak. GM
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Jatim News, Tabloid Wisata Plus, EDISI 20, 10-24 Oktober 2003, Tahun I