Taman Bungkul Surabaya
-23 Maret 2011- Ketika Taman Bungkul Surabaya Jadi Polemik Warga Lokasi Sarat Religi Beralih ‘Citra Mesum’ Keberadaan Taman Bungkul akhir–akhir…
-23 Maret 2011-
Ketika Taman Bungkul Surabaya Jadi Polemik Warga
Lokasi Sarat Religi Beralih ‘Citra Mesum’
Keberadaan Taman Bungkul akhir–akhir ini menuai polemik. Pantas saja, karena taman bermain serta tempat nongkrong warga Surabaya dan sekitarnya ini disalahgunakan sebagai tempat muda-mudi beraktivitas yang menjurus ‘mesum’. Berikut laporannya.
TAMAN Bungkul sendiri sebelumnya dibangun karena adanya makam tokoh sejarah seperti Ratu Kamboja, Ratu Campa, Tumenggung Jayengrono, dan Ki Ageng Supo (atau yang lebih dikenal dengan Mbah Bungkul). Karena keberadaannya sangat strategis, Pemkot Surabaya mengubah wajah Taman Bungkul menjadi sebuah taman kotayang sangat menarik. Air mancur dan kelipan lampu hias pada malan hari semakin membuat semarak di Taman Bungkul. Fasilitas yang relatif lengkap adalah salah satu alasan mengapa Taman Bungkul tidak pernah sepi dari pengunjung sejak subuh hingga larut malam. Fasilitas seperti Hot Spot, biker and skater zone, warung tenda, wartel, taman bermain, hingga panggung untuk pagelaran musik dan seni ada semuanya disana.
Beralih Taman ‘Mesum‘
Akan tetapi inilah yang akhirnya menjadikan Taman Bungkul yang terletak di Kelurahan Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya ini disalahgunakan pemanfaatannya. Padahal di lokasi yang sama, kompleks makam Mbah Bungkul sangat kental dengan nilai historis warga Surabaya serta sarat nilai-nilai religi tercoreng dengan beragam aktivitas yang menyimpang oleh muda-mudi yang berkunjung di taman kota ini.
“Meski kami sudah memberikan teguran kepada muda-mudi agar tidak berpacaran serta berbuat tidak senonoh (mesum) di Taman Bungkul, tetapi masih banyak ditemui pasangan kekasih berbuat melanggar norma susila dengan berciuman dan berpelukan di ruang terbuka,” ujar Soegiono, pengawas Taman Bungkul yang dikonfirmasi posmo sesaat polemik Taman Bungkul mencuat.
Tidak hanya itu, akibat polemik itu, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya dalam pernyataan persnya mengungkapkan keberatan kepada walikota terkait penyalahgunaan fungsi taman.
Ketua PCNU Surabaya KH Syaiful Chalim, Selasa (8/3) mengungkapkan, pihaknya mengaku resah dengan kondisi Taman Bungkul saat ini. Keresahan ini dikarenakan taman tersebut justru banyak dimanfaatkan sebagai pusat hiburan. Bahkan, area di sekitar makam Mbah Bungkul kerapkali dijadikan lokasi mesum.
“Taman Bungkul saat ini penggunaannya penuh dengan kegiatan hiburan, seperti konser musik, dan bahkan disalahgunakan oleh sebagian orang sebagai tempat pacaran atau aktivitas yang berbau mesum,” keluh Syaiful.
la mengatakan, pihaknya telah menerima keluhan dari sejumlah kiai dan masyarakat. Syaiful menambahkan, mereka kerap terganggu dengan aktivitas yang diselenggarakan di sekitar area saat berziarah ke makam tokoh penyebar agama Islam, Mbah Bungkul. “Sesuai peruntukan awal, Taman Bungkul dimanfaatkan sebagai lokasi religi dan taman rekreasi keluarga,” terangnya.
Tidak hanya itu, PCNU Surabaya merencanakan akan membangun museum para ulama, terutama sejarah Mbah Bungkul dan perpustakaan di sekitar kawasan Taman Bungkul. PCNU mengharapkan dua lokasi di Surabaya yang masuk dalam situs Cagar Budaya, masing-masing Taman Bungkul dan Tugu Pahlawan Surabaya, agar dihormati karena “tempat tersebut memiliki sejarah religi dan simbol perjuangan para pahlawan. HUDA
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : POSMO : Membuka Mata Batin; editor : edisi 618, 23 Maret 2011